Hidup aku gak pernah tenang nih ditagih mulu 😂😂😂
***
"Nanti pulang jam be..."
"Gak perlu. Aku pulang sendiri aja, lagian abis jam pulang pada mau ke rumah Mba Jessica untuk jengukin Baby-nya." Mood Nadra begitu buruk sejak keluar dari flat Senna. Sebenarnya dia sudah menolak tawaran Senna untuk diantar ke kantor, tapi ya lagi-lagi Senna dan keras kepalanya itu membuat Nadra tidak bisa menolak. Lagian malu sama tetangga sebelah kalau mereka harus berdebat panjang lebar di pagi hari hanya karna masalah sepele.
"Jam 5 ya bubaran? Ya udah aku yang anter ke sana."
Nadra memiringkan tubuhnya agar dapat menatap Senna yang mendadak jadi begitu resek, "Aku pergi sama temen-teman aku!" Nadra menekankan setiap kata yang ia ucapkan agar Senna mengerti bahwa ia sedang menolak.
"Aby juga termasuk?"
'Oh ayolah.... Kenapa juga disangkut pautin sama Aby?' Mata Nadra memutar malas.
"Gak! Dia gak kenal sama temen-temen kantor."
Ngapain juga dijelasin, Nad?
"Yaudah aku yang anter."
"Kenapa sih keras kepala banget?" Nadra meledak juga setelah sejak tadi mencoba meredamnya, "Aku pergi sama temen-temenku! Gak ada Aby! Cuma temen-temen kantor! Dan kamu gak perlu nganter! Clear?"
Senna sebenarnya masih ingin mendebat, tapi melihat satpam yang sejak tadi sudah menunggu di sisi pintu Nadra siap membukakan pintu, Senna akhirnya setuju saja, "Yaudah, nanti pulang ke flat kan?"
"Gimana nanti." Nadra merapihkan isi tasnya dan bersiap untuk turun dari mobil.
"Nanti malem makan Steak yu? Aku yang belanja ke market. Sirloin kan?" Tangan Senna menahan tas Nadra hingga membuat tubuh Nadra sedikit oleng karna kakinya sudah turun dari mobil.
"Gimana nanti!" Jawab Nadra galak mengabaikan panggilan Senna.
Biar tau rasa dia! Dengus Nadra.
***
"Ditekuk banget Nad itu muka."
Nadra hanya membalas perkataan Uwi dengan senyum miringnya sebelum akhirnya ia menempatkan bokong itu di balik kursi kubikelnya. Saat keluar dari flat, Nadra tadi memang tidak sempat untuk memakai make up, jadi wajar kalau penampilannya begitu buruk.
Perkataan bodoh Senna membuatnya malas untuk melakukan apapun, untuk bekerja saja sebenarnya malas, tapi lebih malas lagi kalau harus berdiam diri di ruangan yang sama dengan Senna. Makanya kabur ke kantor adalah pilihan satu-satunya.
"Nad ada yang mau bikin visa Schengen, gue kasih kontak lo ya? Soalnya gue lagi agak ribet urusin untuk pameran yang tanggal 14, ini juga gue udah mau cabut lagi ketemu sama orang Mall-nya."
"Boleh Mba. Itu pake tour dari kita juga?" Nadra mengeluarkan notes kecil dari dalam lacinya untuk melihat isi catatan mengenai persyaratan untuk pengajuan visa Schengen.
Mba Jessica tampak mengetikkan sesuatu di keyboard komputer untuk sesaat sebelum akhirnya kembali beralih ke Nadra, "Itu gue udah kirim ke email lo ya untuk alamat email klien-nya. Nanti lo bantu kirim formulir gitu-gitu ok? Ini tuh rombongan anak sekolahan gitu untuk program pertukaran sister city jadi gak sama tour."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
ChickLit18+ "What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya. "Friends." "Just friends?" "Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.