Esoknya, suasana di SMA Yudhiska masih sama seperti biasanya. Para siswa melakukan rutinitas mereka sebelum bel masuk berbunyi. Terlihat normal. Tapi pagi ini terasa aneh bagi Rinai. Ini pertama kalinya Rinai nggak barengan sama Rei. Emang sih Rei hari ini nggak masuk sekolah gara-gara bangun kesiangan, dan dia nggak mau disetrap di depan kelas karena bisa menurunkan popularitasnya di sekolah. Hiiiih, Rinai jadi kesel sendiri mengingat wajah nyolot Rei yang maksa dia berangkat sekolah sendirian. Gila, disini Bandung bukan Jogja!!! Oke, catat baik-baik: DISINI BANDUNG DAN RINAI SAMA SEKALI NGGAK HAFAL JALAN!!!! Untung aja si Oma berbaik hati memanggilkan taksi agar mengantar Rinai sampai di sekolah dengan selamat sentausa dan sehat walafiat. Mengingat kejadian itu hanya bisa membuat mood Rinai memburuk. Dasar si Rei, nggak jauh beda sama kebo! Maki Rinai dalam hati.
"Hei Rin, Rei mana?" seorang cewek dengan gaya ganjen menghampiri Rinai. Rinai ingat nama cewek itu Sonya, naksir berat seberat-beratnya sama Rei. Sejak hari pertama Rinai masuk ke sekolah ini kelihatan dari cara dia ngomong dan merhatiin Rei. Tapi dasar sial si Sonya, Rei sama sekali nggak ngerespon.
"Tewas," jawab Rinai asal.
"Hah, yang bener lo? Princess Charming gue tewas??? Oh my God!!" Sonya berteriak dengan gaya ala drama queen yang membuat Rinai ingin muntah.
Ya ampyuuuun, Plis deh, Rei dibilang princess charming??? Yang ada dia itu Pangeran buruk rupa di cerita beauty and the beast!! Ternyata teriakan Sonya berbuntut panjang, anak-anak yang tadi sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri jadi mendekat dan ingin tahu apa yang terjadi. Dasar para tukang gossip!
"Kenapa sih?" salah seorang anak mengangkat kedua alisnya pada Sonya.
"Itu tuh kata Rinai temen kita tersayang Rein Alfandi tewas!!!"
"HHHAAAAAHHHH????!!!!!"
"TEWAS????? Mati gitu maksud lo?"
"Waaahh, kita kehilangan pahlawan di kelas kita!!"
"Teman-teman ayo kita mengheningkan cipta untuk mengenang jasa-jasa Rei karena dia sudah memberikan sontekan pada saat kita ulangan!!!"
Rinai gelagapan, semua anak jadi histeris, terutama yang cewek-cewek. Aduh, kenapa jadi ribet kayak gini sih? Padahal niatnya Rinai kan cuma menggoda si Sonya. Tapi mau gimana lagi, terpaksa dia harus mengakui bahwa kata-katanya hanya fiktif belaka. Lagian anak-anak ini begonya melampaui batas Patrick dan Spongebob kalau sampai bener-bener percaya.
"Gini temen-temen sebenernya..." Belum sempet Rinai melanjutkan kata-kata, seorang cowok jangkung menghampiri Rinai. Dia baru saja sampai di kelas karena dari matanya kelihatan bingung dengan kehebohan yang terjadi. Cowok itu Onie. Dia menyerahkan ponsel ke tangan Rinai. Dengan bingung Rinai menerima ponsel itu.
"Ada telepon buat lo!"
Dengan ragu-ragu Rinai mulai berbicara, "Ha... halo??"
"Lo udah sampai di sekolah dengan selamat? Tangan, kaki, kuping, idung, sama jidat lo masih utuh kan? Beban mental nih gue mikirin elo!!!" Suara Rei membahana dari seberang. Gila... suaranya di loudspeaker, otomatis semua anak dapat nguping dengan gratis. Dan itu juga berarti : TAMATLAH RIWAYAT RINAI!!!
"Eh...a...aku...aku gak apa-apa kok. Aku udah ada di sekolah," Rinai tergagap.
"Lo kok kayak habis ketemu setan sih??? Beneran lo nggak apa-apa???"
"Eh...i...iya..bener," aduh Rinai, kumpulkan tenaga dalammu, jangan kelihatan nervous. Hadapi ocehan Rei dengan senyuman. SENYUMAN!!!!
"Oke gue percaya, nanti lo pulang bareng Onie, ya? Awas kalau lo pulang sendiri!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai Hujan
Teen FictionNO COPAS/REMAKE!!! CERITA INI BELUM MENGALAMI REVISI EYD... Aku menemukan bidadari kecil. Sayang, bidadari itu tidak sempurna. Sayapnya patah. Ia tidak bisa terbang seperti bidadari lainnya. Tapi ia memiliki kelebihan. Ia mampu memberikan kebahagia...