From : Cody Neilson (codyneilson1321@yahoo.com
To : Erika Novelyn (rikavelyn@yahoo.co.id)
Subject : HiHi, Erika.
I'm Cody, one of Raka's friend in LA.
Well, actually I got your email address from his phone (pst, don't tell him, please)
To be honest, I dont wanna send this mail to you, but I think I need to do this, for Raka's sake.Erika, maybe Raka had told you about his marriage status. He was right, he's married with my sister. Raka is my bro in law. But I've just realized that he's actually in love with someone out there, not my sister. I think I was pushing him too far so that he was agreed to marry my sister.
Last year when he got back from Indonesia, he became a person that I don't know. He looked...depressed. He never drink, but then he started to drink. From beer to tequila. He never smoke, now he smokes. I didn't know the reason why he becomes like that until I unintentionally found your email to him.
Seems like something has happened between both of you when he was in Indonesia. I don't blame you, of course. But I need your help.
Could you please come to LA? If you agreed, then I'll pay for your ticket. It's for my bro in law's sake, it's alright.
I need your reply ASAP.
Thanks.Sincerely yours,
CodyAku terpaku menatap layar laptop. Bermacam-macam pikiran hinggap di otakku. Raka memang sudah menikah, si Raka yang hilang, Raka yang depresi, Raka yang mabuk, Raka yang merokok, Raka yang menolak membalas emailku, serta lagi-lagi permohonan agar aku ke LA--yang kali ini datang dari kakak iparnya sendiri!
Sepertinya Tuhan sedang mengujiku. Kedatangan Satria ke rumahku yang secara tiba-tiba. Saat makan malam aku merasa Satria tengah melamarku di hadapan orang tuaku. Dan kini email dari kakak ipar Raka. Oke, aku pusing. Pusing!
Aku berdiri dari bangku sembari menutup laptopku, enggan untuk membalas email itu. Kepalaku sudah sangat pusing. Hingga akhirnya aku berjalan terhuyung ke arah tempat tidur dan segera menutup mataku serta berharap semoga ini semua hanya mimpi.
Baru mataku ingin menutup, ponselku yang kebetulan berada di atas kasurku bergetar. Aku langsung meraih ponselku dengan malas dan membuka satu pesan masuk.
From : Satria Banyu (+628212365xxx)
Malem, Rika.
Kmu sdh tdr? Klo sdh, bls bsk sj gpp. Sy cm ingin tnya ke kmu kpn kmu ada wktu kosong. Ada yg hrs sy bicarakan.Tanpa membalas pesan tersebut, aku langsung mematikan ponselku dan tertidur. Biar pesan dari Satria aku balas esok hari.
**************
Aku berjalan menyusuri lorong kampusku. Rasanya hati ini begitu senang. Ini hari pertamaku kuliah pasca ospek. Kehidupan baru! No more uniforms, no more strict rules, it's freeedoomm!
Gubrak!
"Maaf! Maaf!" Ucapku cepat, hatiku langsung kebat kebit,takut kalau aku menabrak senior. Duh!
"Eh, engga apa-apa. Gue juga lagi meleng." Balasnya. Suara cowok. Nada bicara yang sopan. Hem, sepertinya sama-sama masih maba.
Aku langsung menengadahkan kepalaku untuk memandang sosok orang yang kutabrak. Badannya cukup tinggi, mengenakan kemeja flanel berwarna hijau gelap, kacamata bingkai hitam, dan wajahnya...ya ampun wajahnya imut banget! Fix dia maba!
Aku langsung melontarkan senyum singkat dan langsung berjalan minggir. Begitupun juga dirinya.
"Oi, Ka!" Panggil seseorang dari arah belakangku. Sontak aku langsung menengok.
"Ya?"
"Oi!" Balas si cowok tadi. Orang yang memanggil tadi langsung menuju ke arah si cowok tadi dengan senyum lebar. Duh! Malu! Kirain aku yang dipanggil!
Si cowok sempat melihat ke arahku dan tersenyum sedikit. Aku hanya bisa meringis dan langsung kabur dari situ.
Aku berjalan cepat sambil melirik ke kanan kiri untuk mencari ruangan kelasku di sesi pagi ini.Ah ini dia!
Aku langsung melangkahkan kakiku dan mendapati seisi kelas sudah terisi setengahnya. Aku mencari kursi di deretan ketiga dan langsung duduk di samping seorang gadis yang sedang asyik memainkan ponselnya. Ia nampak seorang diri, teman-teman di kelas itu masing-masing sedang mengobrol, hanya ia saja yang diam. Hem, tipikal pendiam sepertinya.
Aku langsung mengulurkan tanganku ke arah gadis itu. "Hai, gue Rika!" Ujarku. Si gadis itu sedikit kaget dan ia langsung membalas jabatan tanganku.
"Chyntia." Ucapnya pendek. Ia langsung sibuk kembali dengan ponselnya. Yah, yang kayak gini nih yang susah diajak ngobrol! Sibuk sendiri sama ponselnya!
Tiba-tiba pintu terbuka dan dua orang cowok masuk ke dalam ruangan kelas. Satu orang yang tadi sempat bertabrakan denganku, yang satu lagi aku tidak tahu.
Si cowok tadi langsung tersenyum begitu melihat ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum kecil. Duh, ternyata sekelas, toh!
Tak berapa lama kemudian, seorang bapak-bapak berumur 30an masuk ke dalam ruangan kelas. Beliau adalah dosen di mata kuliah sesi pagi ini, namanya Pak Akmal. Sesi kuliah dimulai dengan cerita beliau yang cukup panjang mengenai jalan hidupnya. Berawal dari pelosok daerah Banten kemudian beliau mengejar pendidikan S1nya di kampus ini dan langsung mengejar pendidikan S2nya di Belanda. Begitu lulus S2, beliau sempat menjadi asisten dosen di Belanda hingga ia ditawarkan menjadi dosen di kampusnya di Belanda. Namun beliau menolak dan memilih pulang ke Indonesia. Akhirnya beliau memilih mengabdi di kampus almamaternya.
Kami yang notabene masih mahasiswa baru tentu kagum dengan jalan hidup beliau serta idealisme yang beliau miliki. Ternyata masih ada orang cerdas yang masih idealis seperti itu di negara ini.
Selesai bercerita, beliau langsung menjelaskan materi perkuliahan selama kurang lebih dua setengah jam. Aku memang sangat suka mencatat dengan tulisan warna warni, namun aku menjadi kesulitan mencatat karena beliau menjelaskan materi terlalu cepat. Akhirnya aku menyerah, dan langsung aku mengambil pulpen hitam dan ngebut menulis catatan.
"Oke, kalian bentuk kelompok ya, satu kelompok isinya 3 mahasiswa. Tolong tuliskan nama anggota kelompok kalian di secarik kertas. Nanti kertasnya tolong kumpulkan ke asisten dosen, ya." Ucap Pak Akmal sembari menunjuk seorang gadis berbadan gempal yang duduk di paling belakang. Gadis itu tersenyum ke arah Pak Akmal. Pak Akmal pun keluar meninggalkan ruangan kelas, namun aku bisa melihat tatapan gadis itu masih tertuju pada Pak Akmal.
Aku langsung menengok ke arah Chyntia dengan niat ingin membuat kelompok bersama. Namun sayang, Chyntia sudah berkelompok dengan dua orang temannya yang duduk di sebelah kirinya. Duh!
Aku menengok ke kanan dan kiri, berharap masih ada yang kekurangan anggota kelompok. Namun yang rata-rata sudah memiliki kelompoknya dan tengah menuliskan nama mereka di secarik kertas.
Tiba-tiba, si cowok yang bertabrakan denganku dan temannya menghampiriku.
"Lo belom dapet kelompok, ya? Bareng kita aja!" Ujar si cowok yang bertabrakan denganku.
Temannya langsung merangkul si cowok itu dengan senyum jahil, "Iya, sama kita aja. Bisa kacau kalau sekelompok cuma sama cowok doang. Yang ada engga kelar ini tugas kelompok!"
Mereka berdua tertawa. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengeluarkan kertas kosong dan menuliskan namaku terlebih dahulu.
"Erika Novelyn! Pasti lo lahir di bulan November!" Ujar teman si cowok yang berambut rada gondrong itu sembari tertawa.
"Anjir, basi banget lawakan lo, nyet." Ujar si cowok sembari membetulkan letak kacamatanya. "Maaf ya Erika, dia emang rada-rada sinting."
Temannya yang berambut gondrong itu langsung memukul bahu si cowok berkacamata. "Kampret lo! Jangan buka kartu dong! Hahaha.." ia menoleh ke arahku lagi. "Gue Wisnu, Er! Wisnu Aditya Permana."
Aku langsung menuliskan nama Wisnu. Selesai menulis, aku menoleh ke arah si cowok kacamata untuk menanyakan namanya. "Nama elo siapa?"
"Gue Raka. Raka Adi Prastowo."