25 Desember 2011
Untuk Clery, Bidadariku yang bersayap patah
Clery, hari ini tepat empat tahun kepergianmu. Gimana ini, aku kangen banget sama kamu. Aku kangen melihat wajahmu, aku kangen mendengarkan suaramu, aku kangen semua tentang kamu. Apa disana kamu juga kangen aku? Clery, aku punya sedikit solusi saat aku kangen kamu. Aku akan memandang hujan di depan teras rumah sama seperti yang sering kamu lakukan dulu.
Oh iya, saat ini aku nggak tinggal lagi bersama Kak Rain. Kak Rain tinggal bersama Papa di Jakarta. Tapi yang sangat membahagiakan adalah kami kembali bersama. Seperti keluarga utuh lainnya, kami hidup bahagia. Aku yakin kamu juga bahagia saat mendengar berita ini. Clery, boleh kan aku minta tolong sama kamu? Papa sakit, tolong beritahu Tuhan agar ia menyembuhkan Papa. Aku dan Kak Rain nggak mau kehilangan Papa seperti saat kami kehilangan kamu, pasti akan sangat menyedihkan.
Clery, saat ini aku juga sudah bersama dengan seseorang yang sangat aku cintai, namanya Rinai. Ia datang di kehidupanku begitu saja. Awalnya nyebelin banget bikin aku nggak suka. Tapi setelah aku lihat lama-lama dia manis juga. Aku jagain dia habis-habisan, nggak mau dia kenapa-kenapa. Dia berbeda dengan kamu. Kamu adalah bidadari kecil yang kuat dan nggak cengeng, sedangkan dia adalah bidadari yang sangat rapuh dan cengeng. Menjaganya lebih sulit daripada saat aku menjaga kamu.
Dimimpiku kamu pernah bilang bahwa aku harus membuka hati dan tetap menjalani hidupku dengan meraih kebahagiaanku sendiri. Jadi aku mencoba untuk benar-benar memahami hatiku, aku belajar mengerti hatiku, aku mencari apa yang diinginkan oleh hatiku. Dan dialah jawabannya. Seseorang yang memang mencintaiku dengan tulus. Aku bahagia, Clery. Bener-bener bahagia. Aku ingin membagikan kebahagiaan ini sama kamu juga. Kamu tetap menjadi bagian dari hatiku yang nggak akan pernah terhapus. Kalian adalah dua bidadari yang mengisi hidupku, yang memberi aku kebahagiaan tak terhingga. Trimakasih untuk semuanya, Clery. Berbahagialah disana...
Rein menyelipkan sebuah surat yang sudah ia tulis untuk Clery di dalam buket bunga yang ia letakkan disamping nisan Clery. Setiap hari kematian Clery, ia pasti akan mengunjungi Clery. Tapi saat ini sangat berbeda, ia merasakan tidak ada beban sama sekali di hatinya. Tidak ada kesedihan, justru yang ada adalah kekuatan yang terus menyelimutinya. Kekuatan yang membawa energy positif untuknya. Kekuatan yang membawa kebahagiaan. Rei menyunggingkan senyumnya. Ia mengelus nisan Clery sejenak sebelum berdiri dan meninggalkan makam itu.
Kemudian ia menuju area parkir dan mengemudikan motornya ke suatu tempat. Tempat dimana saat ini separuh hatinya sedang menunggunya. Saat tiba di tempat itu, Rei segera memarkir motornya dan berlari ke sebuah area perpustakaan. Di depan perpustakaan tersebut terdapat taman yang sangat asri dilengkapi dengan gazebo-gazebo kecil untuk bersantai. Ya, saat ini Rei ada di area Universitas Padjajaran tempat dimana Rinai mengemban jenjang kuliahnya yang baru memasuki semester awal di jurusan Psikologi. Sementara Rei saat ini juga kuliah di kampus yang sama tetapi beda jurusan, Rei sendiri memilih jurusan teknik geologi.
Mata Rei mencari-cari dimana keberadaan Rinai, dan ia tersenyum saat melihat gadis itu sedang duduk-duduk di dalam gazebo sendirian. Ia sedang sibuk membaca buku literatur kuliahnya. Tidak ada yang berbeda dengan Rinai yang dulu, Rinai yang sekarang tetaplah seorang gadis manis yang mampu membuat jantung Rei berdetak secara tidak normal tiap kali melihatnya. Ia hanya terlihat sedikit dewasa, ditambah dengan kacamata tipis yang membingkai wajahnya yang cantik. Tanpa Rinai sadari, Rei sudah duduk di depan Rinai. Rinai masih terlalu sibuk dengan bukunya. Rei yang memang tidak betah diam lama-lama akhirnya menepuk bahu Rinai dengan keras membuat gadis itu tersentak kaget.
"Rei! Ngapain sih pake ngagetin segala?! Kalau aku jantungan gimana?" protes Rinai dengan mulut yang mengerucut. Rei terkikik geli melihat reaksi Rinai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai Hujan
Teen FictionNO COPAS/REMAKE!!! CERITA INI BELUM MENGALAMI REVISI EYD... Aku menemukan bidadari kecil. Sayang, bidadari itu tidak sempurna. Sayapnya patah. Ia tidak bisa terbang seperti bidadari lainnya. Tapi ia memiliki kelebihan. Ia mampu memberikan kebahagia...