Devward tersenyum saat sudah tiba di depan rumahnya. Sebelah tangannya memegang bucket bunga yang ia beli khusus untuk istrinya, dan sebelah lagi menjinjing kantung belanjaan yang berisikan mainan untuk anak-anaknya.
Saat Devward masuk, suara ramai anak-anaknya menyambut kedatangannya.
Ia mendekat dan meletakkan barang bawaannya yang langsung diserbu ketiga anak mereka. Lalu Devward mendekati Lery, memberikan bunga yang ia beli sembari mengecup kening istrinya itu.
"Terima kasih," kata Lery dengan tulus yang dibalas dengan anggukan dan senyuman dari Devward.
"Mereka lincah sekali, kau pasti lelah mengurusi mereka," ujar Devward, ia mengusap peluh keringat di kening Lery.
"Tidak, justru aku senang, Dev. Aku tidak kesepian dan rumah menjadi ramai karena mereka. Lagi pula, sudah keputusanku untuk tidak memakai baby sitter ... agar aku bisa mengurus mereka," jelasnya sambil memamerkan senyumnya.
"Tapi, kau terlihat lelah...." Lery menggeleng pelan.
"Rasa lelahku sudah terbayarkan, Dev. Kau tidak perlu khawatir." Devward menghela napasnya pelan namun ia mengangguk.
Devward melepaskan pelukannya dan ikut bergabung dengan ketiga anaknya yang sedang serius dengan mainan mereka masing-masing.
"Dev, mandi dulu...." tegur Lery mendekati Devward.
"Baiklah," katanya, lalu Devward mengecup satu persatu kepala ketiga anaknya. Lery kembali fokus kepada anak-anaknya. Lery mendekati Rica yang sedari tadi mencoret-coret buku gambarnya.
"Rica kenapa?" tanya Lery lembut pada putri bungsunya itu. Rica hanya menggeleng.
"Belum bisa gambar orangnya?" Rica mengangguk membuat Lery tersenyum. Dia meraih tangan Rica, lalu mengajarinya menggambar seperti keinginan Rica.
"Nah, seperti ini. Tidak sulit, kan?" Rica hanya mengangkat bahunya acuh membuat Lery menghela napasnya. Lery mengalihkan pandangannya pada Erin yang sedang mengacak-acak mainannya.
"Erin kenapa lagi?" Erin tidak menjawab. Ia meraih boneka kecilnya lalu dilemparkan ke arah Rica dengan kasar membuat Rica menunduk sedih.
"Erin, tidak boleh seperti itu pada adiknya...." tegur Lery dan bukannya berhenti, Erin malah semakin gencar melempari Rica dengan boneka bahkan dengan mainannya yang lain.
"Erin! Berhenti atau Ibu akan menghukummu!" ucap Lery meninggikan sedikit oktaf suaranya.
"Aku tidak peduli, Bu!" pekiknya lalu berlari mendekati Rica. Erin hendak mencakar Rica, namun Devward langsung menahan tangan kecil Erin.
"Erin tidak boleh kasar padanya, Sayang...." kata Devward. Sementara Rica, ia hanya diam saja sambil menangis dalam diam. Devward meraih Rica ke dalam gendongannya, menjauhi ruang bermain anak-anaknya.
Ia menepuk punggung Rica yang bergetar. Devward memang tidak habis pikir kepada Erin yang selalu memusuhi Rica. Padahal Rica tidak melakukan apa pun padanya.
"Sttt, tidak apa-apa...." katanya dengan lembut. Devward mengangkat wajahnya dan menatap Lery yang mendekat ke arahnya dengan sedikit kecewa. Selalu seperti itu. Lery tidak akan memarahi Erin, meskipun Erin selalu berbuat semena-mena pada Rica.
"Seharusnya kau bisa melindunginya dari serangan Erin," kata Devward dengan dingin.
"Aku tidak bisa, Dev. Itu akan melukai Erin! Meski melukai Rica juga," sela Lery membuat Devward menggeram marah, namun tetap ditahannya.
"Kau hanya memikirkan perasaan Erin, kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Rica. Kalau aku tidak di rumah, siapa yang akan membelanya?" Lery menunduk, mengusap air matanya pelan. "Kau mengatakan bahwa aku tidak boleh pilih kasih, tapi kau sendiri yang melakukannya," kata Devward sambil mencoba meredam emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Husband
Romance[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] Kau Adalah canduku. Sejak pertemuan pertama kita, sudah kuputuskan kau adalah milikku. Hanya milikku! Ingat itu Lery Gladisha!!! -Devward Clinton- Seri ke II MPH : Amour Vrai (Su...