"Kepergianmu telah membuat aku hancur. Kini aku sangat rapuh dan sakit, aku sangat menderita, Ayah ... Ibu..."
"Hei, ada apa?" tanya Devward menghapus air mata istrinya. Lery diam saja. Lalu Devward mengambil ponselnya, ternyata masih tersambung.
"Halo, ada apa?" tanya Devward cemas. Tidak biasanya sahabatnya Mark menelepon, apalagi Mark tahu kalau Devward sedang bulan madu.
"Dev, bisa kalian pulang sekarang? Pesawat yang ditumpangi keluargamu kecelakaan dan sekarang mereka berada di rumah sakit. Pesawat tidak mendarat dengan baik dan juga ada kesalahan teknis."
"Oh Tuhan!!! Oke!" Devward langsung mematikan sambungan telepon dengan sepihak dan langsung memeluk istrinya yang sedari tadi menangis tersedu-sedu.
"Aku ... hiks ... ingin ... hiks ... pulang ... hiks," ucapnya sambil menangis.
"Iya, kita sebentar lagi pulang," suara Devward sangat lembut. Sebelah tangannya mengelus kepala istrinya berharap istrinya itu bisa lebih tenang dan sebelah tangannya lagi sibuk menghubungi orangnya untuk membelikan tiket untuk mereka.
"Kita pulang sebentar lagi, oke?" Lery hanya mengangguk dan terus menangis. Dia mengeratkan pelukannya seakan takut ditinggalkan.
Devward berbenah, dia meraih dompet, paspor, dan barang-barang yang penting saja untuk di bawa pulang. Setelah selesai, Devward membopong tubuh Lery lalu mereka berangkat ke bandara.
Setelah sampai di bandar udara Internasional John F. Kennedy, NY, Devward membawa Lery keluar dari bandara. Setelah sampai di luar bandara, mereka menumpangi mobil yang sudah disiapkan lalu membawa mereka ke rumah sakit NYU Longane Medical Center, New York yang memakan waktu kurang lebih 24 menit.
Tiba di rumah sakit, Devward menanyakan korban kecelakaan pesawat yang terjadi beberapa saat lalu pada bagian informasi di rumah sakit.
"Permisi, Nona ... saya ingin bertanya korban kecelakaan pesawat ada di ruang berapa?" tanya Devward pada seorang wanita paruh baya memakai pakaian berwarna biru sambil merangkul Lery yang mulai lemas.
Wanita itu tersenyum dan mengangguk sopan sambil melihat komputer di depannya untuk menlihat daftar korban kecelakaan pesawat.
"Keluarga Wesley," kata Devward.
"Oh, silakan lewat sana," wanita itu mengunjuk ke arah depan, "lalu belok kanan dan terus saja sampai Anda menemukan sebuah ruangan khusus untuk jenazah." Devward menghela napasnya pelan dan dia juga mengangguk.
Tangisan Lery semakin kuat saat mengetahui John, Clara, dan Rindy sudah tiada. Dia menangis histeris hingga tak sadarkan diri.
Devward dengan sigap membopong tubuh istrinya ke ruang perawatan atas petunjuk dari seorang perawat. Dia khawatir dengan kondisi istrinya, terlebih Lery sedang demam.
Sementara dokter dan suster menangani istrinya, Devward melangkah tergesa-gesa keluar dari kamar Lery di rawat, menuju ruang jenazah atas intruksi dari seorang suster. Di sana sudah ada Mark dan istrinya, Loraine.
Devward menunduk lesu saat sudah ada di depan ruang jenazah. Bagaimana tidak? Baru beberapa jam yang lalu mereka tertawa bersama, sekarang mereka sudah pergi. Tanpa meninggalkan pesan. Ralat, Jhon menitipkan dan memercayakan putrinya kepada Devward. Ya, Devward akan menjaga Lery sebisanya. Dia berjanji.
"Sudahlah, Devward, ikhlaskan." Mark menepuk bahu Devward. Devward menggeleng.
"Aku tidak masalah. Aku hanya mencemaskasn istriku."
"Kami tahu, istrimu pasti sangat sedih. Kami siap membantu untuk menghibur istrimu dan aku siap menjadi teman istrimu agar nanti dia tidak kesepian." Suara lembut Loraine. Devward hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Husband
Romantik[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] Kau Adalah canduku. Sejak pertemuan pertama kita, sudah kuputuskan kau adalah milikku. Hanya milikku! Ingat itu Lery Gladisha!!! -Devward Clinton- Seri ke II MPH : Amour Vrai (Su...