Sebenarnya Adam tak bisa tak khawatir tentang hal ini. Tentu saja, ini sudah hari Selasa dan ia tak pernah menemukan batang hidung Hazel. Jangan lupakan tentang pertengkaran mereka di rumah Aneshka tempo lalu. Meskipun terlepas dari hal itu, Adam masih menganggapnya sahabat.
Oh, Adam memang mengakui bahwa ia merasa bersalah sekarang.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, Adam tentu tahu bagaimana perangai Hazel. Sahabatnya sejak kelas sepuluh itu seorang yang paranoid. Ia bisa saja menangis hanya karena masalah kecil, dan mengingat itu membuatnya kembali ke masa lalu di mana ia melihat sahabatnya begitu terpukul atas perselingkuhan sang ayah.
Bagi Adam sosok Hazel selama ini tak pernah bisa ia uraikan dengan kata-kata. Walaupun di luar pemuda itu pembawaannya sangat bersahaja, tapi ia tahu bagaimana hatinya yang rapuh. Saat rapuh itulah, Adam membawa Aneshka masuk ke dalam kehidupan Hazel, dan karena itu juga semua masalah di keluarganya dimulai. Adam bersumpah tak ingin mengingat itu lagi.
Adam tahu rasanya sakit. Munafik jika ia hanya menganggap Aneshka cuma sahabatnya, ia tahu dirinya menginginkan lebih. Sayangnya bukan itu yang diharapkan Aneshka. Mereka sahabat dari kecil. Selamanya akan begitu.
"Nih! Belom pada ngerjain, 'kan, lo, lo pada!"
Tiba-tiba saja Hari datang menyerahkan buku modul yang bagian depannya sudah kusut. Riko yang tengah memainkan game susun permennya, langsung saja menutup permainan itu asal sambil merebut modul milik Hari.
"Cakep nih Hari!" katanya, tanpa basa-basi menyalin semua jawaban Hari di modulnya.
Pemuda kurus itu lantas mendengus dan duduk di samping Adam, sepertinya ia tahu kalau Adam sedang badmood.
"Tadi Hazel chat gue," katanya, sekilas membuat Adam dan Riko segera menatapnya. "Tenang-tenang, bukan mau minta film bokep kok," tukasnya.
Riko langsung menoyor temannya yang kurus setipis triplek itu. "Itu sih gue kemaren yang chat kayak gitu, Ri!"
Hari terkekeh.
"Bilang apa dia?" tanya Adam kemudian.
"Nggak apa-apa, cuma minta beliin pulsa aja."
"Ah, elah, orang serius-serius juga!" Riko menoyor kepala Hari lagi dengan modul tebal Matematika itu.
"Ih, serius gue! Dia minta pulsa buat nelpon," elak Hari dengan wajah seriusnya. Sebenarnya Riko dan Adam agak sangsi karena biasanya Hari suka nyeleneh, tapi rasa penasaran Adam lebih besar. Mati-matian ia menahannya untuk tidak menanyakan langsung pada Hazel.
"Trus dia ngomong apa lagi?"
"Udah gitu aja," jawab Hari cuek. Untuk informasi saja, orang tua Hari itu pemilik counter pulsa yang sudah bercabang di mana-mana. Suatu ketika Hari bilang, mungkin usaha kecil-kecilan orang tuanya itu bisa sampai luar kota atau bahkan luar negeri.
"Kan, emang kampret lo ini, Ri!" Riko misuh-misuh, lalu kembali menyalin jawaban modul. "Kalau kayak gitu mah nggak usah ngomong."
Adam mendengus jengah, ketika ia berniat melamun lagi, Hari menyela,
"Lah, yang penting kan, kita udah tau dulu nih kalo Hazel baek-baek aja?"
"Iya juga, sih."
"Tapi emang lo nggak nanya apa-apa sama Hazel?" tanya Adam penasaran. Ia bersyukur karena toh rasa khawatirnya sedikit berkurang.
"Gue bingung," ucap Hari sambil menjedanya sejenak, "sebenernya dia bilang ke gue kalau dia kerja dan berhenti sekolah."
"Gila aja!" seru Riko tak percaya. "Kok lo baru ngasih tau?"

KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO HIM [COMPLETE]
RomanceKarena sebuah kecelakaan nahas, Julian Marvel mengalami kesialan karena ruhnya harus bertukar tubuh dengan seorang pemuda tak dikenalnya. Beberapa hari saling mengenal, Julian baru tahu kalau ruh penempat raganya adalah pemuda yang bersekolah di sek...