"Pernikahan adalah hak untuk menemukan kesempatan untuk saling menggoda dan bertengkar sesering mungkin."
Lery membuka matanya dan yang pertama dia lihat adalah kamar yang bernuansa hitam-putih dan maskulin. Lery menguap lebar, dia tak lagi melihat Devward di sebelahnya.
Bangkit dari tempat tidur, Lery melangkah menuju kamar mandi. Dia langsung membersihkan tubuhnya dengan cepat.
Selesai mandi, Lery mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna merah marun. Dia merapikan rambutnya lalu keluar dari kamar dan turun ke bawah.
Setelah sampai di lantai dasar, Lery melangkahkan kakinya menuju ruang makan atas petunjuk dari salah satu pelayan yang ada di rumah itu. Di ruang makan, sudah ada Devward duduk di kursi. Saat lelaki itu melihat kedatangan Lery, ia berdiri lalu menarikkan kursi untuk sang istri.
"Kau lama sekali," bisik Devward, dia mengecup pipi Lery. Kemudian mereka duduk bersebelahan.
"Maaf, sepertinya aku kelelahan," ucap Lery dengan malu-malu.
"Tidak apa-apa," balas Devward. Kemudian mereka sarapan dalam diam.
Selesai sarapan, Devward dan Lery duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Di sana juga ada Rora dan kedua orangtuanya.
"Mereka di mana?" tanya Lery menanyakan keberadaan orangtuanya dan juga Rindy.
"Mereka sudah pulang tadi malam," jawab Yuna.
"Oh, kenapa tidak menginap di sini?" tanya Lery lagi.
"Ibumu mengatakan kalau dia ingin pulang saja." Kembali Yuna yang menjawab.
Lery mengangguk pelan.
"Paman Dev, apa boleh nanti di pesawat aku bermain bersama Bibi Lery?" tanya Rora tapi Devward menggeleng tanda tidak setuju.
"Di pesawat?" tanya Lery mengernyit bingung.
"Iya, kita akan berlibur. Aku ingin ikut, tapi Paman Dev tidak memberi izin. Katanya tidak mau diganggu olehku. Tapi aku memaksa, aku juga ingin ikut liburan," ucap Rora yang mendapat tatapan tajam dari Devward.
"Apa kedua orangtuaku juga ikut?" tanya Lery membuat Devward mengerang dalam hati.
"Terserah saja," jawab Devward sebal. Padahal ia sudah merencanakan hanya ingin pergi berdua saja dengan Lery. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersama Lery, hanya berdua saja agar mereka lebih saling mengenal satu sama lain.
Lery menahan tawanya, dia menatap Devward sekilas lalu kembali menatap Rora.
Ternyata Devward sudah menyiapkan segalanya. Tiket, penginapan, dan semua yang mereka butuhkan nantinya.
"Padahal aku rindu padamu," desis Rora dengan pelan, "kenapa kau tidak berkunjung ke rumahku? Aku setiap hari menunggumu datang. Apa kau lupa? Tapi aku senang, karena kau sudah ada di sini sekarang,"celoteh Rora.
"Maaf, Rora, aku sibuk sekali. Aku tidak lupa," jawab Lery sembari merentangkan kedua tangannya. Rora langsung turun dari pangkuan sang ibu dan berlari menghampiri Lery. Dia naik ke pangkuan Lery dan memeluknya.
"Jadi ini ... Lery yang sering kau ceritakan?" tanya Devward, karena akhir-akhir ini Rora rewel terus, katanya dia menunggu temannya. Devward mengira teman yang dimaksud Rora adalah teman seusianya, ternyata Lery. Devward saja kadang sampai pusing mendengar celotehan Rora.
"Hehe, iya, Paman Dev," jawab Rora tersenyum simpul lalu melepaskan pelukannya.
"Jadi kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" Devward memandang kakaknya. Yuna hanya mengangguk.
"Paman Dev, boleh tidak saat di Paris nanti aku tidur bersama Bibi?" tanya Rora tidak mau menyerah.
