Part 14

26.6K 2K 109
                                    

Adam terheran-heran melihat Hazel yang sudah ada di rumahnya. Begitu ia pulang sekolah, ibunya bilang bahwa Hazel menunggunya di kamar dari dua jam lalu, tepat bel sekolahnya berbunyi. Adam memang tidak langsung pulang karena nongkrong sebentar bersama teman-temannya di atap. Maka dari itu Adam telat sampai di rumah.

Rasa kesal Adam yang seharusnya dilampiaskan pada Hazel tiba-tiba menguap menjadi ekspresi geli. Sejak tadi ia menahan mati-matian tawanya saat langsung dibrondongi Hazel berbagai penjelasan mutlak. Apalagi sahabatnya itu terus memohon untuk hal yang sama berulang-ulang tanpa memberinya jeda untuk menjawab.

"Lo nggak kerja?" tanya Adam tiba-tiba.

"Libur," jawab Hazel cepat, "jangan ngalihin pembicaraan."

"Ya, trus gue harus gimana? Lo ngomong terus kayak kaset rusak," kata Adam frustasi, ia menenggak soda kalengan yang barus dibukanya beberapa saat lalu. "Gue nggak apa-apa. Serius."

Hazel menatapnya tak percaya. "Yakin?"

Adam mengangguk.

"Please, Adam, gue balikan sama Aneshka itu—"

"Terpaksa, 'kan?" potong Adam. Ia nyaris terbahak melihat ekspresi Hazel yang terkejut. "Ya, udahlah, udah terlanjur juga."

"Lo tau gue 'kan, Dam. Yang jelas gue nggak enak sama lo."

Adam menghela napas. Berita balikan lagi antara Hazel dan Aneshka sudah masuk ke telinganya tadi pagi. Perempuan itu langsung menghampirinya dengan wajah berbinar saat mengatakan berita itu.

Awalnya Adam kesal, tentu saja. Hazel sudah berjanji padanya bahwa ia tidak akan mau kembali berhubungan dengan Aneshka. Dan karena berita ini, Adam merasa dibohongi.

Akan tetapi, di sisi lain Adam memang sudah berjanji pada Aneshka untuk membuat mereka kembali berpacaran.

"Kan, gue udah pernah bilang." Adam melunak. "Asal Aneshka bahagia, gue ikut bahagia."

"Bullshit! Nggak usah kayak sinetron!" Hazel mengacak-acak rambutnya kesal. Rasa bersalahnya mengenai hal ini membuatnya gila.

Sebenarnya tadi pagi Hazel sudah berusaha untuk menghubungi Adam. Tapi karena ponsel Adam tidak aktif, ia jadi kalang kabut takut-takut Adam akan marah padanya. Padahal ia sudah berusaha mengantisipasi hal itu sebelum Adam marah. Ia sama sekali tidak bermaksud membohongi sahabatnya itu dengan status antara dirinya dan Aneshka.

Adam menghela napas. Tubuhnya menyandar pada beberapa bantal di ranjang. "Lo mau gue marah?" tanyanya.

"Ya, itu lebih baik." Hazel mengangguk.

Hazel tahu Adam sedang menatapnya menantang saat ini. Ia pernah mendapat tinju Adam dulu, saat mereka bertengkar karena masalah Aneshka juga. Jujur Hazel tidak mau merasakannya lagi, ia hampir tak bisa makan selama tiga hari.

Oke. Adam bergumam. Ia bangkit dari rebahannya dan menghampiri Hazel yang menggelosor di karpet kamarnya. Dengan sekali tarik ia mencengkeram kerah baju Hazel dan membuat sahabatnya itu menatapnya.

Tangan Adam terayun ke atas dengan mengepal erat. Hazel terkejut dan langsung menutup matanya ketika tangan itu terayun. Namun, alih-alih pening karena mendapat pukulan, ia malah mendengar tawa Adam yang membuatnya kesal.

"Lo nggak berharap gue tonjok, 'kan? Pasrah banget." Adam melepaskan kerah bajunya dan merapikannya.

Hazel menatapnya bingung. "Kenapa nggak? Gue udah ngerebut Neshka dari lo."

"Neshka bukan punya gue, lo nggak ngerebut dia dari gue," ralat Adam.

Tapi tetap saja, Hazel merasa apa yang dilakukannya tidak benar. Adam menyukai Aneshka, Hazel tahu tapi malah menerima permintaan perempuan itu untuk balikan.

RUN TO HIM [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang