Aku pamit pulang pada Astri dan kedua orangtuanya setelah tadi aku berjanji untuk segera memberikan kepastian hubungan aku dan Astri. Sengaja aku pulang lebih awal malam ini, dengan alasan aku ingin membicarakan hal ini dengan kedua orangtuaku secepatnya. Aku melirik jam tanganku, baru jam sepuluh kurang limabelas menit. Pikiranku benar-benar kusut. Mau kemana aku bingung, sedangkan pulang kerumah pun saat ini terlalu cepat, takutnya aku jadi malah makin pusing, daripada kepalaku sakit mendingan aku berkeliling-keliling saja meskipun tak ada tujuan pasti. Tiba-tiba aku teringat dengan Janter, bukankah tadi dia berpesan kalau aku sudah pulang segera memberitahunya. Kuambil Handphone dari atas Dashboard dan kucari nomor Janter, setelah nomornya terpampang dilayar, langsung aku tekan tombol call, terdengar lagu sebagai nada sambung nya. Setelah 10 detik lagu itu terputus dan digantikan oleh suara Janter."halo Niko kamu dimana? Sudah pulang ya ngapelnya?" ia bertanya.
"aku lagi dijalan nih, kamu dimana?" jawabku singkat, dan balik bertanya.
beban yang aku rasakan agak terangkat sedikit begitu mendengar suaranya."aku lagi dirumah, kukira kamu masih sejam lagi pulangnya. Kesini saja ya."
jelas Janter."iya boleh, tapi rumah kamu dimana?" Janter menyebutkan sebuah alamat disebuah kompleks perumahan.
"oke kamu tunggu didepan rumah. Sekitar sepuluh menit lagi aku tiba disitu" jawabku. Aku masuk kedalam komplek rumah yang disebutkan oleh Janter tadi, setelah menunjukkan Kartu Tanda Penduduk pada Satpam yang jaga didepan gerbang, Satpam itupun membuka pagar lalu mempersilahkan aku untuk masuk, aku menganggukan kepala dan berterima kasih. Tak lupa aku ulurkan selembar uang duapuluh ribu, untuk beli rokok kataku kepada satpam itu. Lalu diterimanya dengan wajah berseri. Aku menyusuri komplek yang lumayan bagus itu dengan mobil. Ada sekitar empat puluhan rumah didalamnya. Dideretan rumah nomor delapan dari kiri aku melihat janter sedang duduk didepan teras. Aku turun memarkir mobilku didepan di teras rumahnya yang dipayungi oleh kanopi. Janter berdiri dan menghampiriku.
Aku turun dari mobil dan mengunci pintunya. Lalu Janter mengajak aku masuk kedalam rumah. Ruang tamunya tidak terlalu besar tetapi di tata dengan sentuhan modern. Kursi Sofa berwarna Krem dan Ornament Kristal sebagai pajangan yang di susun dengan dekoratif pada sekat yang terbuat dari kaca dan diterangi lampu Halogen ber Watt rendah memisahkan ruangan tamu dengan ruang tengahnya.Diruang tengah. Sebuah layar televisi lcd ukuran 46 inchi terpasang erat menempel didinding dengan Bracket. Home Theater Series Champagnes dengan indah tersusun berjejer di ruangan itu dengan susunan speaker sesuai setting surround yang di rekomendasikan. Sofa panjang berbentuk gitar berwarna hitam menambah padu kesan moderen yang kental dalam tata ruang menontonnya itu. Beberapa lukisan berbingkai hitam minimalis tergantung didinding dan diterangi lampu sorot berwarna kuning keemasan hingga membuat kesan artistik modern. Ternyata anak satu ini mempunyai sentuhan yang cukup berkelas. Aku langsung merasa betah dengan keadaan itu. Janter kedapur mengambilkan minuman, aku menunggunya sambil duduk di kursi ruang tamu.
"sudah pernah menonton film 2012 belum?" tanyanya sambil berjalan dari dapur membawa sebotol minuman yang sepertinya berasal dari luar.
"belum sih, soalnya tidak ada bioskop disini, memangnya kamu sudah menonton?" aku balik bertanya. Sambil menyambut botol minuman dari tangannya.
"aku download di internet lalu aku Burn di CD, gambarnya sudah terang loh, soalnya sudah High Definition jadi dijamin keren. Cuma belum teks indonesia." jelasnya panjang lebar.
"wah boleh juga tuh, aku juga sudah penasaran dengan film yang kontroversial itu. Apakah seheboh yang digembar-gemborkan oleh orang orang." pungkasku lalu menuang minuman kedalam gelas hingga terisi setengahnya. Janter menyalakan Televisi dan Home Theater nya, lalu memasukkan kepingan DVD kedalamnya. Tak lama kemudian adegan demi adegan mulai terpapar di dalam Televisi berlayar lebar itu. Suara True Surround yang di hasilkan dari ke enam speaker yang di setel pada volume sedang seperti berputar putar di ruangan sehingga aku seakan akan berada didalam gedung bioskop. Gambar yang sangat bening dan detil memaparkan kengerian kiamat yang mencekam. Sehingga aku dan Janter beberapa kali terkejut. Ditambah lagi efek suara saat adegan demi adegan yang menegangkan dari si tokoh utama yang menghindari jalan yang terbelah dimana-mana.
Terlupa sudah sakit kepalaku memikirkan masalah pertunangan aku dengan astri yang sudah didesak oleh keluarganya tadi itu. Tenggelam menonton efek film yang spektakuler itu.
Cuma sayangnya dari segi cerita masih terlalu banyak yang janggal. Serta tidak masuk akal. Walaupun begitu lumayanlah aku sangat terhibur dengan visualisasinya dan suara Digital yang benar-benar bagus. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepatnya. Sudah jam duabelas malam. Dan aku harus pulang.
Tidak enak terlalu lama. Takutnya Janter ngantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Memilih
RomanceDicintai dua orang lelaki dan satu wanita membuat Niko terjebak dalam cinta bercabang-cabang. Mungkinkah untuk memiliki ketiganya, ataukah harus memilih? Cerita ini pernah populer di forum dan memiliki banyak penggemar. Ikuti liku-liku kisah cinta y...