2.Kembalinya Darma

1.8K 51 0
                                    

sambil menunggu pesanan diantar, kami ngobrol ringan, kadangkala tertawa karena guyonan salah satu dari teman Erin. aku senyum-senyum saja karena aku belum terlalu akrab, jadi aku agak menjaga sikap. Tapi karena mereka semuanya ramah dan cepat bergaul, aku sedikit demi sedikit mulai bisa berbaur dan ikut nimbrung, sambil sesekali menimpali canda yang mereka lontarkan. dari pembicaraan mereka akhirnya aku mulai mengenal satu persatu nama teman teman Erin dan latar belakang mereka.

Ranti salah satu teman Erin , berumur sekitar 24 tahun, bekerja sebagai sekertaris di sebuah surat kabar harian lokal, berwajah biasa saja, tapi karena pandai berdandan jadi terlihat menarik,

Faris seorang lelaki bertubuh agak gempal kulit sawo matang dgn tinggi sedang sedang saja, bekerja di kantor timah, suaranya agak mencicit, tidak sesuai sama sekali dgn penampilannya.(aku harus beberapa kali sakit perut krn menahan tawa tiap mendengar suaranya)

Anton, berkacamata, badan kurus mirip junkies warga keturunan tionghoa. Berpenampilan rapi dengan kemeja kotak kotak dan celana katun, tapi paling konyol diantara yang lain, suka bercanda dan kalau tertawa mulutnya terbuka sangat lebar.(aku sempat melihat ada dua buah gigi geraham bawahnya berlubang) memiliki usaha tambang ikonvensional timah sendiri dan cukup sukses. Diusianya yg 25 sudah punya 1 rumah lumayan besar dan 2 buah mobil.

Nurmi, gadis berwajah arab dan memakai jilbab, tapi tetap modis dan berhidung mancung. Wawasannya luas, pernah memenangkan puteri indonesia tingkat provinsi dan lomba diajang nasional tetapi tidak tembus jd juara karena saat diminta oleh panitia lomba untuk membuka jilbabnya dia menolak. Padahal saat presentasi dia sudah mendapat kans yang besar untk menang, anaknya sgt ramah dan supel. Sekarang dia bekerja di sebuah Bank swasta.

Sonia berwajah agak jutek dan walaupun dalam ekspresi standar tetap saja terlihat judes, ada tahi lalat diatas bibirnya yg tipis. Rambutnya sebahu, kulitnya putih. Baru setahun menikah, belum punya anak. Suaminya Dery duduk disampingnya. Berwajah tampan dan berjenggot. Mirip mirip dengan wajah Eno netral lengkap dengan jambangnya.. Suka tertawa ngakak. Untung saja giginya rapi dan putih hehehe. dan yg memakai jacket cordoray dan berwajah ganteng duduk didepanku, bernama Janter Sihombing, anak asli Tapanuli berdarah Batak, tubuhnya jangkung sekali kalau berdiri, mungkin sekitar 5cm diatasku, andaikan jadi peragawan pasti anak itu akan cepat dapat penggemar dalam waktu singkat. Wajahnya sangat manis sekaligus kharismatik.. Suaranya agak parau tapi tutur katanya teratur dan tegas khas logat batak. Sungguh aku merasa tidak tahu kenapa sepertinya mataku tidak bisa diajak kerjasama.. Aku penasaran atau apa juga kurang yakin tapi aku seperti tergerak untuk selalu melihatnya diam diam. Aku sangat senang sekali melihatnya, mendengar suaranya yg agak parau dengan logat yang khas.

Oh tuhan apakah perasaan ganjil yang dulu pernah ku alami ini kembali lagi, ataukah ini cuma kekaguman yang wajar, setiap orang baik lelaki maupun perempuan biasanya senang melihat yang indah indah. Entahlah...

Teman teman Erin yang lain tidak perlu lah aku data disini karena mereka cuma sekedar figuran dan tidak akan keluar lagi di cerita ku selanjutnya..

Setelah makanan dan minuman pesanan kami telah datang. Kami langsung memakannya dan setelah semua telah habis, kami berbincang-bincang lagi. Setelah Erin menyelesaikan bon nya kami pun bubar. Sebelum masuk kedalam mobil masih sempat aku melirik janter untuk terakhirnya di hari ini. Dan entah mengapa diapun sepertinya sedang mencuri curi pandang melihat aku juga. Dia tersenyum dan mengangguk sambil melambaikan tangannya Tiba tiba jantungku berdegup sangat kencang sekali.. Lutut ku terasa sangat lemas. Setelah Astri masuk kedalam mobil dan menutup pintunya. Aku menyetir pulang. Di jalan kami membahas tentang teman teman Erin tadi.. Aku kurang konsen mendengar apa yang dikatakan astri karena otakku cuma dipenuhi bayangan Janter.

selesai mengantar Astri pulang. berkeliling untuk menyegarkan pikiran, mau duduk santai di kota Pangkalpinang ini rada susah. tidak banyak tempat tongkrongan yang ada. Paling cuma di pantai dan di Alun-alun kota yang sedang dibangun dan belum selesai. Tapi sudah banyak yang nongkrong disitu, anak muda yang berpacaran ataupun sekedar ngumpul-ngumpul dengan teman. aku menepikan mobil mencari tempat parkir yang agak lega. aku mencari tempat untuk bersantai yang agak sepi, kuperhatikan hampir semua tempat penuh di isi anak muda, akhirnya kulihat di pojok agak pinggir dekat pohon pinang ada tempat yang lumayan sepi, aku pun langsung duduk disitu, kuingat kembali saat di cafe tadi sore. Wajah Janter yang entah mengapa membuatku merasa sangat rindu. Dan ingin sekali tadi rasanya duduk disamping dia.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang