Chapter 22

2.9K 122 3
                                    

Ana pov

"Kamu  depan deh na, aku belakang aja ", kata Blandina yang membuatku cukup terkejut. Ah yang benar saja dia kan tunangannya.

Aku masih terkejut dengan pertemuan ku dan Geraldo yang tidak sengaja ini. Dunia begitu sempit pikirku.

"Ah tidak, kamu saja yang depan Blandina", kataku.

"Aku kan jadi tidak enak. Bukankah Geraldo itu tunanganmu", itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan.

"Mungkin, sudahlah ayo. Nanti kita ketinggalan filmnya loh", aku segera duduk di bangku penumpang sebelah pengemudi. Aku melihat Geraldo juga cukup terkejut dengan apa yang Blandina katakan tapi dia tidak berniat membantah.

Kami hanya diam di dalam mobil. Bahkan Blandina yang terlihat suka ngomong dan bercanda saja hanya diam.

Suara alunan lagu dari Radio Indonesia yang mengalun menemani suasana hening ini.

Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cinramu
Namun aku takkan pernah bisa, ku

Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia

Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini

Namun aku takkan pernah bisa, ku

Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia

Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia

Suara alunan lagu dari Raisa terdengar.
Ck. Kenapa harus lagu ini juga?

Kami menuju bioskop dan mencari film yang disebut midnight yang artinya tengah malam. Sekarang pukul 10.30 pm.

"Kita mau nonton apa Blan?", tanyaku pada Blandina saat kami menuju lantai tempat pembelian tiket bioskop.

Aku berjalan beriringan dengan Blandina sedangkan Geraldo di belakangnya. Saat aku melihat ke belakang mataku melihat langsung ke arah manik mata Geraldo. Meleleh deh.

Dia hanya memberikan senyum.

"Eh Anastasya, kita nonton yang genrenya romance trus film Indo aja ya", kata Blandina kembali menatapnya.

"Terserah aja", kataku.

----

"Mbak pesen 3 tiket Magic Hour jam stengah dua belas ya mbak", kata Blandina memesan.

"Kok nonton itu sih?", kata Geraldo menyahut tidak terima.

"Biarin, kita maunya itu kok", kata Blandia mengejek mengukurkan lidahnya.

"Nih", kata Geraldo mengeluarkan kartu yang sepertinya isinya unlimited. 

"Terima kasih ganteng, lo tau banget selera kita", kata Blandina meneruskan aku hanya memberikan cengiran.

----

"Kalian duduk sini saja ya, aku mau membeli makanan. Kalian mau apa?", kata Blandina.

"Terserah", kataku dan Geraldo bebarengan yang membuat kami saling menatap.

"Akh. Kalian sangat kompak ternyata. Kemapa kalian tidak jadian saja? ", Blandina langsung pergi setelah mengatakan itu.

Aku dan Geraldo duduk di bangku bersebelahan.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang