Aku terbangun karena merasa seperti ada benda yang kenyal dan basah tetapi hangat yang menempel dibibirku. Perlahan-lahan kubuka mata, cahaya matahari yang menembus dari balik kaca jendela kamar membuat pandanganku menjadi silau dan agak samar-samar, butuh waktu beberapa saat agar aku bisa melihat dengan jelas. Saat mataku sudah bisa memandang dengan jernih jantungku terasa mau meloncat melihat siapa yang sedang duduk disamping tempat tidurku. dengan posisi masih menunduk kewajahku memandang mataku dengan matanya yang tajam. Apakah yang aku rasakan dibibirku tadi itu bibirnya...? Atau itu cuma ilusi saja.
Janter terlihat agak kaget dan segera tegak kembali dari duduknya. Aku memaksakan senyum walaupun rasanya sangat berat.
"kamu sudah lama disini...?" tanyaku dengan suara agak parau
"belum terlalu lama, mungkin sekitar satu jam."
"darimana kamu tahu kalau aku ada dirumah?"
"tadi aku kekantormu dan sekertaris mu bilang kalau kamu tidak masuk karena sakit, Lalu aku kesini, mamamu menyuruhku masuk kekamarmu, kamu tidak marah kan?" aku mendesah pelan, bagaimana aku bisa marah. Aku sebenarnya masih penasaran apakah tadi Janter ada menciumku, namun untuk menanyakan itu langsung kepadanya rasanya kurang etis, iya kalau dia memang menciumku, seandainya tidak, Tentu aku akan merasa malu sendiri dan Janter akan merasa tersinggung, Jadi biarlah aku penasaran sendiri daripada harus membuat keadaan jadi tidak enak.
"kenapa pula aku harus marah, memangnya kamu siapanya aku..." jawabku agak ketus, tanpa aku sadari. Janter agak kaget tetapi pura-pura tidak menyadari nada bicaraku yang agak kasar. Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk terlalu kasar dengan Janter, namun aku sudah tak tahu lagi bagaimana caranya agar ia bisa menjauhi aku, seandainya kami bertemu terus, bagaimana bisa melupakan perasaan terhadapnya, sedangkan sampai saat ini masih sakit hati perasaan menyayanginya.
"kamu belum makan dari pagi kata mamamu, dari tadi kamu tertidur, apa mau aku suapin?" tanya Janter dengan lembut, tersirat pandangan tulus dari kedua bola matanya.
"aku tidak nafsu makan."
"tapi bagaimana mau sembuh kalau kamu tidak makan, aku ambilkan ya, makanlah walaupun cuma sedikit..." aku cuma bisa mengangguk lemah, percuma saja menolak terus, akan panjang ceritanya, Janter agak keras kepala dan tak akan cepat menyerah, aku sudah cukup bisa memahami sifatnya walaupun belum sepenuhnya. Janter berdiri dan berjalan keluar kamar, tidak lama kemudian ia kembali dengan membawa sepiring nasi dan segelas air putih. Aku beringsut dari tempat tidur kemudian menyender di kepala tempat tidur dengan disangga bantal. Kepalaku masih terasa agak berat, ia mengulurkan sendok ke mulutku, aku makan juga walaupun rasanya begitu tidak enak, lidahku terasa pahit, aku mengunyah dengan lamban, Janter memperhatikan dengan sabar, setelah dilihatnya aku berhenti mengunyah kembali ia menyodorkan sesendok nasi dengan sup ayam, Setelah beberapa suapan aku merasa agak mual dan kepingin muntah, Janter mengerti, cepat-cepat ia letakkan piring dan sendok ke meja kecil disamping tempat tidur, lalu mengambil tissue dan mengusap bibirku dengan lembut.
Aku merasa seperti bermimpi, baru semalam aku memimpikan Janter, dan sekarang dia ada dihadapanku dan merawatku dengan penuh kesabaran, ataukah ini masih mimpi? Aku menjadi ragu sekaligus takut, seandainya ini memang mimpi, tolong jangan sampai aku terbangun karena ini mimpi terindah. Janter membantuku berbaring kembali. Kenapa ia bisa begitu perhatian kepadaku, andaikan aku cuma teman biasa baginya, perhatian seperti ini membuat aku jadi semakin sulit untuk melupakan perasaan cinta terhadapnya. Ia menyelimuti aku dan kembali duduk di sampingku. Tangannya yang kekar dan memiliki jari yang panjang dan ramping, mengusap wajahku yang penuh keringat dengan tissue,
"kenapa kamu seperti mau menghindar dariku Niko?" Janter bertanya dengan setengah berbisik.
"apakah aku telah menyakiti kamu dengan tidak aku sadari?" ia melanjutkan.
Aku tidak menjawab, lidahku terasa kelu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Memilih
RomanceDicintai dua orang lelaki dan satu wanita membuat Niko terjebak dalam cinta bercabang-cabang. Mungkinkah untuk memiliki ketiganya, ataukah harus memilih? Cerita ini pernah populer di forum dan memiliki banyak penggemar. Ikuti liku-liku kisah cinta y...