Chapter 25

2.6K 95 0
                                    

Blandina pov

Aku turun dari mobil Geraldo dan dia langsung melajukan mobilnya dengan kencang.

"Au", aku merasakan kepalaku sangat sakit. Malam ini dingin sekali. Jalanan ini sepi sekali aku duduk di pinggir jalan di bali pohon.

Aku memutuskan untuk menelpon Titian. Titian Violin adalah adik sepupuku yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi tapi selama di Bali ini dia menginap di hotel.

"Titian, gue lagi gaktau dimana. Lo jemput gur dong, caru pake GPS , auu", kataku menahan sakit kepala ini.

"Hei kak, kenapa kakak? Tunggu sebentar aku akan tiba", katanya.

Setelah itu aku tidak sadarkan diri.

----

"Kakak, kenapa kakak semalam?", kata Titian.

"Dimana gue?", tanya ku

"Rumah sakit, nanti malam kita pulang. Aku udah pesen tiket. Besok pagi jadwal kakak kemo", kata Titian.

Kemo? Aku membenci itu tapi bagaimanapun aku harus menjalankannya.

"Semalam aku sudah bilang ke tante Anjani, kakak semalam menginap dirumah teman kakak", kata Titian.

Titian memang sudah kuceritakan semuanya tentang diriku.

----

Aku datang ke villa jam 4 sore dan menemukan tante Anjani sedang menonton TV.

"Hei Blan, bagaimana semalam? Apakah menyenangkan?", tanya tante.

"Tentu saja tante, tante Blandina permisi ke kamar", kataku.

Dikamar aku membereskan semua yang harus dibawa kembali ke Jakarta.

Aku mengingat, bahwa malam ini aku akan mengatakannya kepada orang tua Geraldo.

Dan saat aku berada di ruang keluarga untuk menonton TV, Geraldo baru datang.

"Hei do, udah dateng?", kataku dengan memasang senyuman terbaikku.

Aku tidak boleh mengecewakan Geraldo. Aku harus kuat! Dia memang tidak menyetujui dari awalkan pertunangan ini. Jadi untuk apa dipertahankan jika hanya satu orang yang memperjuangkan.

"Buruan mandi, abis itu kita makan malam", kata Selina.

Dia langsung berjalan tanpa memperdulikan kami. Bukan kami sepertinya hanya aku.

Tante Anjani mengajak kami makan malam. Kami menunggu Geraldo keluar dari kamar.

"Duduk do", kata ayah ketika melihat Geraldi itu sudah datang.

Siap. Siap. Siap.

"Aku mau berbicara sama tante dan om", kataku. Jantungku rasanya berdetak 3 kali lebih cepat dari biasanya.

"Mau bicara apa Blandina?", kata om Brackley.

"Blandina dan Geraldo udah diskusi kalo kami mau tali pertunangan antara kami berdua diputus", kataku yang sudah menjadi keputusan ku dengan bulat.

"Apa maksudmu Blandina?", tanya tante.

"Iya tante, Blandina sih yang sebenernya gakmau tunangan sama Geraldo. Maaf tan", kataku. Aku tidak mau menyalahkan Geraldo. Aku juga tidak mau Geraldo tau tentang penyakit sialan ini.

"Yah", kata Geraldo menyela kataku. Aku yakin dia akan menolak karena aku mengatakannya dengan terburu-buru.

"Gapapakan tan om? Kan yang jalanin kami berdua", kataku dengan manja.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang