Seminggu sudah berlalu sejak kejadian tersebut. Tetapi entah mengapa pikiranku tidak dapat mengenyahkan Adriel. Setiap hari benakku selalu penuh pertanyaan: Di manakan Adriel sekarang? Apa yang ia lakukan? Apa yang ia rasakan?
Dan akhirnya aku tiba pada satu titik kesimpulan, bahwa hubunganku dengan Edwin sepertinya tidak dapat kembali seperti semula. Seperti sebelum Adriel hadir dalam hidupku.
Aku masih mencintai Edwin. Ya, aku masih mencintainya. Tetapi separuh hatiku masih bertanya2 apa gerangan perasaanku pada Adriel... Mengapa aku tidak dapat mengenyahkan bayangannya. Dan aku memutuskan untuk meyakinkan perasaanku sendiri.
"Aku... ingin meyakinkan perasaanku sendiri," bisikku. Edwin hanya menatap ke bawah. Tampak di wajahnya bahwa ia sangat sedih. Kami terdiam beberapa saat
"Aku tidak bisa melepasmu, Yun. Kamu tau itu," ujar Edwin sedih
"Aku tau..." jawabku lemah.
"Tetapi..." sambungnya, "aku juga tidak mau menjalani hubungan di mana orang yang kucintai belum yakin dengan perasaannya."
Aku tertegun. Apa berarti Edwin setuju dengan perkataanku?
"Aku minta break, Win... tapi jika memang aku sudah meyakinkan perasaanku padamu, aku akan kembali. Aku janji," tambahku.
"Bagaimana jika kau tak kembali... padaku?" Edwin menatapku sedih. Aku terdiam, tak mampu menjawab. Hatiku ikut perih mendengar kata2 Edwin.
"Tapi tak apa. Aku yakin kamu akan kembali. Padaku," bisiknya, "pergilah sekarang Yun. Yakinkan perasaanmu. Dan kembalilah padaku."
Setelah mengatakan demikian Edwin berdiri dari duduknya dan menuju ke motornya. Aku masih terdiam, ternyata berpisah dengan Edwin terasa sangat menyedihkan. Bagaimanapun, Edwin adalah cinta pertamaku, dan ia adalah orang yang memiliki kemampuan yang sama denganku. Satu2nya orang yang memahamiku.
Adaa sedikit penyesalan dalam hatiku, namun aku berusaha mengenyahkannya. Aku harus fokus pada misiku selanjutnya, yaitu meyakinkan perasaanku. Untuk itu, aku harus mencari Adriel. Aku harus menemukannya.
***
Tapi ternyata tak semudah itu menemukan Adriel. Semua orang di Rumah Sakit tidak tau kemana Adriel pindah. Bahkan aku sendiri tidak yakin apakah Adriel tetap akan menjalani profesi sebagai dokter setelah ia mengetahui kemampuannya.
"Benarkah kau tak tau?" Desakku pada para suster itu.
"Iya gak tau. Lagian harusnya kamu dong yang lebih tau, kamu kan suster pribadinya!" Jawab suster itu. Ya, benar juga. Masalahnya, aku sama sekali tidak tau kemana ia pergi.
Aku berjalan gontai di lorong Rumah Sakit dan duduk di kursi di depan kamar. Aku melihat seorang nenek-nenek sedang didorong dengan kursi roda. Aku mulai menghitung, "lima... empat... tiga... dua.."
"Satu!" Tiba2 Edwin muncul di sebelahku, tepat saat nenek itu tiba2 terkena serangan jantung dan meninggal.
"Edwin!" Seruku kaget. Tak kusangka ia muncul lagi di Rumah Sakit ini sejak kami... putus.
"Kenapa kaget gitu," ujarnya sambil duduk di sebelahku.
"Ehm, ga sih," jawabku kikuk.
"Kamu sedang mencarinya kan?" Tanya Edwin lagi. Mau tak mau aku mengangguk. Edwin tersenyum sinis.
"Aku tau di mana bedebah itu berada," ujarnya.
"Be... benarkah?" Seruku
Edwin mengangguk, "koneksi keluargaku cukup kuat, jadi aku menyuruh mereka mencari keberadaan bedebah itu. Aku tau saat ini pasti kau sedang mencarinya."
Aku terdiam.
"Aku akan memberitahumu di mana ia berada," lanjut Edwin sambil menyodorkan sebuah kertas padaku, "ini alamatnya."
"Mengapa kau membantuku?" Tanyaku heran. Edwin tertawa kecil.
"Lebih cepat kau menemukannya, akan lebih baik. Karena aku ingin kau cepat2 meyakinkan perasaanmu, dan kembali padaku," tutupnya, "hati2 ya. Lokasinya jauh dari sini. Aku akan menunggumu... Sampai jumpa, Yuni."
Edwin berjalan menjauh. Aku hanya mampu memandangi kepergiannya. Setelah Edwin menjauh aku buru2 membuka kertas yang diberikannya padaku. Alamatnya hampir membuatku tersedak. Ini alamat di luar pulau, apalagi ini daerah yang sangat terpencil! Mengapa Adriel ada di sana? Apa jangan2 Edwin membohongiku? Tak mungkin. Edwin bukan orang seperti itu. Tapi... alamat itu adalah alamat sebuah Klinik. Klinik Harapan Hidup. Ketika aku membaca nama itu, aku tau bahwa alamat itu pasti benar.
Tunggu aku, Adriel.... aku akan segera menemukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH ANGEL 2
ParanormalYuni, seorang suster yang memiliki kemampuan mendeteksi kematian seseorang, memutuskan untuk menjalin hubungan dengam Edwin, mantan pasien kanker yang telah sembuh total. Bersama Edwin, yang juga memiliki kemampuan yang sama dengannya, Yuni berusaha...