Chapter 6

3.9K 177 0
                                    

Geraldo pov

"Geraldo?", aku langsung menoleh kebelakang melihat gadis yang tadi dikenalkan Ray kepadaku.

Aku kaget, sangat kaget.

"Apakah kalian saling mengenal?", tanya Ray yang duduk di tempat duduk pengemudi.

Ana? Apakah dia Ana? Gadis yang pernah kupacari sebulan karena bahan taruhan saat aku berada di SMA dan saat dia masih SMP.

Flashback on

"Eh Gerald! Gimana kalo kita taruhan. Hari ini ulangan fisika kan ya, kalau nilai fisika gue lebih tinggi dari lo. Lo harus nembak tuh cewek. Begitu juga sebaliknya ", kata Beni. Dia anak Jakarta jadi kalau kami lagi berdua kami menggunakan kata lo-gue biar lebih santai. Dia satu kelas denganku. Kami sama-sama duduk di program akselerasi Dia menunjuk cewek yang menggunakan seragam SMP yang lewat didepan kami.

Rambutnya yang hitam dibiarkan tergerai sepanjang bahu. Kulitnya putih pucat, hidungnya mancung, dia tidak terlalu buruk. Eh bukan tidak terlalu buruk tapi dia sangat cantik.

Dia terlihat sangat polos namun tidak seperti anak yang baru lulus SD. Tingginya kira-kira 150 dan itu cukup tinggi untuk ukuran anak SMP.

"Cuma itu?", jawabku santai.

"Kalau misalkan lo yang kalah kalian harus pacaran minimal sebulanlah. Dan gue yakin kalo lo yang nembak pasti bakal diterima sama dia. Berani gak lo?", tantangnya.

Mana mungkin aku menolaknya.

"Siapa takut. Gue pasti yang menang", jawabku dengan santai.

Ujian fisika berakhir

"Albeni Syaro", Beni langsung maju kedepan mengambil kertas ulangannya. Setelah mengambilnya dia langsung balik ketempat duduk yang berada tepat didepanku. 9 itulah nilai yang diterimanya.

"Geraldo Adrian", aku maju kedepan dan mengambil kertasku. Aku sangat kaget karena aku mendapat nilai 8. Shit! Aku mengumpat dalam hati. Tadi aku sangat yakin kalau jawabanku benar semua. Ahh...Beni lebih tinggi nilainya dariku.

Aku balik duduk di tempatku dan Beni menoleh kebelakang.
"Berapa lo?", katanya

"Nih liat", aku menunjukan kertas ulanganku ke depan mukanya. Aku begitu kesal dan dia tertawa puas.

"Hahahaha. Besok ya Ger! Gue tunggu", katanya dengan suara bisik-bisik."

Flashback off


"Tidak, kami tidak saling mengenal", katanya dengan mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. Aku yakin ini adalah gadis SMP itu. Dia biasa dipanggil Ana.

Ray pun terlihat kaget mungkin karena Ana menggunakan bahasa Indonesia dan dari tadi mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan accent British yang merkea punya.

Dia tidak jauh berbeda dari dulu sama polosnya. Aku tidak ambil pusing dan langsung menghadap ke depan. Pura-pura tidak peduli dengan mengganti-ganti lagu klasik kesukaanku itu.

Kami berhenti di depan University of Melbourne. Oh ternyata di kuliah disini.

Ana turun dari mobil Ray. Ray membuka kaca jendela mobilnya.

"Thankyou Ray, Thankyou Gerald", dia melambaikan tangan kepada kami. Ray balik melambaikan tangannya kepada Ana dan aku hanya diam.

Aku pikir itu tidak penting.

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke kantor.

"Dia sangat cantik ger. Dia juga terlihat polos", kata Ray. "Hm...", jawabku tak minat.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang