Nuisance

44 0 0
                                    

Sudah beberapa hari sejak kepindahan Raka, dan aku berhasil menjadi ninja. Sampai di kantor mepet waktu masuk, setiap istirahat langsung kabur keluar kantor atau berusaha mencari barengan agar tidak sendirian, dan langsung pulang ketika sudah jam pulang kantor. Tawaran rekan-rekan sekantor untuk ke Dragonfly atau hanya sekedar makan-makan di restoran sehabis ngantor aku tampikkan karena aku tidak mau bertemu dengannya. Masalahnya, Tio ataupun Ardi si tukang ngajakin jalan selalu mengajak Raka ikut acara 'after-office'. Mana bisa aku ikut join, kan?

Tetapi setelah aku pikir-pikir, kenapa aku harus menghindarinya?

Ah, aku tak peduli! Aku hanya tidak suka melihat dirinya. Huh, padahal dulu aku begitu ingin sekali melihat dirinya, berbicara dengannya, atau hanya sekedar saling tukar senyum. Tapi itu dulu. Sekarang ia begitu berubah. Aku tidak suka dengan perubahan dirinya. Dan aku tidak suka diketusi olehnya.

Aku melirik jam tanganku. Sudah pukul 16.48. Sebentar lagi jam pulang kantor. Aku sudah harus siap supaya jam 17.00 pas aku bisa langsung keluar kantor.

"Rika, elo dipanggil tuh sama Bu Helen." ucap Dissa dari belakangku. Aku langsung menoleh dan melihat Bu Helen sudah menunggu di dalam ruangannya. Ugh, semoga pertemuan ini tidak akan lama.

Aku langsung berdiri dan berjalan menuju ruangan Bu Helen. Aroma bunga sedap malam langsung menyeruak menyapa hidungku.  Bu Helen begitu menyukai bunga sedap malam, hingga setiap hari ia harus mengganti bunga sedap malam yang ada di ruangannya dengan bunga sedap malam yang baru. Katanya sih biar ruangannya tetap wangi. Tak hanya ruangan yang wangi, segala perlengkapan di ruangan tersebut tertata dengan rapi dan apik, ciri khas Bu Helen yang sangat perfeksionis.

"Ah, Rika! Ayo kemari duduk dulu." ucap Bu Helen ketika melihat kehadiranku. Aku langsung duduk di bangku depan meja kerjanya. Namun seketika pintu ruangan Bu Helen terbuka lagi. Aku langsung menoleh ke belakang dan langsung terpaku melihat siapa yang masuk.

"Ibu memanggil saya?" tanya Raka dengan nada yang sangat sopan.

"Duduk dulu, Ka." jawab Bu Helen. Ia langsung mengambil kursi di samping kananku. Duh, entah kenapa perasaanku tidak enak.

Bu Helen menatap kami berdua bergantian kemudian ia langsung mengeluarkan map yang sepertinya berisi dokumen-dokumen penting. "Saya ingin minta tolong ke kalian berdua." ucapnya sambil membuka map tersebut.

"Saya minta tolong kalian besok lusa harus ke Singapura. Perusahaan cabang disana lagi mengadakan training assesment. Karena kalian berdua bulan ini belum ada projek lagi, jadi saya minta tolong ke kalian." ucap Bu Helen dengan senyumnya yang bijak sambil memandangi kami berdua. "Nanti, kalian berdua yang akan bertanggung jawab dengan assesment untuk tahun depan." tambahnya lagi.

Aku terdiam. Duh, bukan masalah training assesmentnya, sih. Cuma...kenapa harus aku sama dia? 

"Anu...lalu bagaimana dengan Pak Bambang? Bukankah selama ini beliau yang mengurusi assesment?" tanyaku.

Bu Helen tersenyum, seakan sudah mengetahui aku akan melontarkan pertanyaan barusan. "Pak Bambang akan dimutasi ke Bangkok bulan depan. Jadi posisi penanggung jawab assesment akan kosong. Makanya saya minta tolong ke kalian berdua. Kebetulan waktu itu kamu pernah bantuin Pak Bambang dalam assesment tahun lalu, kan?" jawab Bu Helen sambil melihat ke arahku. Aku hanya bisa menganggukkan kepala. "Tapi kalau kamu sendiri yang bertanggung jawab di bagian assesment kan saya khawatir kamu akan kerepotan, makanya sekalian saja Raka juga ikut involved." tambah Bu Helen.

"Saya memang kebetulan saat di LA pernah mengurus bagian assesment juga kok, Bu." jawab Raka dengan kalem. Lah? Aku kira dia saat di LA mengurusi bagian IT. Kenapa dia pindah haluan ke HR bahkan ke bagian assesment? Oh Tuhan, dia semakin penuh dengan misteri saja!

The Same YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang