Dengan keadaan mata yang masih terpejam, Jari-jari tangan Nadra sebisa mungkin menggapai botol air mineral yang biasa ia letakkan di nakas samping tempat tidur. Tenggoroknya terasa begitu kering dan ia membutuhkan air untuk meredakan dahaganya. Tapi, ketika tangan Nadra berhasil meraih botol air mineral yang terasa ringan itu, hanya angin saja yang dirasa keluar begitu tutup botol dibuka. Nadra membuka matanya perlahan dan mendapati botol itu sudah kosong.
Ugh. Sial. Dengan kesal Nadra melemparkan botol itu ke sembarang arah dan tak lama terdengar bunyi riuh dari botol-botol kosong yang ia letakan di belakang pintu kamarnya. Sepertinya lemparannya tadi berhasil memberantakkan botol air mineral dan juga beberapa botol pringles kosong yang ia kumpulkan untuk di loak. Untuk 1kg botol plastik bekas di hargai tiga ribu rupiah. Lumayan untuk anak kos seperti Nadra ini.
Menjadi anak kos sejak 4 tahun lalu berhasil membuat segala cara pandang Nadra akan kehidupan berubah total. Nadra sendiri tidak pernah mengerti mengapa dirinya mau saja mempertaruhkan kehidupannya yang sudah sempurna di York untuk pindah ke Jakarta dan menjadi gembel seperti sekarang ini. Gajih Nadra dari Maxima sangat tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhannya. Untuk bayar kamar kos berukuran 4x4 meter dengan kamar mandi di dalam ini saja Nadra sudah menghabiskan setengah dari Gajihnya. Biaya makan untuk sehari saja bisa habis tujuh puluh ribu, itu juga udah makan ala super murah di warung pinggiran, yang paling fancy ya di hokben dengan paket hemat. Lalu biaya transport menggunakan taxi atau kadang dengan ojek online itu juga bisa menghabiskan seratus ribu. Kenapa gak pake busway? Nadra sangat terganggu dengan bebauan yang bercampur aduk menjadi satu. Sampai kantor bukannya semangat kerja, malah mual terus muntah-muntah. Di usianya yang akan berganti menjadi kepala tiga ini Nadra bahkan tidak memiliki tabungan. Sangat menyedihkan.
"Udah pagi ya?" Tanya Nadra pada dirinya sendiri begitu melihat langit yang membiru dari jendeka kamar. Nadra pun bangun dari posisi berbaringnya dan melipat kaki di atas tempat tidur. Tangannya meraba sisi tempat tidur untuk mencari ikat rambut yang semalam ia pakai namun pagi ini sudah hilang entah kemana dan membuat rambutnya berantakan. Beberapa tahun lalu ia pernah melakukan colouring pada rambutnya yang berakhir tragis karna sampai sekarang rambutnya menjadi kasar dan kering. Karna tidak menemukan ikat rambut yang sebelumnya, maka Nadra mengambil karet jepang yang selalu berada di nakas untuk mencepol rambutnya asal. Dulu ada Miss Irene, guru etika di sekolah yang selalu memarahi para siswi yang mencepol rambutnya, "Kamu mau sekolah atau ke kamar mandi?" Tapi tetap saja mencepol adalah hair style terbaik, ya kecuali untuk kencan.
Nadra mengamati kamar kosnya yang tampak lengang ini. Sewaktu pindah, ia hanya membawa 2 buah koper besar yang kini isinya berada di dalam lemari. Selain lemari, hanya ada tempat tidur, nakas kecil, dan juga sebuah meja di sebrang tempat tidurnya yang menjadi tempat untuk TV dan juga Music Player yang dibelikan oleh Senna sewaktu awal pindah, yang sebenarnya adalah untuk meredam suara-suara bising mereka jika sedang berbuat tidak senonoh.
Dan ngomong-ngomong tentang Senna.... Entah Nadra harus senang atau ikut sedih, tapi pria itu batal tampil di Milan Fashion Week karna masalah Visa. Dan otomatis audisinya juga jadi batal. Memang sih ini kesalahan dari pihak agensi Senna di Indonesia, mereka mencoba memperpanjang Visa Senna h-1 sebelum Visa itu habis, dan lagi Senna masuk menggunakan Visa kunjungan, padahal jelas-jelas harusnya ia menggunakan Visa kerja. Alhasil Senna pun harus meninggalkan mimpinya untuk bisa menjadi salah satu line up di Milan Fashion Week.
Tapiiiii emang dasarnya rejeki, dua minggu setelah kembali ke Indonesia, Senna lolos casting menjadi model Burberry Asia. Dan kini wajah Senna menghiasi outlet Burberry Grand Indonesia. Bangga sih Nadra dengan prestasi yang di dapat oleh sahabatnya, tapi pria itu jadi semakin sibuk. 3 hari waktu liburnya kini semakin terpotong menjadi 1 hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
ChickLit18+ "What are we?" Tanya Nadra tiba-tiba. Entah mengapa tapi pertanyaan itu mengalir begitu saja tanpa bisa di cegahnya. "Friends." "Just friends?" "Friends who like to do this." Senna berbisik rendah dan langsung menyerang dada Nadra.