"Mas, cek dong itu anak kamu kenapa nangis mulu!"
Senna yang berada di garasi sedang sibuk membersihkan karburator mobil itu muncul di depan pintu dan harus puas mendapati Nadra yang sedang duduk berselonjor santai sambil menyaksikan Re-run -nya Sitkom Brooklyn Nine-Nine di Fox. Anaknya sendiri yang terdengar menangis dibiarkan di kamar.
"Gila kamu ya? Itu Juan nangis!" Bentak Senna yang langsung menuju kamar mandi untuk mencuci lengannya, baru ke kamar untuk memeriksa keadaan Juan, putra pertamanya yang baru berusia 2 minggu.
"Aduh anak Papa kok Nangis sih?" Awal-awal Senna ragu saat harus menggendong Juan. Terlalu banyak ketakutan. Takut salah gendong, takut kepala Jual terpentok, takut Juan justru semakin menangis kencang, dan ketakutan lainnya. Tapi kalau Senna tidak mengumpulkan keberanian, siapa lagi yang akan menenangkan Juan saat bayi itu menangis kejer seperti sekarang ini? Maminya? Mami Juan bahkan tampak tidak peduli mendengar tangisan sebegitu kencangnya.
"Aduh sayangnya Papa kenapa nangis eum?" Senna menepuk punggung Juan mencoba menenangkan putranya yang justru dibalas oleh Juan dengan teriakan semakin kencang.
"Laper kali anak kamu." Komentar Nadra yang masih asik dengan kegiatannya. Tangan kanannya terus mengambil Kripset dan mengunyahnya. Saat hamil, pola makannya jelas di atur, dan makanan seperti kripset adalah yg di larang. Pasca melahirkan, Nadra langsung ingin kembali bisa merasakan bumbu pedas dan juga nikmatnya MSG kembali. Ia bahkan mengabaikan pesan dari Orang tua dan Mertuanya yang mengatakan bahwa apa yang dimakan oleh Ibunya akan bepengaruh pada Asi, lagipula Juan tidak meminum Asinya jadi ia tidak perlu khawatir jika Juan juga akan merasakan Kripset dari Asinya. Sudah 2 minggu dan Asi Nadra hanya keluar sangat sedikit. Mau di pompa juga malas sendiri jadinya.
"Nad, ini susunya Juan gimana?" Senna menggendong Juan keluar kamar. Jari kelingkingnya ia masukkan ke sudut bibir Juan agar bayi itu mengira itu puting susu dan berhenti menangis untuk sesaat.
"Ambil aja Asi yang di kulkas yang udah aku cairin td siang, jangan yang di freezer! Tinggal masukin botol terus di rendem di air anget 15 menitan."
Senna menatap istrinya yang bahkan tidak merubah posisi sama sekali di sofa depan TV. Ingin marah tapi nanti justru Senna yang akan dapat bentakan balik. Jadi ia harus sabar dan melakukan semuanya sendiri sambil tangan kirinya tetap mendekap Juan.
Asi Nadra memang belum keluar sampai sekarang dan itu salah satu alasan yang membuat Nadra semakin tertekan dan merasa bersalah karna Juan harus menerim donor Asi dari orang lain. Dan demi menghindari rasa bersalahnya, Nadra justru ikut menghindari Juan.
Setiap Malam Senna sering mendengar bagaimana Nadra menangis saat melihat Juan yang tertidur. Kata Dokter itu namanya Baby Blues. Sindrom yang biasa di derita Ibu Ibu pasca melahirkan. Bawaannya sedih sepanjang hari. Senna ya bisa apa selain memberi support dan juga ikut bantu bantu kecil seperti sekarang ini.
"Bi, susunya Juan itu tolong ya di angetin." Senna masih menggendong Juan dan menggoyangkannya pelan sambil menepuk-nepuk bokongnys agar Juan merasa tenang.
Si Bibi yang diambil oleh Juan dari Yayasan ini memang banyak membantu dalam mengurus Juan. Dan Senna sering melihat kalau Nadra menatap Bibi penuh iri karna Juan tidak pernah menangis saat berada di gendongannya, terbalik dengan saat Nadra yang menggendongnya.
Nadra selalu merasa gagal jika Juan tidak juga kunjung berhenti menangis saat ia mencoba menenangkannya, itulah sebabnya Nadra tidak pernah mau repot-repot mengecek kondisi Juan yang menangis karna ia tau kalau putranya itu tidak akan berhenti menangis jika ia yang menggendongnya.
"Pak, ini, udah di cek tadi kerasanya anget." Bibi sudah mencoba meneteskan asi itu pada punggung tangannya sebelum ia bisa mengatakan bahwa susu ini anget dan layak untuk Juan minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
ChickLit18+ "What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya. "Friends." "Just friends?" "Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.