8. Yang Tak Terduga

1.1K 25 0
                                    


Aku memejamkan mata menikmati sentuhan sentuhan Darma di tubuhku.
Baru sekali ini aku merasakan hal seperti ini, terasa bagaikan terminum air laut yang semakin aku minum membuat aku jadi semakin kehausan.
Darma menggeser badannya sejajar dengan denganku. Aku masih memejamkan mata dengan dada berdebar-debar menantikan apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Kurasakan nafasnya semakin dekat menerpa wajahku. Bibirku terkatup gemetar dan berdesis lirih merasakan nikmat yang janggal sekaligus mengasikkan.
Aku merasakan bibir Darma yang hangat dan lembut menempel di bibirku, mengecupnya dengan perlahan. Membuat sekujur tubuhku gemetaran dirajam kenikmatan yang membabi buta. Akal sehatku berhenti bekerja dan nafsuku yang dominan menunjukkan prestasi saat ini. Aku membalas ciuman darma sebatas naluri ku menuntun untuk menggali kenikmatan yang semakin dalam menerobos hingga menggetarkan sarafku bagaikan alunan dawai kecapi melantunkan lagu syahdu yang membangkitkan birahi. Aku membuka mataku dan melihat wajah Darma yang berjarak cuma beberapa milli dari wajahku. Matanya berbulu lentik yang terpejam nyaris menyentuh hidungku. Darma membuka matanya. Aku melihat ada kilatan api yang berpendar didalamnya. Darma melepaskan pagutannya dari bibirku, Dibelainya pipiku. Aku balas menatapnya tanpa berkedip. Mata yang penuh kasih dan rasa mendamba yang begitu jelas terlukis dari pandangannya.
Kemudian dia kembali memelukku dan memejamkan matanya. Aku mendekap tanganku di tubuhnya. Belum pernah aku merasa seintim ini dengan siapapun sebelumnya, termasuk dengan perempuan sekalipun.
Kami berdua berpelukan erat seperti batang anggur melilit di pagar untuk beberapa lama hingga perlahan lahan aku merasakan pelukannya mengendur,
rupanya darma telah tertidur.aku menjaga posisiku tetap seperti ini hingga mataku tertidur.

aku terbangun pagi pagi sekali dengan posisi kepalaku diatas dada Darma.
Aku bisa mendengar bunyi jantungnya yang beredetak teratur. Dadanya turun naik dengan lembut dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya.
Perlahan-lahan aku berangkat dan melepaskan pelukan tangannya di pinggangku pelan-pelan. Tiba tiba Darma bergerak dan membuka matanya.
Aku duduk disisi tempat tidur. Darma menggeser tubuhnya mendekat kearahku dan memegang pahaku, sambil mencium punggung bagian bawahku. Tubuhnya sudah tidak panas lagi. Berarti dia telah sembuh.
Aku menyentuh bibirku tepat dibagian dia menciumku semalam. Masih terasa hangat. Aku masih bisa merasakan bagaimana bibirnya yang keras melumat bibirku dengan penuh perasaan, lidahnya yang menyapu dan membasahi bibirku. Hingga membuat hasratku meletup. Ternyata ciuman bisa seperti itu nikmatnya. Membuat ketagihan hingga rasanya tidak mau berhenti. Aku menunduk menoleh kebelakang. Melihat Darma yang berbaring menyamping sambil memeluk perutku.

Darma menatap wajahku lalu dia berangkat dan ikut duduk disampingku.
"semalam benar-benar indah Niko, terima kasih banyak kamu tidak menolak."

aku tidak menjawab hanya menganggukan kepala dengan pelan. Ada perasaan malu menyergap hatiku terkenang dengan kejadian itu.

"Aku ingin selalu seperti ini selamanya, aku benar-benar merasa terbang dan bahagia. Aku merasa dunia begitu indah saat aku berada dalam pelukanmu.."
lagi lagi aku cuma bisa mengangguk pelan. Lidahku terasa kelu dan mulutku seakan akan terkunci, aku bingung tidak tahu harus berkata apa. Tapi sejujurnya aku merasa begitu menikmati apa yang terjadi semalam. Aku merasa sesuatu yang baru dalam diriku. Antara hasrat dan rasa kasih yang muncul kembali perlahan lahan terhadap Darma. Aku ingin menolak tetapi tubuhku menghianatiku. Otakku terasa tumpul hingga semakin keras hatiku untuk menolak semua tapi semakin kuat ragaku menginginkannya.

Aku berdiri dan melangkah menuju ke kamar mandi. Didalam kamar mandi aku berdiri didepan Wastafel dan memandang bayangan wajahku di dalam kaca selama beberapa menit. Aku seperti melihat bayangan yang tidak aku kenal. Sesosok bayangan yang balas menatap mataku dengan sendu. Aku menggeleng gelengkan kepala kuat-kuat. Kakiku terasa lunglai dan aku menumpukan tanganku diatas wastafel agar tidak terjatuh. Kuputar kran Silver yang ada di Wastafel. Mengucurlah air yang sejuk. Kutadahkan tanganku menampung air yang langsung ku basuh kan ke mukaku. Kuambil sabun pembersih wajah Kupencet isinya lalu aku usapkan ke mukaku hingga berbusa. Kemudian aku bilas lagi dengan air hingga terasa benar-benar bersih. Dari dinding kuraih sebotol larutan penyegar mulut lalu aku berkumur hingga nafasku terasa segar. Kutarik Tissue dari dinding lalu aku keringkan wajahku hingga benar-benar kering. Kupandangi lagi bayanganku didalam kaca.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang