18. Maafkan Aku Darma

1K 22 0
                                    


aku menunggu di depan Unit Gawat Darurat, sementara dokter dan perawat sedang menangani Darma didalam. Rasanya aku begitu gelisah, Tidak menyangka bakal begini jadinya. Selalu saja begini jika bersama Darma. Dulu aku harus menggendong dia juga dan sekarang peristiwa itu terulang kembali. Aku merasa tubuhku sangat lelah. Benar-benar lelah dan penat. Aku nyaris kaget waktu seorang suster berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari UGD dan kembali lagi membawa sekantong darah. Bagaimana keadaan Darma sekarang. Apakah dokter sudah bisa menanganinya dengan baik. Aku tidak mau terjadi apa-apa. Bagaimana aku harus menjelaskan kepada orangtuanya, kepada orangtuaku. Dan teman-teman yang lain. Aku takut benar-benar takut. Andaikan saja aku yang terbaring di dalam, tentu akan sangat hancur sekali hati kedua orang tuaku karena sedih. Aku baru teringat, aku harus memberi tahu orangtuanya karena mereka berhak mengetahui apa yang sedang terjadi pada anaknya sekarang.

Darma sudah dipindahkan ke ruang perawatan, sebuah ruangan vip atas permintaanku, aku duduk disamping Darma. Saat ini dia sedang tertidur, wajahnya masih sangat pucat, kepalanya bagian belakang di perban, sementara itu selang infus ditangannya. Aku pandangi wajah Darma. Aku menangis karena lega, kata dokter dia hanya butuh istirahat, nanti juga akan bangun. Aku pandangi wajahnya. wajah Darma manis, rambutnya agak berombak sama dengan rambutku, kulitnya putih walau tak seputih Janter. Hidungnya mancung tapi tidak lancip, alisnya tebal rata dibagian kelopak mata berwarna sedikit lebih gelap, hingga terlihat sangat maskulin, bibirnya sedikit tebal bagian bawah dan ada sedikit belahan, dagunya lonjong dan jambangnya begitu tebal. Tapi aku benar benar sudah tidak punya perasaan cinta kecuali rasa sayang sebagai teman saja terhadap Darma.

sekarang sudah jam delapan malam, tadi aku sudah menelpon mamaku menjelaskan apa yang terjadi, beliau panik dan bilang akan menyusul, demikian juga dengan kedua orang tua Darma, katanya mereka saat ini lagi ada dijalan menuju kemari. Perjalanan dari pangkalpinang kesini membutuhkan waktu satu jam. papa dan mama tiri Darma datang sekitar jam sembilan kurang, mama tiri Darma terlihat begitu panik, bergegas ia menghampiri Darma, ia menangis melihat Darma terbujur diatas tempat tidur. Kemudian mamanya menghampiriku.

"kenapa Darma bisa sampai terjatuh separah ini Niko ..?" tanya mama Darma sambil terisak, aku benar benar serba salah, tidak enak hati karena sebenarnya aku penyebab Darma kecelakaan, namun untuk mengatakan yang sebenarnya aku tidak berani, lagipula andaikan Darma sadar, dia tidak akan mengizinkan aku cerita kejadian itu pada kedua orang tuanya.

"kami berdua sedang mandi tante, di air terjun perlang, Saat Darma sedang meniti batu yang licin tiba-tiba saja ia terpeleset dan kepalanya kena batu, aku sendiri baru tau waktu ia mengaduh aduh, Begitu tante..." aku terpaksa harus mengarang cerita, rasanya jantungku jadi tak menentu, tidak enak hati membohongi seseorang yang juga sudah aku anggap seperti mamaku sendiri.

"lalu ia mengalami banyak pendarahan ya..?" desak mama Darma,

"iya tante karena tidak ada siapapun disana, aku terpaksa harus menggendongnya hingga keluar dari hutan." aku menceritakan bagian yang sebenarnya.

"terimakasih banyak Niko, kamu sudah menyelamatkan nyawa anakku..." kata mama Darma sambil memelukku dan mencium pipiku. Aku rasanya ingin menangis, betapa aku tak pantas ia peluk, dan ucapan terimakasih itu tidak pantas aku terima. Karena akulah yang hampir saja membunuh Darma.

mamaku datang bersama papa, membawa roti dan buah-buahan dalam sebuah keranjang, mamaku langsung menghampiri Darma yang masih pulas karena pengaruh obat. Kemudian mama menanyakan kronologis kejadian sehingga Darma mengalami kecelakaan. Aku kembali menceritakan rekayasa kejadian pada mamaku. Beliau agak kesal juga mendengarnya.

"kamu tau Niko , tempat itu angker, sudah ada orang yang meninggal disana." kata mamaku dengan tajam.

"aku sendiri baru tahu ma, Darma yang mengajak aku kesitu." kataku pelan.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang