"Gendut banget ya aku."
"Gak kok." Jawaban Senna jelas penuh dusta. Tapi ia lebih memilih berbohong dari pada harus mendapati kaca kamar mandi pecah karna di lempar gelas akibat jawaban 'iya gendut banget!'
"Pipi aku tembem ya?"
"Dikit."
Mata Nadra melirik tajam.
"Tapi kan makin enak di usel uselnya. Hehe." Tambah Senna secepat kilat sebelum tangan Nadra meraih gelas kumurnya untuk dilempar ke kaca.
Ngomong-ngomong tentang gelas kumur, Di ulang tahunnya dua tahun lalu, Senna mendapat hadiah dari istrinya itu berupa gelas kumur yang baru. Dan baru lah Nadra mengakui kalau ternyata gelas kumur miliknya yang berada di kamar mandi itu pernah di jadikan tempat penampungan yang tidak seharusnya. Durhaka memang ini istrinya ckckck.
Nadra menghela nafas pelan lalu berjalan meninggalkan kamar mandi. Sementara Senna masih tetap melanjutkan merapihkan rambut-rambut halus si sekitar rahangnya yang mulai tubuh subur. Kemarin-kemarin Nadra ingin melihat Senna dengan jambang, eeh setelah terganggu karna geli saat 'nganu' Nadra kembali protes dan meminta agar Senna cukuran saja. Ya Senna sih bisa apa kalau Nyonya Besar sudah mulai memberi komando.
"Mas, mau rendem kaki dong! Jangan panas-panas airnya tapi ya!"
Senna menyudahi acara cukurnya saat mendengar gerutuan Nadra dari ruang tengah, "Iya bentar ini lagi ambil airnya dulu." Balas Senna tidak kalah tinggi nadanya. Sejak Nadra hamil, iya sekarang Nadra sedang hamil 35 minggu, Nadra jadi sering sekali berteriak. Katanya sih latihan untuk memanggil Senna jika nanti kontraksi itu sudah datang, tapi kan gak perlu tetap berteriak padahal mereka berada di ruangan yang bersebelahan.
"Ini kaki kamu masukin, anget kok gak panas." Dengan telaten Senna menarik kaki Nadra dan mencelupkannya kedalam baskom yang airnya sudah ia campur dengan sedikit garam dan juga minyak jeruk seperti yang disarankan oleh Dokter.
Kehamilan pertama Nadra ini jelas sebuah penantian setelah empat tahun mereka berusaha keras untuk mendapatkannya, dan disaat mereka mau menyerah, penantian itu akhirnya berbuah hasil.
"Mas, udah mikirin nama belum?"
Sejak tahu kalau ada janin yang sedang berkembang di perutnya, Nadra mendadak menjadi begitu sopan dengan Senna. Ia bahkan sekrang memanggil Senna dengan embel-embel 'Mas', padahal sih dulu mana mau dia melakukan hal seperti itu.
"Nama yang kemarin gak suka ya?" Beberapa hari yang lalu rasanya Senna sudah sempat mengemukakan ide untuk nama calon anaknya ini.
Awalnya Senna mengusulkan nama Al Rendra yang artinya pria bijak dan cerdas, Tapi Nadra langsung menolak karna ia tidak mau anaknya nanti di panggil Al, mirip sama anaknya ahmad dhani katanya dan juga kasihan nanti absen semasa sekolahnya akan nomor urut satu terus kecuali ada yang bernama Aan. Ok gugur. Lalu Senna kembali mengusulkan nama Miller, eh lagi-lagi di tolak, katanya takut nanti bawa kabur anak orang kaya artis sinetron yang itu. Senna mulai kehabisan nama, tapi kemudian ia mengajukan ide nama Mandala, ia suka dengan nama ini karna terdengar begitu Jawa dan kuno. Tapi lagi-lagi sang nyonya besar menolak. Kali ini alasannya karna tidak mau anaknya nanti di panggil Manda yang justru seperti nama anak perempuan. Dan sejak itu Senna berhenti memberikan ide. Ia menyerah.
"Terlalu kebaratan, gak suka." Kali ini Nadra menolak usulan nama Michael karna ia tau Senna mengusulkan nama itu begitu saja saat lagu Thriller di putar di radio.
"Mas."
Panggil Nadra saat menyadari gerakan tangan di kakinya sudah terhenti. Tidak ada lagi pijatan enak yang diberikan oleh tangan Senna.
"Kenapa?" Senna tampak tersadar dari lamunan kecilnya dan ia kembali meminjat kaki Nadra yang membengkak luar biasa. Efek dari kehamilan Nadra yang naik 28 kilo ini ternyata bukan hanya pada perut buncit dan payudaranya yang membesar, tapi kaki nya pun menjadi membengkak dan bahkan sekarang ia harus keluar menggunakan sendal teplek ukuran 40, padahal biasanya ukuran 38.
"Mas, bahagia gak?"
Bah. Mulai lagi ini Nadra masuk fase labilnya. Gawat!
"Ya bahagia dong. Punya istri cantik, bentar lagi ada anak ganteng juga. Ya sempurna hidupku." Senna memang jadi lebay karna ia tau kalau jawaban 'ya bahagia' saja tidak akan membuat Nadra puas. Harus ditambah bumbu penjelasan di belakangnya agar wanitanya itu tersenyum.
"Kalau aku jelek dan gak hamil, kamu gak bahagia dong?"
Tuh kan mulai lagi.... Tapi Senna sudah mendapat petuah dari dokter agar lebih sabar menghadapi Istri yang sedang hamil dan omongannya suka mulai berlebih dan menjadi begitu sensitif.
"Pokonya sama kamu aja hidup aku udah bahagia."
"Jadi kalau gak sama aku, kamu gak bahagia?"
"Ya jelas dong. Kan kamu kebahagiaan aku."
Senyuman mulai menghiasi bibir Nadra. Ok tampaknya jawaban Senna tadi cukup memuaskan dan bisa diterima langsung oleh Nadra.
"Lulus kan jawaban aku?"
Nadra mengangguk mantap, "Dapet A++ hehehe."
"Kalau gitu boleh dong aku nengokin dedek?"
Nadra mendadak kembali cemberut. "Ah kamu mah... Ada maunya aja baik-baikin aku."
"Ih kan kata Dokter juga harus sering di tengokin dedenya biar cepet kontraksi." Senna dan seribu alasannya bisa aja. "Mau ya?"
Nadra menggeleng mantap memberi jawaban, "Gak mau! Capek, Mas."
"Kenapa? Biasanya juga kamu yang malem-malem minta ditengokin, sekarang aku yang mau nengok kok gak boleh? Itu juga kan anak aku, mau aku tengokin kapan aja harusnya boleh dong!" Udah mau jadi bapak tapi masih aja sifat kekanakannya juga tidak hilang.
Setelah hamil, sifat mesum Senna tidak berubah sama sekali. Walau sempat protes karna trismester awal, Dokter melarang main tengok-tengokan, tapi Senna manut aja nurut karna itu toh demi anaknya juga. Tapi begitu trismester pertama telah terlalui, mulai lah kembali Senna bersemangat karna katanya bisa mencoba sensasi baru.
"Abis kamu lahiran kan aku mesti puasa lagi tuh sebulan lebih. Tega kamu?" Nah itu senjata pamungkas Senna jika Nadra berniat untuk menolak.
Nadra sangsi juga melihat wajah ditekuk Senna. Yaudah deh sekarepmu mas!
"Tapi Aku yang di atas ya?"
Ucapan Nadra tadi jelas langsung membuat Senna mengangguk setuju, "Boleh! Mau kamu yang dibawah juga, boleeeeh banget."
Senna meletakkan tangannya dibawah tengkuk Nadra dan juga lipatan lututnya. Mendadak ia menjadi kuat menggendong Ibu hamil ini yang beratnya mencapai 70 kilo. Padahal angkat galon saja biasanya Senna udah encok.
"Ih tunggu jangan main sosor! Ini entar tumpah airnya jadi basah kena karpet!"
"Biar cepet ay, udah jangan protes!"
***
Hehehehe apa kabar?
Kangen juga lama-lama sama couple ini. Jadi kubawakan extra yang selalu kalian teror dari aku hehehehehhe semoga suka ya 💖
Btw aku ada cerita bari nih di check yaaa judulnya Konspirasi Rasa hehehehehe tentang si Yasser itu loh Dokter tetanggaaaa.
Luv
Lookingforlover
30 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
Chick-Lit18+ "What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya. "Friends." "Just friends?" "Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.