13. Membohongi Perasaan

840 21 1
                                    


Aku minum es kelapa muda lewat sedotan, tenggorokanku yang tadi agak kering langsung tersiram air kelapa muda yang segar dan manis.
Rasanya benar benar segar sekali, kemudian aku menatap Darma yang sedang asik melihat ombak di pantai.

"Dar, sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan kepadamu." aku meletakkan sedotan lalu menggeser kelapa agak ke tengah meja. Darma langsung menoleh kearahku dan menatapku dengan pandangan penasaran.

"tentang apa..? Apakah itu berhubungan dengan aku, atau..." tanya Darma yang langsung aku potong.

"ini mengenai aku..."

"kamu kenapa?" tanya Darma .

"aku mau bertunangan dengan Astri dua minggu lagi"
jawabku agak berbisik. Darma yang sedang meminum air kelapa muda langsung berhenti, tercengang menatapku dengan sedotan yang masih menempel dibibirnya. Aku melanjutkan tanpa menghiraukan keterkejutan darma.

"aku sudah didesak oleh keluarga Astri , kata mereka umur Astri sudah semakin dewasa dan mereka tidak mau Astri terlalu lama menikah, jadi mereka ingin kejelasan tentang hubungan kami." aku menandaskan. Darma menggeser kelapa muda yang diminumnya setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.

"jadi kalian akan segera bertunangan lalu setelah itu menikah? Tanya darma seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja aku jelaskan.

"iya, tapi kami bertunangan dulu, belum ditentukan apakah akan menikah tahun ini atau tahun depan."

"bagaimana dengan aku Nik, apa yang harus aku lakukan, terus terang aku tidak siap mendengar berita ini." kata kata Darma terdengar begitu sedih.
Aku terdiam sejenak. Pelayan datang mengantarkan pesanan kami dan menyusunnya di atas meja. Aku dan Darma membisu sambil memandang tangan cekatan sang pelayan menaruh sendok diatas lipatan serbet putih bersih. Lalu menata piring di depan aku dan Darma. Meletakkan bakul kecil penuh terisi nasi putih yang mengepul dan harum. Menyusun piring saji dan mangkuk berisi lauk yang membangkitkan selera.

Setelah semua selesai diantar kemeja kami. Pelayan itu kembali ke dapur dan mengucapkan selamat menikmati pada kami berdua. Aku lihat Darma seperti sedang gundah dan sibuk berpikir sendiri, aku salah seharusnya setelah makan baru aku menceritakan hal ini, belum apa-apa Darma seperti sudah kehilangan selera makan.

"ayo dimakan langsung, nanti keburu dingin..." ajakku sambil membalikan piring lalu menyendokan nasi kedalamnya. Darma cuma mengangguk dengan lesu dan membalikan piring lalu mengulurkan kepadaku. Langsung aku sendokkan nasi kedalamnya.

"ups sudah..jangan terlalu banyak!" cegah Darma sambil menahan tanganku yang mau menyendokan lagi nasi kedalam piring nya.

"kenapa sih kamu ini makan kok kayak kucing. Sedikit sekali?"

"nafsu makanku hilang!" cetus Darma. Aku diam dan mengambil beberapa potong udang saus padang dan cumi goreng tepung lalu mencocol kedalam saus cabe tomat.

"kamu jangan terlalu memikirkan masalah ini Darma, aku juga kalau menuruti rasa hati, belum mau bertunangan dan terikat." aku menghibur Darma. Tetapi Darma seperti tidak menyimak kata-kataku. Dia menyendok sup kepiting jagung lalu menyuapkan ke mulutnya dengan malas-malasan.
Aku sebenarnya tidak tega melihat Darma seperti terbebani dengan kata-kataku tadi, tetapi bagaimanapun juga cepat ataupun lambat dia harus tahu, karena saat ini cuma dia satu satunya sahabatku yang paling dekat. Jadi aku tidak bisa merahasiakan ini. Kalau tidak, nanti malah akan bertambah menyakitinya kalau sampai dia mendengar dari orang lain.

"mengenai kita berdua aku juga sudah memikirkannya, aku menerima kamu Darma, aku juga masih menyayangi kamu. Jadi apakah masalah bagimu kalau aku menjalin hubungan lebih dari sahabat denganmu. Walaupun aku nantinya sudah bertunangan dengan Astri?" tanyaku langsung ke intinya. Darma yang menyendok nasi langsung terhenti dan mendongak menatapku. Seakan akan tidak percaya tetapi dengan mata yang agak berbinar.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang