Chapter 20

3.1K 129 3
                                    

Author pov

Saat ini Ana sedang dalam perjalanan menuju airport karena dia ingin menghabiskan masa liburan semester kali ini bersama orang tuanya di Bali. Setelah pertemuannya dengan Geraldo dan Blandina di cafe sebulan yang lalu, dia tidak pernah bertemu dengan mereka berdua khususnya Geraldo.

"Salam ya na, buat tante ama om", kata Grace yang berada di bangku pengemudi. Dia yang mengantarkan Ana menuju airport.

"Iya, lo gak mau ikutan ama gue?", tanyanya

"Enggak ah, gue lagi banyak laporan yang harus dikerjain nih",

"Yaudah deh sukak lo",

----

"Dahh Ana, see you yaa",

"Bye Grace, jaga diri lo", katanya.

Ana langsung menuju ke waiting room dan menunggu penerbangannya tiba.

Disisi lain, Geraldo juga melakukan penerbangan ke Bali karena perintah ibunya satu bulan yang lalu. Ada perayaan ulang tahun PT. Brackley yang diadakan di Bali.

'Sudah sebulan aku tidak bertemu dengan Ana' pikirnya, selama sebulan ia habis kan dengan bekerja dan pergi keluar kota. Seminggu pertama Blandina di Melbourne dan Geraldo membawanya jalan-jalan dan minggu selanjutnya ia harus keluar kota mengunjungi dan mengecek keadaan di kantor-kantor cabang.

"Gue nyusul sehari sebelum acara nya do", kata Ray setelah kami turun dari mobil.

"Hmm... okey", jawab Geraldo.

"Kirim salam buat tante om sama Blandina juga ya, kak Cella juga sama suaminya juga", kata Ray

"Bilang aja kirim salam buat semua orang yang bakal gue temuin. Lagian lo juga bakal balik tauk",

----

Bandara Ngurah Rai

Blandina pov

Aku sudah berada di Bandara untuk menjemput Geraldo yang akan tiba di Bali, aku menunggunya tapi belum juga keluar.

Aku ke Bandara dengan adik sepupu Geraldo yang diajak ibu Geraldo untuk menghadiri acara ulang tahun kantor sekalian berlibur di sini. Namanya Monika Selina Sukarjo.

"Mbak, lama banget sih masnya", kata Selina dengan medok jawanya karena dia tinggal di Semarang. Ya dia bisa dipanggil Selina.

"Tauk nih, sana dulu yuk sel", ajakku menuju salah satu tongkrongan yang menjual berbagai macam kopi dan temannya.

"Mau pesen apa sel?", tanyaku.

"Apa aja deh mbak", sahutnya.

"Hot chocolate dua ya mas", pintaku.

Setelah kami mendapatkan pesanan kami dan tidak lupa untuk membayar aku kembali menunggu di depan pintu kedatangan yang sangat ramai.

"Mbak, itu mas Ado", teriak Selina yang membuatku menoleh dan mengarah kearah yang ditunjuknya. Dan aku melihatnya. Selina langsung berlari menembus padatnya orang dan memeluk Geraldo. Ah si tampan. Bagaimana mungkin dia tidak sadar hampir semua orang melihatnya yang sedang berjalan dengan menggunakan jeans dan sweater dan disempurnakan oleh kaca mata hitamnya.

Aku menunggu dibelakang karena aku tidak yakin bisa bertahan dikerumunan orang yang sedang menunggu kedatangan entah sanak saudara atau teman.

"Ah lihatlah orang-orang melihatmu!", kataku langsung memeluknya saat dia mendekat.

"Hahaha... aku kan tampan", kata Geraldo membuatku mendongakkan kepala melihat matanya dan ia memasang senyuman soknya. Aku meninju perutnya.

"Hei, sakit tauk", katanya.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang