Part 1

11K 714 19
                                    

Disclaimer
Disarankan bagi yang belum membaca Death Angel seri pertama, bacalah dulu... :)
Jangan lupa vote dan comment yaah

"Lima... empat... tiga... dua... satu..."

TIIIT... seperti biasa aku menghitung detik-detik kematian orang di Rumah Sakit. Dan benar saja. Beberapa saat kemudian aku mendengar suara isak tangis di dalam kamar yang di depannya aku berdiri. Hm, sepertinya kemampuanku semakin terasah... sejak aku... bertemu dengan Edwin.

Sudah lima bulan berjalan sejak aku dan Edwin menjadi sepasang kekasih. Sepasang kekasih normal, jika dilihat begitu saja. Namun hanya kami berdua yang tahu, ada sesuatu yang 'berbeda' dalam hubungan kami.

Kami berdua sama-sama memiliki kemampuan khusus, yaitu membaca waktu kematian orang lain. Aku dapat menghitung kematian orang dalam kurun waktu 24 jam sebelumnya, sedangkan Edwin bisa membaca kematian sejak tiga hari sebelumnya. Kami berdua bertemu di Rumah Sakit tempatku bekerja, saat itu Edwin masih mengidap kanker darah. Dan hubungan kami pun berlanjut sebagai sepasang kekasih.

Sejak sembuh dari kanker, Edwin mulai bekerja di sebuah toko obat sebagai resepsionis dan apoteker. Sebenarnya aku dan Edwin sama-sama memiliki mimpi: menjadi seorang dokter. Namun "berkat" kemampuan khusus kami membaca saat kematian orang, kami mengurungkan niat kami menjadi dokter dan mencoba mencari pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan kedokteran. Aku menjadi suster dan Edwin menjadi apoteker. Ia bekerja di toko obat yang tidak jauh dari Rumah Sakit. Kami berdua sudah terkenal di Rumah Sakit sebagai "pasangan suster-pasien". Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi di balik itu semua. Kisah cinta kami bukan kisah biasa, kisah yang diwarnai dengan unsur mistis yang sebenarnya mengerikan: kemampuan membaca kematian.

"Hai," Edwin sudah muncul di depan counter Rumah Sakit, seperti biasa, tepat jam lima sore. Jamnya pulang kerja.

"Hai juga," jawabku sambil tersenyum. Sudah tahu ini jam kerjaku, namun sepertinya seluruh Rumah Sakit maklum dengan hubungan kami.

"Bagaimana kabar nenek-nenek di kamar 13?" Tanya Edwin sambil mengeluarkan sebungkus nasi dari balik tas ranselnya yang berwarna hijau.

"Seperti dugaanmu. Meninggal," jawabku senang. Aku sangat mengagumi kemampuan Edwin yang bisa cepat membaca kematian orang, lebih dari pada aku. Aku banyak belajar darinya.

"Sudah kubilang kan," ujarnya santai, "oke, sayang, kau harus kerja dan aku harus pulang. Selamat sore."

"Daah," jawabku sambil melambaikan tangan.

Begitulah hubungan kami. Cukup seru menurutku. Kami berdua, sekalipun tak pernah mengenal secara pasti satu sama lain, cukup nyambung dalam berbicara, karena kebanyakan obrolan kami adalah tentang orang-orang yang meninggal dan tentang kemampuan kami berdua. Edwin pacar pertamaku dan menurutku ia pacar yang cukup asyik. Sampai...

DEATH ANGEL 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang