Beberapa hari setelah Bayu, ketua KIR sekolah mereka mendatanginya di kelas, akhirnya Hazel memutuskan untuk ikut rapat ekskul KIR. Dengan persetujuan Julian, tentu saja, akhirnya dengan terpaksa ia mengikuti rapat itu. Ada empat tim inti lama dan empat kandidat dari kelas dua yang akan menggantikan posisi senior mereka.
Dan di sinilah Hazel masih berperan sebagai Julian, dan berpura-pura mengikuti rapat."Jadi," suara Bayu memulai, "dari pihak OSIS udah ada peraturan baru. Kandidat baru untuk tim inti setiap klub harus ngadain kampanye di setiap kelas, dan kegiatan ini tujuannya untuk mempromosikan kalian supaya siswa nanti bisa memilih."
Terdengar riuh protes dari Hazel tapi, Bayu seolah-olah tidak mendengarkan dan melanjutkan, "Bukan itu aja, penelitian juga tetep akan dilangsungkan untuk memperkuat nilai kalian nanti."
"Kak?" Marta salah satu kandidat dari anak IPA mengangkat tangan, begitu dipersilakan oleh Bayu, ia melanjutkan, "Jadi, sebenernya yang memberatkan nilai kita itu dari jumlah suara atau penelitian, Kak?"
Dari tempat duduk Hazel mendengus, ia tak begitu berminat menyimak.
"Fifty:fifty, ya," jawab Bayu. "Jumlah suara menentukan, tapi penilaian kami dari penelitian kalian tetap memberatkan juga. Jadi, usahakan semaksimal mungkin di dua kategori itu."
Hazel angkat bicara, "Trus penelitiannya apaan nih?"
Saat itu semua mata langsung tertuju padanya.
Bayu tertawa kecil. "Nanti ada empat ekor ayam potong, dari situ kalian harus bisa meneliti mana ayam segar seratus persen, ayam tiren, ayam berformalin dan ..."
"Trus kapan dimulainya?" potong Hazel, ia tersadar saat semua mata mendeliknya tajam.
Bayu yang menyadari gelagat tak enak dari reaksi teman-temannya, menengahi. "Kita udah kasih surat dispensasi ke kelas kalian masing-masing, setelah rapat ini kita langsung ke ruang lab."
Hazel meringis, satu persatu anak meninggalkan ruangan rapat dan meninggalkannya sendiri dalam kekalutan. Oh, ya, ampun. Ia masih harus mengikuti penelitian aneh itu untuk membantu Julian? Semoga ia mendapat kekuatan magis untuk memenangkan penelitian itu.
Mereka semua sudah hampir satu jam berada di ruang lab, empat ekor ayam potong sudah ada di hadapan Hazel tanpa tersentuh, ia kebingungan. Dari sudut matanya ia melihat tim inti KIR yang lama mengawasi sambil melipat dada, wajah mereka aneh karena terlalu memaksakan ekspresi garang-yang di mata Hazel benar-benar jelek. Ketika ia melihat ke arah kandidat lain, mereka sudah sibuk dengan beberapa tabung kecil berisi cairan.
"Aduh!" Hazel memekik karena seseorang menabraknya."Eh, maaf, Julian." Orang yang ternyata Gilang itu langsung membersihkan jubah putih yang dikenakan Hazel buru-buru, cairan entah apa tumpah di sana. "Untung cuma air yang tumpah."
Hazel menepis pelan tangan Gilang. "Ah, iya, nggak apa-apa, kok. Udah lu sana, gue oke."
"Maaf, ya."
"Hm."
Setelah itu Hazel kembali melamunkan ayam potong itu, ia mendesah lelah. Kalau keadaannya begini ia tidak bisa membantu Julian menjadi ketua KIR. Julian sebenarnya sudah menolak untuk mengikuti seleksi kandidat itu, tapi mau tidak mau Hazel memaksa karena cuma ini yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahannya. Meski semua tidak berakhir dengan baik.
Dari pemikiran itu juga, mungkin ia bisa sedikit meringankan beban Julian yang lagi-lagi terjebak dalam tubuhnya. Ya-ia harus yakin.
"Akh!" Tiba-tiba salah satu kandidat lain memekik saat tabung botol berisi cairan putih tumpah ke tangannya tanpa sengaja. Hazel langsung menatap horor ketika tangan perempuan itu, namanya Lani, memerah lalu melepuh. Beberapa pengawas langsung menghampirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO HIM [COMPLETE]
RomanceKarena sebuah kecelakaan nahas, Julian Marvel mengalami kesialan karena ruhnya harus bertukar tubuh dengan seorang pemuda tak dikenalnya. Beberapa hari saling mengenal, Julian baru tahu kalau ruh penempat raganya adalah pemuda yang bersekolah di sek...