BAB 10

232K 12K 130
                                    

💖💖

"Morning..." Sapaan Senna yang begitu ringan berhasil membuat nyawa Nadra terkumpul sepenuhnya. Rasanya Nadra seperti hangover saja karna kepalanya berputar dan perutnya terperas minta di keluarkan isinya, padahal semalam jelas-jelas ia tidak minum alkohol sama sekali.

"Dateng jam berapa semalem? Gue telfonin kok gak diangkat?" Mulai deh kaya satpam... Papanya aja gak gini-gini amat.

Nadra meregangkan otot punggungnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mendekati wastafel untuk berkumur-kumur dengan listerine. Bau mulut adalah hal yang sangat Big No bagi Nadra, jadi meskipun Senna sudah tau buruk-buruknya mengenai dia, tapi bau mulut tetaplah hal yang sangat gak banget untuk di perlihatkan di depan orang lain, "Jam setengah 12an, sorry hp gue abis batre."

"Ini Masak apa sih? Kok harum banget?" Kepala Nadra masuk ke celah tangan Senna yang dengan gayanya memegang spatula sambil bercekak pinggang.

Penampilan Senna di pagi hari yang sudah berada di balik kompor itu benar-benar penuh godaan.

"Biasa..." 'Biasa'nya versi Senna itu ya Telur. Senna bisa hidup selama sebulan tanpa delivery makanan jika di kulkas ada telur. Mulai dari telur rebus, telur mata sapi, telur dadar,  omelette dan yang paling enak adalah scrambled egg ala Senna, takaran susu dan garamnya selalu pas. Tapi jangan pernah bertanya apa Senna pernah terkena bisul atau tidak akibat makan telur terlalu banyak...

"Ih itu telur jaman kapan sih? Udah kadaluarsa kali..."

Terakhir Nadra mengisi kulkas Senna itu sudah sekitar 4 bulan yang lalu, beberapa sayuran sudah ia buang bahkan sejak bulan lalu karna busuk. tapi untuk telur Nadra tidak membuangnya karna ia tidak tau telur harus dibuang dengan cara apa..

"Tenang aja, telur itu gak ada masa kadaluarsanya. Ya kecuali kalau udah keliatan kaki atau bulu anak ayam aja jangan dimakan."

Yaks... Jijik sendiri kan jadinya kalo dibayangin, apalagi dulu pernah ada salah satu episode di Fear Factor yang menyuruh pesertanya untuk memakan telur yang sudah setengah jadi anak ayam. Duh jadi makin mual memikirkannya...

"Bantuin toast itu roti dong, yang kering tapi jangan gosong, ngerti kan?" Baru jago masak telur aja udah berasa dirinya Chef Juna kali....

"Ini roti yang kapan sih? Masih bisa dimakan?"

"Baru gue beli tadi pagi di Indomaret bawah, tuh liat tanggal kadaluarsanya juga masih 4 hari lagi." Senna sengaja meninggalkan kompor hanya untuk memperlihatkan tanggal kadaluarsa yang tercetak di bungkusan roti itu. "Nih baca!"

Nadra hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal, "Sekalinya pulang malah resek!" Sindirnya malas tapi tetap saja menuruti perintah Senna untuk memasukan roti kedalam toaster. Dan selagi menunggu, ia membuka kulkas mengambil mini butter yang selalu Senna bawa dari restaurant hotel tempatnya menginap. Nadra sering mengejeknya sebagai sosok pria yang pelit, tapi Senna justru menganggap dirinya ini menerapkan hukum Ekonomi di kehidupannya sehari-hari. Paling bisa deh kalo ngeles...

Sebenarnya Nadra tidak suka dengan suasana diantara mereka berdua saat ini. Senna yang tidak peka itu benar-benar menyebalkan. Dia bersikap seperti tidak ada yang salah sama sekali. Apa dia tidak sadar ya kalau apa yang dia lakukan pada Nadra itu jahat? Tidak ada kabar dan bahkan memutuskan komunikasi begitu saja. Tapi lihatlah si pria sialan ini masih bersikap biasa saja tanpa permintaan maaf.

"Nad, simpenin tatakan teflon yang itu dong di atas meja."

"Ok!"dan bodohnya Nadra masih aja menuruti permintaan Senna.

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang