Media: Kiri = Kiki / Kanan = Rendy
.
"Lo nggak akan ngelakuin hal yang aneh-aneh lagi, 'kan?" tanya Adam skeptis. Lawan bicaranya kali ini membuatnya ubun-ubunnya berlubang dan nyaris lumer memuntahkan lahar panas.
Pasalnya, saat ini mereka berdua minus Hari dan Riko dengan sangat akrab seperti sahabat sejati yang klop, bermain futsal pada jam istirahat. Adam tidak habis pikir, seharusnya dirinya sekarang di kelas untuk belajar karena ulangan masih ada satu pelajaran lagi setelah ini.
"Ya, nggaklah, hal aneh apaan coba?" Hazel menjawabnya sambil menendang bola ke arah Adam.
Bukan tanpa alasan Adam menanyakan hal tersebut, sebab beberapa kali Hazel kepergok melamun tiba-tiba sambil melongok ke gedung SMK. Adam sudah bisa menebak, anak itu pasti mencari Indri—dengan kata lain 'mencari masalah sama Irfan'—dan itu berarti melakukan hal yang aneh-aneh.
"Gue nggak bakal biarin lo ketemu sama Indri."
"Dan gue nggak butuh izin dari lo," balas Hazel, setengah bercanda. Ia tak mungkin benar-benar mengabaikan kata-kata Adam. Bisa apa dirinya kalau Adam kembali marah. Menyendiri memang hal yang Hazel ingin sekali lakukan—namun bukan berarti tanpa teman satu pun.
Hazel sedikit mengingat perkataan ayahnya semalam. Beliau berkata bahwa Hazel harus membawa Aneshka ke rumah karena ayahnya akan meminta maaf secara pribadi dengan ibunya bersama Aneshka. Terdengar sangat bagus di telinganya, tapi untuk menjalankannya, Hazel tidak mengerti bagaimana caranya.
Perbuatan Aneshka tempo lalu saja sudah mengindikasikan bahwa perempuan itu pasti sangat marah dan tidak ingin bicara lagi padanya. Sudah bagus kalau pelecehan yang terjadi tidak tersebar luas. Tampaknya Adam ada di belakang semua ini untuk menahan niatan Aneshka yang satu itu. Bagaimana pun perempuan itu memang berhak marah pada Hazel.
"Aneshka—" cicit Hazel, suaranya terdengar tak lebih dari gumpalan kertas yang diremas-remas, beradu dengan angin dan bola yang menggelinding. Hazel menatap Adam sekilas, keberaniannya menguap.
"Lo ngomong apa?"
Bola berhenti di pijakan kaki Adam.
"Hah?"
Adam berdecak, menendang bola dengan pongah melewati pertahanan Hazel. "Kayaknya gue denger lo ngomong."
"Perasaan lo aja kali, korek dulu tuh kuping." Hazel menyangkal.
Keberaniannya tidak ada seujung kuku pun jika membahas soal Aneshka dengan Adam. Ia takut Adam mengamuk dan melontarkan kata-kata sinis seperti biasanya. Bahkan ketika memergoki mereka berdua pulang bersama pun Hazel tidak berani bertanya apakah mereka sudah pacaran atau belum.
Sebaliknya, Adam juga tidak pernah membahas Aneshka di depannya, seolah-olah perempuan itu tidak pernah ada di kehidupan pertemanan mereka. Hazel cukup memaklumi hal itu.
"Heh, kenapa lo?"
Hazel menegang saat melihat sesuatu di depannya, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, sosok berbeda sama tegangnya dengan dirinya. Adam mengerutkan dahi sebelum melihat siapa yang tengah Hazel lihat sampai membuatnya menjadi batu dadakan. Tidak salah lagi, Indri di sana, menatap Hazel dengan terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO HIM [COMPLETE]
Lãng mạnKarena sebuah kecelakaan nahas, Julian Marvel mengalami kesialan karena ruhnya harus bertukar tubuh dengan seorang pemuda tak dikenalnya. Beberapa hari saling mengenal, Julian baru tahu kalau ruh penempat raganya adalah pemuda yang bersekolah di sek...