Chapter 21

2.9K 131 1
                                    

Geraldo pov

Aku baru saja tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Kata Ibu, Selina dan Blandina yang akan menjemputku. Baguslah. Semenjak kedatangan Blandina ke Melbourne semuanya berubah.

Aku mulai belajar menerima dan belajar mencintainya. Kurasa berhasil.

Aku keluar dari pintu kedatangan dengan kacamata hitamku yang bertengger di hidungku yang mancung ini. Mataku langsung terarah ke seseoarng wanita tinggi dengan kulit pucatnya dan rambut hitam lurusnya sedang membawa minuman. Aku rasa coklat panas.

Selina menyadari kehadiranku dan segera menghampiriku dan memelukku.

"Aku kangen mas, lama gak pulang deh", kata Selina adik sepupuku.

Aku memberikan senyum terbaikku dan balas memeluknya. Setelah itu aku menuju dimana tempat Blandina berdiri.

"Ah lihatlah orang-orang melihatmu!", katanya saat aku tiba dan dia langsung memelukku. Wangi  buah-buahan khas nya yang dapat kuhirup sekarang. Aku merindukannya. Sungguh.

"Hahaha... aku kan tampan", kataku menggunakan kosa kata yang baku.

Dia meninju perutku. Sebenarnya tidak terasa apa-apa.

"Hei, sakit tau", kataku kesakitan beerharap dia minta maaf.

Tapi dia malah  langsung melepas pelukannya padaku  dan berjalan mendahuluiku dan Selina.

"Sepertinya mbak Blandina lagi dapet", kata Selina yang membuatku tertawa.

"Ck. Ternyata lo sangat lemah", katanya yang sudah berjalan di depan.

Dengan merangkul Selina yang tingginya sebatas bahuku aku berlari mengejar Blandina dan merangkulnya disebelah kananku. Koperku berada di tangan kiri Selina.

"Hei, ngambek nih lo", kataku mencium puncak kepalanya. Ternyata aku sangat menyayanginya. Atau bahkan mencintainya sepertinya.

"Udah ah ayuk pulang, budhe udah masak tau", kata Selina.

"Okey", jawabku dan Blandina  bersamaan.

Hahahahah kami pun tertawa bersama.

----

Aku mengendarai mobil yang datang untuk menjemputku. Selina duduk di jok belakang dan Blandina duduk di bangku penumpang sebelahku.

"Sepertinya dia lelah", kata Blandina

"Hm....lo makin kurus deh blan", kataku. Memang aku melihat perubahan pada tubuh Blandina yang semakin kurus.

"Masak sih, lo kali yang makin gede", katanya. Masa iya aku makin gede? A Ku kan segini-gini aja.

"Serius", kataku. Aku berfikir kalo dia sedang proses  diet.

"Ah apaan sih lo! Oya rencananya gue bakalan bilang ke om, tante, mommy sama daddy kalo kita mutusin pertunangan besok deh waktu makan malam", katanya langsung  mengalihkan pembicaraan. Aku sangat kaget dengan apa yang dikatakan Blandina barusan.

Aku menoleh sambil menginjak rem  mobil.

"Lo udah gakmau tunangan sama gue lagi?", kataku. Apa coba maksudnya.

Dia melihatku.

"Hahaha, gue mau kalik. Lonya tuh yang gakmau. Udah ah lagian gue juga gak bisa maksain lo buat cinta sama gue hahahah", tawanya yang aku yakin dibuat-buat. Apakah aku harus mengungkapkan cinta dulu baru dia tau kalau aku sangat menyayanginya. Ah ya memang benar kan aku mau tali pertunangan ini diputus.

Kami pun di mobil hanya diam begitu juga di Villa.

Blandina langsung masuk ke kamar yang ia tempati di Villa ini sedangkan Selina aku tidak menemukannya.

LOVED or LOVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang