3.Memori Sedih

1.6K 46 2
                                    

Aku naik ke atas tempat tidur dan berbaring disamping darma. Kuambil remote AC diatas naphkas dan kuatur suhu di kamarku agar lebih sejuk. Perlahan hawa didalam kamar menjadi lebih dingin dan kutarik bedcover hingga menutupi sampai ke dada ku.

"kamu sudah mengantuk ya Nik?" tanya Darma sambil membetulkan posisi bantal dikepalanya.

"sebenarnya belum sih Dar, lagian juga besok kan hari minggu, Jadi aku bisa bangun agak siang sedikit." jawabku sambil mengganti posisiku yang sedang berbaring jadi menyender di punggung tempat tidur.

Darma pun mengikuti aku duduk menyender diatas tempat tidur.

"kamu tahu Niko , semenjak aku pergi ke Bandung dulu, Aku hampir setiap hari selalu teringat denganmu." ia berhenti sejenak dan berdehem, kemudian melanjutkan kata katanya. "aku tidak tahu kenapa rasanya begitu kesepian padahal banyak teman lain disana. Dan mereka juga baik, tapi aku merasa mereka tidak sama dengan kamu Niko."

Aku mendengar sambil tersenyum tipis mengenang betapa waktu itupun aku merasakan kehilangan yang teramat sangat. Perasaan rindu yang tidak wajar dan sedih. Tetapi apa daya dulu tidak seperti sekarang dimana Handphone sudah dijual seperti kacang goreng. Jadi kami berdua benar-benar kehilangan kontak. Aku menunduk memandangi cincin bermata Zamrud yang aku pakai dijari tengahku sambil memainkan ujung ujung bedcover.

"kamu tidak pernah sekalipun menghubungi aku Dar, beberapa surat yang aku kirimkan tidak pernah sekalipun ada balasannya". Aku menarik nafas dalam. Melepaskan selimut yang kupakai dan turun dari tempat tidur. Kuraih rokok Mild diatas meja. Kuambil sebatang dan kunyalakan, kuhisap dalam dalam, menikmati nikotin yang ku hembuskan pelan dari hidungku..

Darma menopangkan dagunya diatas lututnya yang dia tekuk diatas tempat tidur pandangannya terarah ke lantai agak sendu..

"Niko....." lirihnya pelan seakan akan bicara pada dia sendiri

aku menoleh dan menyahut "ada apa Dar?"

Darma turun dari tempat tidur dan menghampiriku.

"sebenarnya ada sesuatu yang telah lama sekali ingin sekali aku katakan padamu Niko."

Aku diam menunggu Darma melanjutkan kata-katanya, Tapi dia hanya menarik nafas berat selama beberapa saat.

"apa yang mau kamu katakan tadi Dar?" aku memecah kebisuan diantara kami.

"aku....." suara Darma seperti tercekat di tenggorokan.

"aku tidak tahu kenapa aku bisa seperti ini Niko, berat sekali rasanya untuk mengatakan hal ini. Sudah bertahun-tahun aku mencoba untuk membuang rasa ini jauh jauh, kupikir dengan berlalunya waktu rasa ini akan tawar dengan sendirinya. Tetapi aku salah." Darma menghentikan kata katanya.

Aku jadi penasaran menunggu ia melanjutkan.

" apanya yang salah dan apa maksud kamu aku bingung Dar?" tanyaku mendesaknya. Aku memang paling tidak suka bertele-tele.

"aku menyukai kamu Niko, aku mencintai kamu...!"

aku terdiam tak tahu harus mengatakan apa. Pengakuan dari Darma tadi tidak pernah aku sangka-sangka. Aku menelan ludah yang terasa tercekat di tenggorokan.

Darma menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil tertunduk. Kulihat air matanya mengalir dari sela-sela jarinya. Badannya berguncang menahan tangis. Sungguh aku belum pernah melihat dia menangis seperti sekarang ini. Aku jadi bingung Apa yang harus aku katakan, Aku tidak siap mendengarnya. bagaimanapun juga dia adalah sahabatku, walaupun lama kami tidak pernah bertemu setelah belasan tahun berlalu. Dia akan tetap menjadi sahabatku. Tubuhku bergetar, kalau mau jujur sebenarnya aku dulu juga pernah merasa sangat menyayanginya walaupun aku tidak tahu apakah rasa sayang itu sebagai sahabat, atau memang sebenarnya aku mencintainya sebagai kekasih. Tapi lama dia meninggalkan aku dalam kesedihan tanpa ada kabar apa-apa. Hingga akhirnya aku bisa menghilangkan perasaan yang ganjil dulu.

Biarkan Aku MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang