17. Insiden Di Air Terjun

1.3K 22 0
                                    

Selesai makan aku dan Janter bersantai di depan teras rumahnya sambil merokok. Karena didalam komplek perumahan, maka tak ada kendaraan yang lalu lalang dengan ribut seperti di depan rumahku. Janter nampak kekenyangan setelah menghabiskan dua piring penuh nasi. Di hisapnya asap rokok dalam dalam dan menghembuskannya dengan santai. Kelihatan begitu menikmati sekali. Akupun meniru apa yang dilakukan Janter, memang nikmat habis makan yang pedas pedas kemudian merokok. Terlihat surga didepan mata.

"Niko kamu pindah kesini saja ya..." ajak Janter sambil menoleh kepadaku. Aku sedikit tersentak, tidak menyangka kalau ia akan menawariku seperti ini.

"belum bisa sekarang Jan, soalnya aku kan masih punya keluarga, Nanti apa kata mereka kalau aku pindah kesini" aku menolak dengan berat hati, sebenarnya tinggal bersama Janter adalah keinginanku yang paling besar untuk saat ini, namun keadaan tidak memungkinkan aku untuk melakukan hal ini.

"aku ingin selalu bersama kamu Niko, selama ini aku kesepian tinggal sendiri dirumah ini..." Janter agak kecewa mendengar kata kata ku tadi. Bukannya aku tidak kasihan padanya, namun saat ini aku sudah bertunangan dengan astri yang pastinya dia akan lebih sering datang kerumahku, dan kalau aku tidak tinggal dirumah, nanti apa yang dipikirkan oleh keluarganya.

"aku minta maaf ya Jan, sebenarnya aku ingin sekali tinggal disini berdua denganmu, tapi terlalu riskan jan, kamu tahu sendiri kalau aku sudah bertunangan dan tidak bisa seenaknya pergi dari rumah..." aku menjawab dengan sedih, Janter sepertinya mengerti dengan apa yang aku rasakan.

"aku tidak memaksamu Nik, cuma alangkah bahagianya aku kalau kita bisa selalu bersama-sama. Tapi aku juga mengerti kalau kamu juga punya tanggung jawab yang besar pada keluargamu, andai saja waktu bisa kita putar kembali ya Nik." aku cuma mendesah mendengar kata katanya. Tiba-tiba Handphone berdering, aku ambil dari dalam kantong celana dan melihat dilayarnya terpampang nama darma. Cepat cepat aku berdiri dan berjalan agak menjauh dari janter kemudian menerima telepon dari darma dengan agak berbisik agar tidak terdengar oleh janter.

"halo Niko kamu lagi dimana sekarang?" terdengar suara Darma dari speaker Handphone

"aku lagi ditempat teman, ada kerjaan dikit" jawabku pelan.

"teman yang mana?"

"teman sekolahku dulu," aku berbohong

"jam berapa kamu pulang, soalnya kata mamamu kamu tidak pulang dari semalam" desak Darma.

"mungkin sekitar jam sebelas aku sudah dirumah" jawabku

"oke nanti aku kerumahmu sekitar jam sebelas,"

"oke dar," jawabku dengan malas

"bye honey"

"bye" balasku sambil menutup telepon. Kemudian aku kembali menghampiri Janter yang sedang menatapku dengan rasa ingin tahu.

"siapa tadi?" tanya Janter menyelidik.

"oh bukan siapa siapa cuma orang yang mau order barang" jawabku dengan tidak enak hati karena harus berbohong.

"oh begitu ya....kirain mamamu..." cetus Janter tanpa curiga. Aduh kenapa aku harus begini gegabah, mengapa aku tidak sabaran, sekarang aku ini seperti penjahat cinta. Aku bertunangan dengan Astri, mencintai Janter dan selingkuh dengan Darma. Aku bingung sendiri, sekarang aku harus lebih hati hati agar jangan sampai ketahuan. Aku lihat jam tanganku sekarang sudah jam sepuluh lewat lima, sepertinya sudah saatnya aku harus pulang.

"Jan, sudah siang, antarin aku pulang yuk.."

"cepat amat Nik, nanti sajalah agak sorean dikit, mendingan kita maen games aja" ajak Janter penuh harap. Aku tidak tega melihat tatapan matanya.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang