BAB 17

188K 11.7K 562
                                    

"Kamu seriusan?"

"Hm..."

Sepanjang jalan dari depan Lobby sampai ke depan pintu flat, Senna terus saja mencecarinya dengan pertanyaan mengenai keseriusannya yang akan menerima Aby. Nadra sampai bosan harus menjawab 'Ya' untuk ke yang puluhan kalinya.

"Terus aku gimana?"

"Ya gak gimana-gimana."

Nadra masuk ke kamar dan mulai melepaskan pakaiannya, mengganti dengan kaos belel dan juga boxer milik Senna. Sekarang ia siap untuk tidur.

"Kamu mau nerima Aby tapi baju yang di pake punya aku. Cewe apaan." Senna ikut melepas kemejanya dan mengganti dengan kaos dan celana tidurnya.

Gerutuan Senna dibalik punggung Nadra itu justru membuat Nadra tersenyum. Ia senang melihat Senna yang jadi cerewet pada dirinya.

"Si Aby cuma ngajak pacaran kan? Kalau gitu aku ajak kamu tunangan. Gimana?"

Nadra membalikan tubuhnya dan menatap Senna yang sedang duduk di kasur dengan wajah desperate. Rasanya saat dulu Papi pergi meninggalkan keluarga Senna, Senna tidak sampai se desperate ini deh. Tapi justru diam nya Senna yang membuatnya jadi lebih mengkhawatirkan.

"Cincinnya mana?" Tangan Nadra di arahkan kedepan Senna. Menanti cincin untuk di sematkan ke jari manis tangan kirinya.

"Ya kita beli bareng nanti. Kamu yang pilih bebas."

Nadra berdecak kembali sambil menuju ke kamar mandi untuk menghapus make up-nya. "Kamu cuma gak suka liat aku deket sama cowo lain, bukan karna cinta. Ya mana mau aku."

Senna ikut mengekor ke kamar mandi, berdiri di pintu sambil bersandar, "Cinta kan bisa tumbuh seiring jalannya waktu Nad."

"Kalau gak tumbuh-tumbuh?" Balas Nadra. Senna ini terlalu menganggap enteng semua hal. Termasuk masalah cinta. Entah hatinya itu terbuat dari apa. "Papi dan Mamih juga nikahnya di jodohin kan? Gak ada cinta di awal terus ujung-ujungnya Papi ninggalin Mamih itu karna cinta gak tumbuh seiring jalannya waktu dan..."

"Aku gak suka kamu bahas itu terus!" Wajah Senna menjadi kaku. Permasalahan keluarganya menjadi topik yang paling ia tidak sukai.

"Kalau gitu aku juga gak suka kamu anggep enteng masalah cinta! Kalau kamu emang gak cinta sama aku ya biarin Aby yang cinta sama aku untuk jagain aku. Susah amat sih."

"Kamu cinta sama dia?"

Cintanya sama kamu Sen!!

"Iya! Aku cinta sama dia! Puas?" Balas Nadra galak. Ia meraih handuk dan mulai mengeringkan wajahnya yang kini sudah bebas make-up.  "Kenapa diem aja? Gak bisa bales?" Tantang Nadra kembali.

"Baru gitu aja udah nyerah..." Cibir Nadra begitu melewati Senna di pintu.

Tangan Senna mencengkaram pergelangan tangan Nadra. Menghentikan langkah perempuan itu yang hendak kembali ke kamar, "Yaudah kita nikah."

Duh ini orang gendengnya gak berubah juga...

"Terus udah nikah gimana?"

"The prince and princess lived happily ever after." Jawab Senna seperti di buku-buku dongeng. "How?"

Nadra mengibaskan tangan Senna yang tadi mencengkram tangannya, "Gila kamu!"

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang