Part 4

42.6K 3.2K 279
                                        

Getaran di ponselnya membuat Kiki berhenti, ia mengambil benda itu di sakunya dan kembali berjalan. Satu pesan  masuk dari Julian.

Ki, buruan ke sini!!! Pukul 14.53.

Kiki mengenyit dan mengetikkan balasan. Baru beberapa menit setelah temannya itu menghilang ketika 'diculik' Hazel, eh, sudah langsung bisa mengiriminya pesan.

Lo di mana? Pukul 14.54.

Beberapa detik kemudian terdengar balasan lagi.

Di bawah pohon!!! Pukul 14.55.

Kiki langsung merinding. Ia mengedarkan matanya ke semua pohon. Pesan lanjutan dari Julian masuk lagi.

Pohon beringin belakang sekolah. Deket komplek. Pukul 14.55.

Tanpa membalas Kiki langsung membelokkan motornya ke gang memotong jalan kembali ke sekolah, atau tepatnya ke belakang gedung sekolah. Begitu ia mengedarkan pandangannya di semua pohon beringin yang berbaris di pinggir jalan dekat jalur dua komplek, akhirnya ia menemukan Julian yang terduduk seperti anak hilang sambil berjongkok di bawah pohon sambil meremas ponselnya.

Kiki menghampiri Julian. Sedangkan si empunya langsung mendongak dengan mata memelas. "Ngapain lo di sini? Ngemis?"

Julian menggelengkan kepala.
Yang dilakukan Kiki hanya mendesah. Ia menyelinap ke sebelah Julian dan menempelkan bokongnya pada tanah, duduk berselonjor. Tak ragu-ragu ia merangkul bahu Julian. Baru ingat tadi sudah mati-matian menenangkan Julian karena katanya saat jam istirahat Hazel tiba-tiba menciumnya dan mereka balik ke tubuh masing-masing.

Kalau Kiki tak waras mungkin ia tidak akan percaya dengan semua ini, dan menganggap Julian sejak awal sampai akhir hanya bersandiwara menjadi Hazel dan mengerjainya. Tapi kalau dipikir-pikir untuk apa Julian melakukan itu? Julian tak serendah dan tak sereceh itu. Kenyataannya saat Kiki mendengar cerita itu yang dilakukannya adalah tertawa dengan terbahak-bahak.

Mereka teman sejak kecil, Kiki sangat mempercayai Julian, begitu juga sebaliknya.

"Pokoknya lo jangan kasih nomor HP gue sama siapa pun!" pinta Julian tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Kiki yang tahu Julian tidak akan langsung membalas. Julian bukan orang yang suka berbelit-belit menjelaskan masalahnya. "Lo diapain lagi sama Kak Hazel?"

Julian menggeleng. Kiki langsung mengajaknya ke warung es yang berada tak jauh di sana. Suguhan dingin benar-benar dibutuhkan untuk mencairkan rasa panas di kepala mereka sekarang. Kiki langsung memesan dua porsi besar es buah.

"Jadi?" Ia bertanya.

"Dia ngajak gue pergi Sabtu besok."

Kiki tersedak. "Hah? Ke mana?"

Julian mengedikkan bahunya sambil terus menatap es di depannya tanpa minat. "Pokoknya, Ki, jangan sampe lo kasih nomor gue kalau dia minta."

"Oh, oke!" jawab Kiki enteng. "Tapi gue rasa mungkin dia emang cuma mau berteman sama lo."

"Lo di pihak siapa sih?"

"Elah, sampe kapan lo mau jadi dramaqueen kayak gini?" Sebelum Julian membalas perkataannya, Kiki melanjutkan, "Lo tinggal terima tawarannya dan dengerin apa yang mau dia omongin. Beres."

"Kita nggak pernah tau orang dari luarnya aja, Ki. Kalau ternyata dia punya niat jahat sama gue gimana? Apalagi gue belum kenal sepenuhnya sama dia."

"Lo itu terlalu berlebihan. Tenang aja. Ada gue." Kiki meyakinkan, ia ingin temannya memperluas pergaulan. "Nih ya, kalau emang dia ada niat jahat, pasti udah ada dia lakuin pas kejebak di badan lo."

RUN TO HIM [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang