Part 13

28.6K 2K 237
                                        

Media: Julian Marvel

.

Julian tahu atau setidaknya Kiki sudah menjelaskan bahwa dirinya mengalami banyak perubahan setelah bertemu Hazel. Ia tidak lagi pendiam. Sedikit demi sedikit ia mulai membuka dirinya untuk memulai pertemanan baru. Contohnya dengan Karina, perempuan berambut bob yang pernah menjadi teman sekelompok Bahasa Indonesianya.

Memang tidak mungkin jika tidak terjadi cinta lokasi terhadap keduanya. Meski awalnya Julian sempat tak percaya, segala macam sinetron yang ditonton ibunya di rumah rata-rata bertema cinta lokasi.

Karina—oke, sekarang Julian memanggilnya Ririn—akhir-akhir ini sering menempel padanya kemana pun dia pergi. Hanya dalam konteks sekolah, tentu saja.

Awalnya Julian tak keberatan, toh, Ririn adalah perempuan yang periang, lembut, dan baik hati. Tapi lama kelamaan ia mulai menemukan kebosanan. Perempuan itu sekarang dengan terang-terangan menarik-narik tangannya dan kadang merengek hanya untuk minta ditemani ke kantin atau perpustakaan.

Julian semakin gerah. Tingkah Ririn mulai tak sewajarnya. Ia sudah mulai menjadi perempuan pesolek dengan gerak-gerik yang genit. Tidak ada kacamata jengkol lagi di matanya, hanya ada contact lens berwarna hijau kalem yang membuat kedua bola matanya membesar.

Mereka pacaran. Ya. Dan itu berita mengejutkan.

Sejujurnya saja jika bukan karena Kiki dan tentu ini campur tangan pemaksa itu, ia tak mungkin berpacaran dengan Ririn. Bukannya Julian tidak suka, hanya saja ada sesuatu yang mengganjal di hatinya yang membuat ruang geraknya tak nyaman.

Julian mengingat kejadian sebulan yang lalu, di mana ia dengan kasarnya menendang perut Hazel sampai pemuda itu nyaris terjungkal. Lalu dengan tanpa bersalah meninggalkannya sebelum Hazel sempat mengutarakan sesuatu. Tapi Julian bagaimanapun juga adalah seseorang yang tidak tega. Sesampainya di rumah dengan napas nyaris habis dan asma yang sudah kambuh, ia berharap Hazel datang ke rumahnya.

Hazel memang datang, namun bukan untuk menemuinya, tentu saja, apa Julian lupa bahwa sepedanya masih tertinggal saat ia meninggalkan Hazel?

Sejak saat itu, ia tak pernah bertemu dengan Hazel lagi. Di sekolah pun, ia hanya bertemu dengan teman-teman Hazel tanpa adanya sosok pemuda tampan itu. Oh, God! Apa Julian merindukannya? Apa jawabannya mungkin iya?

"Heh, bengong aja!" tegur Rendy.

Oh.

Julian melupakan satu fakta lucu. Rendy makhluk pemalas yang begitu dibenci Kiki, kini menjadi sahabat mereka. Entah bagaimana ceritanya yang pasti hubungan Rendy dan Kiki sangat akrab setelah insiden itu. Julian sebagai sahabat Kiki ikut senang. Malah sekarang ia dan Rendy sangat akrab. Yang cukup mengejutkan bahwa Rendy ternyata orang yang baik meski lidahnya berbisa. Julian mengakui.

"Kiki mana?" tanya Julian, mengalihkan pikirannya dari sosok Hazel yang melayang-layang di kepala.

"Lo lupa tadi Dani masuk ngasih surat dispensasi buat Kiki?" Setelah mengatakan itu, Rendy kembali fokus pada ponselnya. Guru mereka belum datang dan kelas begitu riuh. Dan sepertinya fakta tentang lupa atau tidaknya seorang Julian tidak begitu dipedulikan Rendy.

Julian menggumam mengerti, ia hampir saja lupa bahwa sekolahnya akan mengadakan turnamen olahraga lagi. Lalu Dani, ia ingat pemuda itu adalah kapten klub basket di sekolahnya. Ia berkali-kali melihat pemuda itu jika tengah menonton Kiki latihan basket. Dan ternyata Dani adalah kakak kelasnya.

Fokus mata Julian kini beralih ke arah depan di mana Ririn yang masih pacarnya itu bercengkerama asik dengan Lina. Keduanya tampak seru, sambil sesekali kegirangan ketika membicarakan bagaimana film romansa yang mereka tonton hari minggu kemarin. Dan Julian tidak peduli.

RUN TO HIM [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang