11. Ke Kebun

1.1K 22 0
                                    

Aku berbaring disamping Janter dengan mata terjaga hingga fajar datang.
Langit subuh mulai berwarna abu-abu yang tadinya kelam menghitam. terpeta dari balik vitrase yang transparan. Sementara itu Janter semakin nyenyak tidurnya. Selimutnya telah tersingkap hingga sebatas pusar.
Hingga menonjolkan dadanya yang kekar. Dihiasi sepasang puting yang mencuat berwarna cokelat kemerahan, dilatar belakangi kulit putih mulus. Sementara itu bulu-bulu halus yang tumbuh di bagian pusarnya berbaris kebawah hingga menghilang di balik Boxernya. Begitu menantang.
Aku ulurkan tanganku untuk menyentuh dada itu. Tetapi tepat hampir tersentuh kulitnya, aku tarik kembali tanganku, Aku takut ia terbangun dan mengetahui perbuatanku dan akhirnya ia jadi jijik melihatku. Aku rapikan selimutnya. Karena aku lihat ia tidur sambil meringkuk karena dingin. Akhirnya entah karena terlalu lelah dalam keadaan terjaga entah kapan mulainya aku sudah tertidur.

Aku terbangun agak siang. Janter tidak ada disampingku. Mungkin ia telah pergi ke Gereja. Kulihat di atas meja kamar telah tersedia sepiring nasi goreng dan segelas kopi susu, aku tersenyum, ternyata Janter telah terbangun pagi dan masih sempat masak nasi goreng untuk sarapan.
Aku mencuci muka lalu menghabiskan sarapan yang disiapkan Janter tadi.
Bertepatan dengan suapan terakhir nasi gorengku. Janter masuk kedalam kamar. Rupanya ia sudah pulang. Rambutnya tersisir dengan rapi. Memakai baju kemeja dimasuk kedalam. Celana katun warna hitam dan sepatu kulit, baru sekali ini aku melihatnya dalam pakaian yang agak resmi serta rapi. Dia terlihat lebih dewasa sekaligus lebih tampan. Penampilannya sehari-hari membuat kesan gaul serta trendi. Sehingga dia lebih mirip dengan tokoh-tokoh pemain sinetron. Sedangkan sekarang. Dia bagaikan bintang iklan parfum.

"nyenyak sekali kamu tidur, aku sampai tidak tega membangunkan kamu."
ucap Janter sambil duduk disampingku. Aku meletakkan sendok ke dalam piring yang telah kosong.

"soalnya aku baru bisa tertidur waktu subuh." jawabku sambil mengambil gelas yang berisi kopi susu yang sudah agak dingin, lalu meminumnya hingga tinggal setengahnya.

"maaf ya tadi aku tinggal, soalnya aku dijemput Tulang dan Namboruku, sebenarnya tadi aku mau diajak ke pesta pernikahan saudara dari istri tulangku, tetapi aku agak malas. Makanya sepulang dari Gereja aku langsung pulang kerumah.!"

"tidak apa apa kok kalau kamu memang mau ke pesta, aku bisa pulang sekarang." jawabku sambil berdiri dan mengangkat piring bekas aku makan tadi.

"malas ah. Aku mau ngajak kamu jalan-jalan. Mumpung sekarang liburan."
timpal Janter sambil berdiri mengikuti aku kedapur. Aku memutar keran dan membilas piring dan sendok setelah itu menyusunnya di rak piring.
Janter menyender di tungku. Sambil melipat lengan didada, melihat aku mencuci piring.

"jadi kita jalan kemana hari ini?" tanyaku sambil mengelap tangan dengan serbet.

"bagaimana kalau kita ke kebun temanku, aku pernah diajak kesana sekali, suasananya enak. Ada pondoknya, dan ada sungai juga. Airnya jernih sekali. Banyak batang duren dan sekarang kan lagi musimnya." jelas Janter

"wah!..boleh juga tuh, Aku memang paling hobi makan duren.. " kataku dengan wajah berseri karena senang. Membayangkan seharian bersama Janter dikebun duren. Siapa yang tak senang bersama seseorang yang disukai di tengah kebun dan mandi air sungai yang sejuk sambil makan duren coba tunjuk tangan hehehe....

"baiklah sekarang aku telpon temanku dulu, lalu bersiap-siap, setelah itu kita kerumahmu mengganti baju kamu itu, terlalu bagus untuk dibawa kekebun.
Aku mengangguk anggukan kepala. tak sampai satu jam, aku dan Janter telah sampai dirumahku, Mamaku sedang memotong tangkai bunga Anggrek di halaman rumahku. Dia menoleh dan tampak senang sekali saat melihat aku turun dari mobil bersama Janter. Ditaruhnya gunting yang ia pegang ke atas pot lalu berjalan menghampiri kami sambil memegang beberapa tangkai bunga Anggrek.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang