Maaf Seharga S$1.2

21 0 0
                                    

Pertemuan aku dan Raka dengan team training assesment berjalan lancar. Sejauh ini, baik aku maupun Raka memahami betul materi-materi training, wajar saja karena aku beberapa kali terlibat mengurusi assesment dengan Pak Bambang dan Raka yang juga pernah mengurusi assesment di LA (kata dia). Training yang berjalan selama 5 jam tersebut akhirnya selesai juga karena mayoritas sudah memahami assesment secara mendasar, hanya beberapa poin mendetail yang masih harus diperdalam.

Selesai membereskan berkas-berkas yang ada di mejaku, aku menoleh ke arah Raka dan mendapati dirinya masih mengobrol dengan beberapa karyawan anggota training--yang mayoritas merupakan wanita. Raka memang cukup terlihat populer di hari pertamanya training disini. Wajar saja, Raka memang terlihat sangat good-looking, ditambah dengan pengetahuannya yang ternyata sangat luas dan cerita pengalamannya di LA membuat para trainee mengerubungi dirinya.

Aku langsung pamit dengan trainer yang kebetulan masih di ruangan tersebut dan selangkah kakiku keluar dari pintu, Raka langsung memanggilku.

"Rika, nanti temui aku di restoran hotel ya." Ujarnya. Aku hanya menoleh sebentar dan langsung pergi meninggalkan dirinya tanpa memberikan respon ajakannya.

Kini sudah pukul 1 siang, tentu perutku sudah mencak-mencak minta diisi. Ajakan Raka untuk bertemu di restoran hotel kembali terngiang di otakku. Makanan di restoran hotel sepertinya cukup menggiurkan untuk perutku, tetapi tidak untuk dompetku. Walau perjalanan dinas ini dibiayai kantor, tetapi sayang sekali apabila aku harus menghamburkan uang puluhan dolar Singapur hanya untuk makan siang fancy di restoran. Mending uangnya aku alihkan untuk jajan dan oleh-oleh, deh. Kebetulan adikku minta titip belikan coklat Hersheys. Tentu saja niatku bukan membelikan Hersheys di gerai Hersheys resmi di Sentosa Island, melainkan di salah satu mal di daerah Bugis dengan seharga S$21 saja. Lebih murah dibandingkan beli di gerai aslinya.

Tak berapa lama aku jalan, aku menemukan plang yang sangat familiar dengan lambang huruf M yang besar dan berwarna kuning. Demi kesejahteraan dompet, tentu saja aku memilih untuk membeli makan di Mcd dibandingkan makan di restoran hotel.

Begitu masuk Mcd, aku langsung mengantri yang kebetulan pada saat itu antriannya tidak panjang. Sembari mengantri, aku melihat papan display yang menunjukkan ada menu apa saja dan harganya. Pilihanku tentu jatuh pada paket yang berisi BigMac, french fries medium serta cola ukuran medium. Untuk makan siang boleh lah aku memanjakan perutku dengan lemak lezat ini.

Begitu saat antrianku, aku dilayani oleh seorang kasir wanita berperawakan India, dengan logat English-India yang kental.

"Welcome to Mcdonald, what would you like to order, Miss?" Tanyanya dengan ramah. Wah, sepertinya dia pegawai baru, sampai-sampai menyapaku dengan ramah dan penuh senyum. Biasanya juga langsung nanya mau pesan apa, tanpa embel-embel senyum.

"I'd like to order this one..." tunjukku ke arah kertas menu yang ada di atas meja, "..but replace the cola with lemon tea. Take-out, please."

"I'd like that one too."

Aku menoleh mendapati suara yang sangat familiar yang terdengar dari sampingku. Raka sudah berdiri di sampingku dengan senyum mengembang.

"Two Packages 1 take-out, so the total is S$13, Miss." Ucap si kasir masih dengan senyum ramah--setengah kagum ketika matanya melihat ke arah Raka. Huh, kenapa sih semua orang jadi kagum sama Raka hari ini?

Baru aku mau mengeluarkan dompet, tiba-tiba Raka langsung memberikan dua lembar 10 dolar ke kasir. Such a gentle action. Huh.

Begitu si kasir memberikan paper bag berisi pesananku dan Raka, aku langsung berjalan ke luar Mcd meninggalkan Raka.

"Kamu engga pernah diajari sopan santun, ya?" Ujar Raka dari arah belakangku. Aku tak menoleh. Begitu aku melihat ada bangku kosong, aku langsung duduk di bangku tersebut yang memang kebetulan berhadapan dengan sungai. Suasana Clarke Quay saat itu agak sepi, yang terlihat hanya beberapa turis yang tengah menunggu untuk naik kapal mengitari sungai ataupun yang tengah sibuk mengabadikan momen dengan kamera.

The Same YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang