Chapter 10

3.8K 189 1
                                    

Setelah sepuluh hari dari kejadian Geraldo mengantar pulang Ana, mereka tidak bertemu.

Gerald sedang sibuk dengan pekerjaannya itu. Dan Ana sibuk dengan kuliahnya.

Ana pov

Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Yeay! Sangat menyenangkan.

Aku sudah menentukan jadwal kegiatanku hari ini. Mulai dari tadi pagi aku bangun pukul 7 pagi. Aku langsung menyalakan musik. Aku memilih lagu bergenre jazz karya Billie Holiday, Mark Turner, Joe Lovano, John Coltrane dan lain lain untuk menemani pagiku yang menyenangkan ini. Semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan.

Aku mulai memasak sarapanku sendiri dan membersihkan apartemenku mulai dari mengepel,mencuci baju, mengganti sprei tempat tidur, dll.

Hari ini Grace ada mata kuliah yang harus dia ikuti. Jadi, mungkin aku akan hanya diam di apartemen.

Ponselku bergetar siapa itu.'om Henry'
Ada apa om Henry menelepon pagi-pagi seperti ini.

"Selamat pagi om, ada apa menelepon?", tanyaku to the point karen aku ingin segera membersihkan tubuhku yang berkeringat ini.

"Selamat pagi Ana. Aku hanya ingin mengajakmu untuk datang nanti malam kerumah. Istriku ulang tahun Ana, kami membuat acara kecil-kecilan. Kami hanya mengundang teman-teman dan saudara terdekat saja "

"Ah ya, aku melupakannya om. Okey aku akan datang. Jam berapa aku harus datang om?",

"Jam 7 Geraldo akan menjemputmu Ana", kenapa harus dia. Bahkan aku bisa naik taxi. Tapi apa daya om Henry bukan orang yang suka ditolak. Sama seperti....

"Baik om, dahh!", aku langsung mematikan panggilan telepon. Lebih baik aku mencari kado di toko bawah letaknya di bangunan ini di lantai 1.

----

Setelah mempersiapkan diriku, aku melihat ke cermin di kamarku.

Apakah semuanya sudah terlihat perfect? Aku menggunakan slit maxi skirt berwarna hitam yang memperlihatkan pahaku sebelah kanan dan long sleeve berwarna biru muda. Aku tidak menggunakan high heels. Aku menggunakan flat shoes berwarna hitam. Rambutku kubiarkan terurai. Aku juga tidak melewatkan kalung dan jam tangan dengan warna yang sama yaitu perak. Aku mengoleskan make up natural dengan lipgloss yang berwarna natural dengan bibirku yang asli.
Menurutku aku terlihat casual.

Tok tok tok

Aku langsung membukannya. Aku terpanah melihatnya. Ah yang benar saja Ana. Jantungku kenapa tidak bisa di ajak berkompromi. Dia juga menatapku. Aku langsung mengalihkan tatapannya. Dia terlihat tampan dengan tuxedo nya. Akh sepertinya ini acara yang sangat elite.

Apakah aku akan datang dengan pria setampa ini.

"Tunggu sebentar aku akan mengambil tasku", aku langsung berbalik mengambil tas ku dan segera keluar.

Kami menaiki lift yang sepi ini dengan keadaan hening. Entahlah, kalau dilihat dari wajahnya dia terlihat sangat lelah. Mungkin karena pekerjaannya.

Saat perjalanan pun dia tidak membuka mulutnya sama sekali. Kalau tau begitu aku akan memilih naik taxi.

Ciiiiiitttt

Suara rem pun terdengar dan bersamaan pula badanku ikut terdorong kedepan untung saja aku menggunakan seatbelt. Dan aku melihat Gerald menopangkan kepalanya di atas stir mobilnya.

"Gerald! Apa kamu ingin kita mengakhiri hidup dengan seperti ini. Apa yang kamu lakukan tadi", kataku dengan nada yang sangat tinggi itu berarti aku sedang marah.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang