Flashback
Banyak yang bilang hidup Rinai nyaris sempurna. Ia pandai, berlimpah uang, dan pacarnya, Tirta, adalah seorang model yang cukup terkenal. Mereka sudah menjalin kasih selama satu tahun lebih. Orang melihat mereka adalah pasangan paling sempurna. Nyaris seperti Romeo dan Juliet. Tirta terlihat sungguh mencintai Rinai. Mereka sering berpergian saat week end, dan yang paling disukai Rinai adalah melihat bintang. Saat langit cerah, Tirta akan mengajak Rinai ke puncak, biasanya di daerah Kaliurang, untuk menyaksikan bintang lebih dekat sambil membawa teropong.
Tapi di balik itu semua, tidak ada yang tau bahwa Tirta sering menyiksa Rinai. Bukan secara fisik, tapi secara batin. Tirta seperti memiliki dua kepribadian. Yang satu adalah Tirta yang baik dan perhatian yang selalu terlihat mata oleh banyak orang. Sementara satunya lagi adalah Tirta yang egois, temperamental, bahkan suka mabuk-mabukan. Rinai selalu berusaha menutupi itu semua. Di depan orang, ia selalu membanggakan Tirta, bahkan Tirta terlihat benar-benar tanpa cela. Satu tahun lebih, adalah angka yang fantastis saat Rinai harus bertahan terhadap Tirta.
Semakin lama perlakuan Tirta makin parah. Rinai paling takut saat Tirta sedang mabuk, emosinya benar-benar tak terkendali. Seperti orang kesetanan, Tirta selalu mengucapkan kata-kata kasar pada Rinai. Seolah-olah Rinai adalah seseorang yang sangat ia benci. Dan berkali-kali pula Rinai menangis, meratapi nasib, mencoba membangun benteng pertahanannya agar lebih kokoh, tapi tetap saja benteng itu masih retak disana-sini, bahkan hampir roboh. Saat Tirta tersadar dari mabuknya, maka ia akan meminta maaf pada Rinai, dengan tangisan yang benar-benar tulus. Itu semua membuat hati Rinai galau. Rinai sangat mencintai Tirta, mungkin Tirta juga. Tapi kadang Tirta seperti bukan Tirta. Akhirnya Rinai dengan mudah memaafkan Tirta dan mereka melanjutkan hubungan yang terlalu rapuh itu.
Klimaks dari semuanya adalah saat suatu malam Tirta mengajak Rinai ke pub. Awalnya Rinai menolak, Tapi Tirta memaksa, akhirnya ia setuju. Disana Tirta sempat bertemu dengan seorang perempuan yang tidak Rinai kenali. Mereka berbicara banyak, tapi agak menjauh dari Rinai. Dari pembicaraan itu Rinai mendapati Tirta seperti terguncang. Pandangannya berubah sendu. Matanya nanar. Rinai pun tidak berani bertanya apa yang terjadi. Tirta minum, banyak sekali, dan itu membuatnya hangover parah.
Yang membuat Rinai terkejut adalah saat tiba-tiba Tirta menariknya menuju sudut parkiran mobil yang sepi. Kemudian ia mencengkeram lengan Rinai dengan keras membuat Rinai kesakitan.
"Aku benci kamu!" Tirta berbisik di telinga Rinai. Membuat Rinai bagai disengat listrik ribuan volt dan membuatnya hangus terbakar. Tanpa sisa.
"Kamu bercanda kan?" mata Rinai yang berkaca-kaca itu seolah memohon agar Tirta menarik ucapannya barusan.
"Aku nggak pernah bercanda sama omonganku. Lihat aku, Rin, aku masih sadar! Kamu pikir aku hangover? Mulai sekarang, pergi dari hidup aku, Rin! Aku nggak mau lihat kamu lagi!!" Tirta menunjuk-nunjuk wajah Rinai.
Guncangan batin itu kembali melanda Rinai. Ia bagai di angkat ke langit kemudian dilempar ke tanah secara tiba-tiba. Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Rinai yang saat itu benar-benar hancur, remuk, pecah berkeping-keping menjadi serpihan kecil dan tidak akan pernah kembali utuh.
"Aku...masih maafin kamu....ka...kalau kamu bilang... kamu bohong..." dengan sesenggukan Rinai masih saja mencoba bertahan. Masih berharap hatinya yang sudah lama hancur itu masih bisa di perbaiki.
"Jangan bikin aku ngamuk, Rin!!"
"Tapi kenapa?! Gara-gara cewek tadi kamu sampe kayak gini ke aku?! Siapa dia, Tir?! Ada hubungan apa kamu sama dia?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai Hujan
Teen FictionNO COPAS/REMAKE!!! CERITA INI BELUM MENGALAMI REVISI EYD... Aku menemukan bidadari kecil. Sayang, bidadari itu tidak sempurna. Sayapnya patah. Ia tidak bisa terbang seperti bidadari lainnya. Tapi ia memiliki kelebihan. Ia mampu memberikan kebahagia...