Baca notes di bawah yaaa 👇👇👇👇👇
***
"Kamu kok tadi pulang gak ngasih tau aku sih? Pas nanya ke Papah eh katanya kamu udah pulang."
"Sorry ay, tadi kamu lagi di kamar sama Mamah, jadi aku gak pamit."
Nadra tadi memang menghabiskan waktu lama di kamar. Dan Setelah sedikit berdebat dengan Mamah mengenai Senna dan Papihnya, Akhirnya tidak ada keputusan yang diambil. Mamah menyerahkan sepenuhnya keputusan pada Papah selaku kepala keluarga.
"Aneh gak sih?"
"Apaan?" Suara Senna terdengar bindeng. Perubahan suhu dari Jakarta yang panas luar biasa ke York yang adem ayem cenderung berangin ini membuat Senna langsung sakit.
"Kita telfonan gini."
Senna tertawa pelan yang tak lama kemudian di sertai bersin kencang.
Nadra merasa sedikit aneh saat harus menghubungi Senna melalui telfon begini karna biasanya mereka setiap hari berkomunikasi secara langsung. Tapi gak apa-apa juga sih, justru sekarang jadi lebih kerasa pacarannya.
"Tadi kamu ngomong apa aja sama Papah?" Sebenarnya sejak tadi Nadra sudah berusaha menggali informasi pada Papahnya, tapi beliau terus menjawab bahwa pembicaraan tadi itu sifatnya rahasia antara dua orang pria. Kan rese! Jadinya sampai sekarang Nadra masih penasaran mengenai isi pembicaraan Senna dan Papahnya.
"Ya gitu aja."
"Ya gitu gimana, Sennnnn!" Nadra lama-lama gemas sendiri pada Senna yang sejak tadi irit bicara.
"Ya gitu... Papah kamu tanya sejak kapan kita pacaran kok tau-tau aku dateng mau ngelamar kamu."
"Terus-terus?" Tanya Nadra penuh semangat. "Terus kamu jawab apa?"
Sekali lagi Senna bersin di sebrang telfon, "Ya aku bilang aja kita pacarannya baru sebulan."
"Ih kenapa sebulan?! Nanti Papah malah mikirnya kita baru sebentar pacarannya terus gak ngasih restu lagi!" Nadra mendadak jadi bad mood kalau sudah begini.
"Ya masa aku bohong.... Kan kita mau memulai hal yang baik, ya di awali sama kejujuran dong, ay. Kalau bohong nanti gak akan berhenti disitu doang kebohongannya, sampai kita nikah juga pasti itu kebohongannya bakalan nambah. Kan jadi gak berkah nikahnya."
Ucapan Senna sukses membuat Nadra kembali tersenyum, emang paling bisa nih laki gue!
"Terus ngomongin apa lagi?"
"Ya nanya aku serius gak sama kamu. Seserius apa. Cinta gak sama kamu. Punya pekerjaan apa yang bisa ngenafkahin kamu nanti..."
"Terus terus kamu jawab apaa?"
Senna menegak air mineral terlebih dahulu sebelum menjawab karna tenggoroknya terasa begitu gatal, "Aku jawab kalau aku serius sama kamu, buktinya ya aku dateng dari jauh-jauh untuk minta restu Papah. Terus Papah keliatan kaya senyum gitu."
"Berarti di kasih restu dong sama Papah?" Balas Nadra penuh semangat.
"Nah itu aku juga masih bingung ay. Tadi tuh Papah kamu kaya gak ngasih lampu merah atau hijau. Cuma bilang 'kalian jalanin dulu aja ya', ay itu tandanya aku di tolak atau gimana sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
ChickLit18+ "What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya. "Friends." "Just friends?" "Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.