Ana pov
"Kamu depan deh na, aku belakang aja ", kata Blandina yang membuatku cukup terkejut. Ah yang benar saja dia kan tunangannya.
Aku masih terkejut dengan pertemuan ku dan Geraldo yang tidak sengaja ini. Dunia begitu sempit pikirku.
"Ah tidak, kamu saja yang depan Blandina", kataku.
"Aku kan jadi tidak enak. Bukankah Geraldo itu tunanganmu", itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan.
"Mungkin, sudahlah ayo. Nanti kita ketinggalan filmnya loh", aku segera duduk di bangku penumpang sebelah pengemudi. Aku melihat Geraldo juga cukup terkejut dengan apa yang Blandina katakan tapi dia tidak berniat membantah.
Kami hanya diam di dalam mobil. Bahkan Blandina yang terlihat suka ngomong dan bercanda saja hanya diam.
Suara alunan lagu dari Radio Indonesia yang mengalun menemani suasana hening ini.
Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cinramu
Namun aku takkan pernah bisa, kuTakkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgiaSemua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di siniNamun aku takkan pernah bisa, ku
Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgiaTakkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgiaSuara alunan lagu dari Raisa terdengar.
Ck. Kenapa harus lagu ini juga?Kami menuju bioskop dan mencari film yang disebut midnight yang artinya tengah malam. Sekarang pukul 10.30 pm.
"Kita mau nonton apa Blan?", tanyaku pada Blandina saat kami menuju lantai tempat pembelian tiket bioskop.
Aku berjalan beriringan dengan Blandina sedangkan Geraldo di belakangnya. Saat aku melihat ke belakang mataku melihat langsung ke arah manik mata Geraldo. Meleleh deh.
Dia hanya memberikan senyum.
"Eh Anastasya, kita nonton yang genrenya romance trus film Indo aja ya", kata Blandina kembali menatapnya.
"Terserah aja", kataku.
----
"Mbak pesen 3 tiket Magic Hour jam stengah dua belas ya mbak", kata Blandina memesan.
"Kok nonton itu sih?", kata Geraldo menyahut tidak terima.
"Biarin, kita maunya itu kok", kata Blandia mengejek mengukurkan lidahnya.
"Nih", kata Geraldo mengeluarkan kartu yang sepertinya isinya unlimited.
"Terima kasih ganteng, lo tau banget selera kita", kata Blandina meneruskan aku hanya memberikan cengiran.
----
"Kalian duduk sini saja ya, aku mau membeli makanan. Kalian mau apa?", kata Blandina.
"Terserah", kataku dan Geraldo bebarengan yang membuat kami saling menatap.
"Akh. Kalian sangat kompak ternyata. Kemapa kalian tidak jadian saja? ", Blandina langsung pergi setelah mengatakan itu.
Aku dan Geraldo duduk di bangku bersebelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED or LOVES
Novela JuvenilDia mendongak menatap ku. "Sampai kapan kamu mengamati wajahku yang tampan ini Ana.", sindirku "Lepaskan!", sahutnya cepat dengan suara tinggi. Aku langsung melepasnya. Hampir saja dia kehilangan keseimbangan dan aku menyadarinya. Dan aku meninggalk...