Julian sudah kembali ke sekolah. Hari ini ia tak mungkin membolos lagi karena harus melakukan presentasi Bahasa Indonesia bersama Karina. Alasannya karena merasa tak enak dengan perempuan berambut bob itu, lagipula tubuhnya sudah sehat.
Sejak insiden di rumah Hazel kemarin, tudingan homo yang dipekik pemuda kurus bernama Hari terus-terusan mengusiknya. Memangnya siapa yang tahan diejek seperti itu? Untungnya saat itu Kiki langsung mengajaknya pulang dengan alasan agar ia bisa istirahat di rumah.
Julian memang masih pusing. Jadi alasan itu sangat pas.
Selama perjalanan Kiki tak mengatakan apa-apa. Julian pun tidak tahu apa yang dilakukan teman-teman Hazel setelah itu. Menghujatnya, atau malah menasehatinya.
"Jangan bengong. Entar kesambet."
Julian mendongak dari buku, melirik Kiki. Sahabatnya itu menjadi aneh sejak kejadian kemarin. Berbicara padanya tapi tak menatapnya.
"Gue lagi baca," balasnya dingin.
Kiki seperti aneh mendengar nadanya. Lalu menatap sahabatnya itu. "Buku lo kebalik."
Julian mengerang kesal. Bukunya memang terbalik. Alih-alih membenarkan, ia malah menutupnya. Dan jengkel karena bel masuk belum berbunyi. "Ki, menurut lo ..."
"Hm?"
"Menurut lo hubungan sesama laki-laki itu ... aneh nggak?"
Kiki menatapnya dengan ekspresi kaget. Lalu berdeham canggung. "Ya ... mungkin, karena itu 'kan nggak normal."
"Bener juga." Julian menggumam dengan nada final. Membuka kembali buku bahasanya dan menyelami tugas presentasinya. Karina sudah memperingatkannya, agar mereka bisa kompak di depan.
"Jul, emangnya lo—"
"Nih, resensi gue. Lo yang jadi moderatornya, 'kan?"
Seseorang tiba-tiba saja memotong ucapan Kiki. Sebuah lembar portofolio dilempar ke meja mereka. Itu adalah Rendy, teman sekelompok Kiki. Melihat hal itu, Kiki tidak terima dan menggebrak meja.
"Gue minta ini dari lama! Kenapa baru lo kasih sekarang?!"
"Kapan lo minta?" Rendy menjawab dengan pertanyaan.
Kiki bersungut-sungut. "Dua hari yang lalu. Aduh. Jangan terlalu santai lah. Gue nggak bisa mikir untuk nyusun kata-katanya kalau dadakan gini. Bentar lagi masuk!"
"Lo bisa mikir juga?"
Rendy yang kelewat santai benar-benar menyulut emosi Kiki. Refleks wakapten basket itu mendorongnya hingga menabrak kursi, Rendy spontanitas balas mendorong hingga seterusnya terjadi dorong-dorongan di antara mereka.
Semua terjadi begitu cepat. Tak ada yang bisa dilakukan Julian, sedari tadi suaranya kalah dengan sumpah serapah kedua orang itu. Beberapa bangku bergeser karena keduanya ngotot sambil saling dorong. Juga sorakan-sorakan anak-anak lain yang malah mendukung keributan mereka.
"ANJING LO!"
Itu Kiki.
"BABI!"
Dan Rendy.
"KUTIL BADAK!"
"BULU KETEK KERA!"
"SEMPAK!"
"BEHA!"
"BANCI!"
Rendy tersenyum remeh. "Emang, lo emang banci!"
"Brengsek!" Kiki menggeram dan bersiap melayangkan tinjunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUN TO HIM [COMPLETE]
Roman d'amourKarena sebuah kecelakaan nahas, Julian Marvel mengalami kesialan karena ruhnya harus bertukar tubuh dengan seorang pemuda tak dikenalnya. Beberapa hari saling mengenal, Julian baru tahu kalau ruh penempat raganya adalah pemuda yang bersekolah di sek...