Olivia POV
Aku duduk di pinggiran kasur, menynggu Blake untuk ke luar dari kamar mandi, aku mendengar showernya telah di matikan, aku sedang memandang sekitar kamar ini dan pandangan ku jatuh saat Blake keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk menggantung di pinggulnya, menampakan V line nya, air turun dari rambutnya yang basah, sadar akan apa yang ku lakukan, aku segera memalingkan pandangan ku, Blake terkekeh
"Suka dengan apa yang kau lihat?" Tanya nya, aku merasakan pipiku memanas, ia hanya terkekeh dan memasuki walk in - closet, dan beberapa menit kemudian ia keluar dengan celana tidurnya, for my name sake, ia tidak memakai baju, aku hanya mendengus dan merebahkan tubuh ku di kasur dan berusaha menutupi wajahku dengan bantal
"Hei, jangan menutupi wajah mu, kau terlihat lucu saat pipi mu memerah" kata Blake dari arah samping ku dan menarik bantal dari wajah ku, aku terduduk dan menatap wajahnya
"Aku berhutang penjelasan pada mu, bagaimana kalau kita bermain 21 questions?" Tanya nya dan aku mengangguk antusias, supertinya akan seru
"Baik, tetapi aku akan menjelaskan itu terlebih dahulu" katanya dan ku menganggukan kepala ku, ia berjalan kearah kepala ranjang dan menyenderkan tubuhnya, ia menepuk nepuk sisi di sebelahnya, aku menyeritkan alis ku dan beberapa saat kemudian berjalan kearahnya dan memposisikan tubuh ku di sisinya, ia menarik tangan ku sehingga bisep dan dadanya menjadi bantalku, ia memainkan rambut ku sedangkan aku mendengarkan detak hantungnya
Berdebar sangat kencang
Aku tersenyum karena ia juga merasakan hal yang sama saat berada di dekat ku, aku menikmati paparan panas dari tubuhnya
"dulu, dari sebelum aku lahir ataupan ada, Mama adalah seorang keturunan kerajaan, kau tahu, kerajaan yang mengurusi semua dunia immortal, sebelum seperti sekarang, Mama berjuang untuk menemukan raja dan ratu, yang juga orang tua Mama, bahkan sebelum aku dan Asher ada, mama sedang mengandung saat menjalani misi itu, hingga saat Papa tidak lagi bernafas dan jantungnya tidak lagi berdetak
Mama menjadi hilang kendali dan sangat terpukul, dan suatu keajaiban datang, Papa kembali bernafas dan jantungnya kembali berdetak, mama sangat senang akan hal itu, sampai sampai ia menghiraukan rasa sakit di perutnya, hingga beberapa hari kemudian ia tidak bisa menahan rasa sakit itu, dan saat di bawa ke dokter, ia kehilangan janinnya dan Mama terpuruk untuk kedua kalinya, saat itu misi belum selesai, sehingga Mama meluapkan semuanya pada misi itu" katanya
Aku merasakan rasa sedih dan kecewa dari nada ia berbicara, aku menenggelamoan wajahku lebih dalam di dadanya dan mengelus dadanya, ia nampak santai dan terus memainkan rambut ku, terkadang ia mengelusnya
"Maaf aku tidak tahu, kau tahu, kau tidak harus memberitahu ku" kata ku, tetapi Blake mengecup puncak kepala ku
"Kau mate ku, your my equal, kau berhak untuk tahu tentang ku" katanya dan aku tersenyum, ia menaruh kepercayaannya kepada ku, aku harap aku bisa sepertinya
"Sekarang, waktunya kita bermain 21 questions" kata Blake
***
"Tidak kau curang! Itu di hitung dua!" Pekik ku saat Blake menanyakan pertanyaan beruntun, sedangkan peraturanya hanya boleh menanyakan satu hal lalu menjawabnya"Baik, kalau begitu, hitung itu menjadi dua pertanyaan" balasnya dan aku menatapnya geli, ia sangat konyol
"Uhm, hal konyol yang pernah kulakukan saat pesta di sekolah ku, semua memakai pakaian formal, tetapi aku memakai kostum binatang" kata ku sambil menutup wajah ku, Blake tertawa geli
"Hei jangan menertawakan ku!" Kata ku dan mencubit perutnya, seketika ia berhenti tertawa, ia menatap ku intens
"Sekarang giliran ku, apa kau pernah berciuman?" Tanyanya, pertanyaan itu seperti sebuah truk menabrak ku, aku memalingkan wajah ku dan merasakan mata ku yang memanas, menyadari ada yang salah dengan ku, ia menaruh telunjukan di dagu ku dan membuat ku menatap kearahnya, aku benci diri ku, aku selalu menangis untuk hal yang tidak seharusnya aku tangisi
"A-aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuat mu menangis" kata Blake drngan nada khawatir, aku menggeleng dan mengusap air mata ku
"Bukan salah mu, hanya saja aku terlalu lemah sehingga menangisi hal yang tidak penting" kata ku, Blake memeluk ku dan mengecup kening ku
"Ini sudah malam, kau seharusnya istirahat" katanya dan aku menangguk, ia merebahkan ku dan mengecup kening ku sekali lagi
"Kau mau kemana?" Tanya ku, menghentikanya yang sedang berjalan kearah pintu
"Aku ada urusan yang harus ku selesaikan" katanya tanpa menoleh kearah ku dan membuka pintu, berjalan keluar dan menutupnya
Aku memejamkan mataku, apa aku membuatnya marah? Apa ia akan memarahi ku? Apa aku membuatnya kecewa?
Aku memejamkan mata ku, membiarkan air mata ku keluar dan membawa ku kedalam kegelapan
***
Aku merasakan tangan yang berat di perut ku dan hembusan nafas yang hangat di leher ku, tidak lupa dengan percikan yang kurasakan, segera aku mengetahui siapa pemilik tangan ini, aku memutar tubuh ku dan menatap wajah pulas Blake, ia terlihat nyaman dan sangat pulas, aku heran mengapa aku tidak terkejut menemukan Blake tertidur di samping kuAku menjalan kan jari ku dari rambutnya, rambut hitam tebal dan halusnya, aku mengelus rambut itu dan merasakan betapa halusnya rambutnya, lalu aku menjalankan ke alisnya, alinya yang selalu terangkat dan terkerut saat ia sedang berpikir keras, aku turun kemaranya
Dark Grey
Aku sangat menyukai matanya, matanya yang selalu menatap ku kagum dan penuh sayang, aku menjalan kan jati ku ke hidungnya, hidungnya terpahat sangat sempurna
Aku turun ke garis wajahnya, rahangnya yang selalu mengeras di kala sesuatu membuatnya marah, aku menjalan kan jari ku ke dagu, dagu yang selalu ia usap saat memikirkan sesuatu dan yang terakhir
Bibirnya
Aku tidak tahu rasanya saat bibirnya menyentuh bibir ku, kalau kecupannya di keninging meninggalkan jejak yang sangat lama, bagaimana jika ia mengecup ku di bibir, aku mengelus bibirnya dan ia tersenyum
Tersenyum?
"Pagi sevgili" katanya, oh Mama
x x x
SORRY FOR THE LONG WAIT GUYS XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
2. LUNA (UNEDITED)
Manusia SerigalaOlivia Rae Elizabeth, gadis berusia 19 tahun itu melingkarkan badanya dan menyembunyikan wajahnya di lututnya, selama hidupnya, ia tidak pernah merasa kasih sayang dari kedua orang yang seharusnya ia bangga kan, orang tuanya- kurang lebih Ia mencoba...