"Tidak, Rora!" ucap Devward dengan sebal. "Bibi tidur denganku dan kami tidak mau diganggu," sambung Devward membuat Rora membuang napasnya dengan kasar.
"Aku tidak mengganggu, aku hanya ingin tidur dengan Bibi. Bagaimana kalau kita tidur bertiga? Kau setuju, kan?"
Devward melotot ke arah kakaknya.
"Rora, Paman Dev kan baru menikah dengan Bibi Lery, jadi Paman Dev ingin bermanja-manja dengan Bibi. Jadi, kau tidak boleh mengganggu mereka." Yuna angkat bicara.
"Ibu kenapa tidak membelaku?" Rora mengerucutkan bibirnya dan turun dari pangkuan Lery.
"Karena awalnya, kau yang meminta ikut, Sayang. Jadi, jangan mengganggu mereka lagi," ucap Yuna, Rora mengangguk pelan.
"Paman dan Bibi kapan punya adik bayi? Aku ingin punya teman."
"Jangan banyak tanya, Rora!" geram Devward membuat Rora mengunci mulutnya, dia juga mengerucutkan bibirnya.
***
Di pesawat, Lery berbincang banyak hal dengan Devward, sesekali lelaki itu mengecup puncak kepala Lery.
"Kau tidak usah khawatir. Aku sudah meninggalkan semua wanita-wanitaku. Sekarang aku milikmu seutuhnya dan kau juga hanya milikku." Devward mengucapkan kalimat tersebut dengan serius.
Lery menggenggam tangan Devward, berusaha percaya dengan ucapan Devward tadi, tapi tetap saja hatinya menolak untuk percaya. Dia belum tahu bagaimana sifat Devward, dia juga belum mengenal Devward. Hanya mengenal Devward sebatas yang dikatakan orang saja. Tapi melihat sikapnya yang sangat arogan, sebelum mereka menikah, membuatnya berpikir, mungkin perkataan orang-orang benar. Dia tidak ingin percaya dengan mudahnya pada Devward.
"Aku berjanji, hanya kau satu-satunya wanita di hidupku dan kuharap kau juga begitu,"Lery hanya mengangguk.
Dalam hati, Lery hanya berharap bahwa dia benar-benar menjadi satu-satunya wanita dalam hidup Devward.
Lery selalu berharap akan hal itu. Mempunyai keluarga kecil yang bahagia, punya anak-anak yang lucu, menghabiskan akhir pekan dan menatap matahari senja bersama keluarganya kelak.
Lery tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, tapi dia berharap semua akan baik-baik saja. Jauh dari masalah dan pertengkaran. Usia Devward 6 tahun lebih tua dari Lery. Semoga matangnya usia Devward membuatnya lebih berpikir dewasa, memegang perkataannya bahwa dia sudah benar-benar berubah.
Meskipun ada keraguan dan Lery kurang yakin dengan harapannya itu.
Entahlah, dia merasakan firasat buruk. Entah untuk siapa, Lery juga tidak tahu. Semoga Tuhan selalu melindungi keluarga mereka."Tidurlah, aku tidak ingin nanti malam kau kelelahan dan kehabisan tenaga," Devward menyadarkan Lery dari lamunan panjangnya.
Lery mendongakkan kepalanya dan Devward langsung mengecup keningnya sekilas. Lery memeluk pinggang Devward dengan erat, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Devward.
Nyaman. Itu yang Lery rasakan saat dia dan Devward berpelukan .
Lery memejamkan matanya sambil memanjatkan doa, semoga semua akan baik-baik saja, ucap Lery dalam hati.
Sebelum kesadaran Lery hilang, Devward terus mengelus rambutnya dan mengecup pucuk kepalanya dan membisikkan sesuatu, tapi sayangnya Lery tak bisa mendengarnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Husband
Romantik[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] Kau Adalah canduku. Sejak pertemuan pertama kita, sudah kuputuskan kau adalah milikku. Hanya milikku! Ingat itu Lery Gladisha!!! -Devward Clinton- Seri ke II MPH : Amour Vrai (Su...