Part 14

892 102 1
                                    

Aku dan Laras duduk di kedai kopi yang sepi. Kami terdiam, sama-sama masih tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Bisakah kau ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku, memecah keheningan.

"Foto yang kau tunjukkan padaku, dia adalah Andrew, kakakku," jawab Laras, "Ia sudah meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan mobil Sama sepertiku, dia adalah seorang dokter."

"Tidak mungkin," ujarku, "Aku benar-benar Bersama orang itu Walau hanya dalam tempo singkat. Ia masih hidup, dia dokter di rumah sakit kami!"

"Apa mungkin hanya wajahnya saja yang mirip?" Laras memandang ke kejauhan, "Andrew... Aku sendiri yang ikut memakamkannya"

"Maafkan aku," ujarku tidak enak, "Jadi mengingatkanmu pada hal yang menyedihkan Tapi ini benar-benar membingungkan Foto itu benar-benar Adriel. Aku yakin"

"Hanya satu yang bias membuktikan apakah orang yang kau temui itu Andrew, atau hanya seseorang yang mirip dengannya," kata Laras. Ia memegang pundakku, "Tapi kau harus percaya padaku. Berjanjilah."

Aku mengangguk.

"Andrew... memiliki sebuah kemampuan" Laras menatapku, "Memang ini tidak masuk akal"

"Maksudmu kemampuan membatalkan kematian?" tanyaku. Laras terhenyak.

"Ti Tidak mungkin Kau tau..."

"Adriel juga punya kemampuan itu," ujarku, "dan aku adalah orang yang menyadarkannya bahwa ia memiliki kemampuan itu."

"Jadi orang itu benar-benar Andrew??"

Aku menggeleng, "Aku juga tidak tahu Tapi bagaimana mungkin Kakakmu sudah meninggal"

"Sebenarnya" Laras menatapku, "Aku juga memiliki kemampuan itu Kemampuan untuk membatalkan kematian. Peristiwa di pesawat bukanlah sebuah kebetulan"

"Aku tahu," potongku, "Sejak di pesawat itu aku sudah tahu kau memiliki kemampuan itu."

"Kau tau? Sebenarnya, siapa kamu ini?"

"Aku adalah malaikat kematian," jawabku, "Berbanding terbalik denganmu, aku memiliki kemampuan untuk memprediksi kematian. Namun, aku tidak dapat menginterupsi kematian. Sementara kalian, kalian dapat menghentikan kematian Ini yang aku katakana pada Adriel, bahwa ia tidak bisa menjadi dokter dengan kemampuan itu."

Laras melengos, "Apa maksudmu? Aku sudah menjadi dokter lama di sini dan seandainya kau tau berapa nyawa yang sudah kuselamatkan"

"Tapi kau menentang takdir," ujarku, "Perbuatanmu ini tidak akan dimaafkan oleh langit. Orang-orang yang kau sembuhkan itu akan mati dengan cara yang lain..."

"Setidaknya aku memberikan mereka waktu lebih Panjang... Bukankah itu fungsi seorang dokter, menyelamatkan pasiennya?" tantang Laras.

"Ya, tetapi bukan menyelamatkan 'semua' pasiennya," jawabku. Laras terdiam.

"Sejujurnya aku juga membenci kemampuan ini," bisiknya lirih, "Sebab kemampuan ini pun tidak dapat menyelamatkan orang yang paling kusayangi Andrew... Saat aku tiba, dia sudah meninggal. Aku tidak sempat menyelamatkannya"

"Kita tidak dapat mengalahkan takdir," ujarku sambil memegang tangan Laras.

"Tetapi bagaimana Andrew bisa hidup dan bertemu denganmu?" Laras menghapus airmatanya dan menatapku, "Siapa yang memberitahumu tentang Klinik Harapan Hidup?"

Ya, hanya satu orang yang dapat menjawab pertanyaan kami. Edwin.

DEATH ANGEL 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang