Friends With Benefits

505K 16.5K 586
                                    

"Nad, kopi ada dimana ya?" Senna berteriak nyaring dari arah dapur. Flat dengan tipe 34 yang memiliki 1 kamar tidur ini ukurannya tidak terlalu luas, jadi seharusnya Senna tidak perlu sampai berteriak, toh posisi Nadra juga berada di sofa ruang tengah yang langsung bersatu dengan dapur.

"Di deket toaster. Check it before you asked me!" Balas Nadra lelah. Ini kan tempat tinggalnya Senna, tapi laki-laki itu tidak hafal dengan letak barangnya sendiri. Aneh.

Senna menuruti perkataan Nadra dan ia langsung menemukan jar yang berisi kopi sachet favoritenya, Padahal tadi ia sudah mencari di dekat situ dan tidak menemukannya. "I found it! Thanks." Senna lagi-lagi berteriak. Sepertinya sudah kebiasaanya untuk berbicara dengan berteriak-teriak seperti ini dengan Nadra. Jika Nadra sedang tidak kelelahan, gadis itu juga pasti akan balas meneriaki Senna.

Hari ini adalah hari senin. Hari libur Senna dari kegiatan modeling-nya. Pria ini bekerja 4 hari dalam seminggu, dan memiliki 3 hari sisanya sebagai hari libur. Dan Khusus hari Minggu sampai Senin, Senna selalu ada di flat ini bersama Nadra, teman sepermainannya sejak Sekolah Dasar. Sedangkan Nadra yang merupkan staff Jasa Travel pun secara otomatis menjadi pembantu di flat ini karna dirinya lah yang selalu membersihkan dan juga memasak untuk Senna sementata si Tuan Muda itu mencari pundi pundi uang.

Hubungan pertemanan mereka sudah berjalan selama 20 tahun dan tidak ada tanda-tanda akan adanya Upgrade pada hubungan mereka untuk menjadi Sepasang Kekasih karna keduanya sama-sama menolak ide gila itu, Mereka lebih nyaman dengan 'Hubungan' yang seperti sekarang ini.

"Milk for you and Coffee for me." Senna meletakan dua buah gelas yang masih mengepulkan asap di atas coffee table depan sofa.

"Kenapa sih? Sakit banget ya?" Tanya Senna penasaran. Nadra sejak 30 menit yang lalu hanya berbaring tengkurap di atas sofa tanpa menggunakan pakaiannya.

"Aku kan udah bilang jangan main dari belakang!" Gerutu Nadra penuh kekesalan. Senna ini bener-bener lelaki sekali. Semakin di larang, semakin penasaran.

Senna mengubah posisi berbaring Nadra menjadi miring dan kepala Nadra ia letakkan di atas pangkuannya, "Abis aku suka pantat kamu dari belakang. Your ass looks perfect." Senna mencoba membela dirinya. Salahkan lah Nadra. Siapa suruh gadis itu memiliki bokong yang begitu sempurna, apalagi saat his dick in her ass, rasanya begitu luar biasa. Ah memikirkan hal itu saja sudah mampu membuat Senna kembali keras.

"Ugh tapi sakit tau.... " Nadra mengeluh manja.

Mengenal Senna selama 13 tahun membuat Nadra tau benar jika Senna tidak akan tahan lama-lama mendengar keluhan wanita, kata Senna sih "Wanita itu makhluk paling sempurna yang harus dilindungi dan aku adalah laki-laki yang ditugaskan untuk melindungi para wanita."  Dih dasar emang si penjahat kelamin ini paling manis deh mulutnya.

"Mau kemana?" Tanya Nadra saat Senna berdiri tiba-tiba dan membuat kepalanya jatuh ke bantal sofa dengan mengenaskan. Sialan memang si Senna ini.

"Cari ointment bentar ya." Jawaban Senna tadi membuat Nadra kembali menarik makiannya. See... Senna ini benar-benar pro dalam menghadapi wanita.

Senna masuk kedalam kamarnya karna ia yakin kalo dia memiliki ointment di suatu tempat di dalam kamar tidurnya. Ia pernah membelinya saat ada luka lecet disekitar bibirnya.

"Sini aku pakein!" Senna keluar dari kamar dengan membawa ointment ditangannya. Ia menunduk di bagian belakang tubuh Nadra dan tanpa rasa jijik langsung mengoleskan ointment itu ke sekitar bagian anus Nadra yang tampak memerah. Ah sepertinya tadi Senna terlalu lepas kontrol hingga membuat Nadra seperti ini.

"Aku gak mau ya lewat belakang lagi! Ini yang pertama dan terakhir!!" Nadra memukul punggung Senna kesal. Pria ini benar-benar mengesalkan karna selalu saja berbuat semaunya sendiri padahal jelas-jelas Nadra tidak menyetujui ide gila itu.

"Iya janji deh." Senna menyelesaikan tugasnya dan membantu Nadra untuk duduk di pangkuannya agar bokong perempuan ini tidak merasa nyeri bersentuhan dengan sofa.

Perlakuan kecil yang dilakukan oleh Senna ini tanpa sadar telah membuat jantung Nadra berdetak cepat dan terasa nyeri. 13 tahun berlalu dan masih saja Nadra tidak bisa menghilangkan perasaan itu.

"What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya.

"Friends."

"Just friends?"

"Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang