3. That Voice

4K 319 1
                                    

Steven berjalan bolak-balik sambil menunjukkan pose berpikir, sementara Grace sedang duduk disofa sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?." Keluh Grace.

"Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa terjadi? Apa kau pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya?." Tanya Steven.

"Belum pernah." Grace menjawab.

"Pasti hal seperti ini terjadi karena suatu alasan, tidak mungkin tiba-tiba bisa begini." Steven menyimpulkan.

Grace hanya mengangguk-angguk. Ia menutup mulutnya saat menguap. Sepertinya Grace mulai mengantuk.

"Kau mengantuk Grace?." Tanya Steven saat melihat tampang Grace yang kelihatan seperti orang sedang mabuk.

"Ehm... yah, sepertinya." Ucap Grace sambil menutup mulutnya lagi karena menguap.

"Baiklah, bagaimana kalau kita bicarakan ini besok saja? Sekarang kau bisa tidur dulu dikamar ku."

Grace hanya mengangguk-angguk saja, karena ia sudah sangat mengantuk. Steven mambantu Grace untuk berdiri dan berjalan menuju kamar tidur. Setelah menyelimuti Grace, ia duduk sebentar di pinggiran kasur sambil memperhatikan wajah Grace yang sudah tertidur pulas.

"Goodnight, dear." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan Grace.

Grace terbangun karena silaunya sinar matahari yang menembus melalui celah gorden dan tepat mengenai matanya.

"Hoahm... dimana nih?." Tanyanya pada diri sendiri sambil mengusap matanya.

"Good morning, princess." Ucap Steven yang tiba-tiba memasuki kamar dengan membawa nampan berisikan susu,roti,dan selai.

"Lho? Kok kamu ada disini sih Steven?." Ucap Grace pada pemuda berambut pirang tersebut.

"Lho? Ini kan kamarku, ya jelaslah aku ada disini."

"Apa?! Ini kamar kamu?!." Seru Grace heboh.

Buru-buru ia melihat tubuhnya yang berada dalam selimut. Ia langsung menghela nafas lega ketika ia melihat pakaiannya masih lengkap. Lalu ia melihat curiga kearah Steven sambil menyilangkan tangannya menutupi dada.

"Ngapain ngeliatin aku kayak gitu?." Ucap Steven, ia risih dipandangi seperti itu oleh Grace.

"Enggak kenapa-napa." Ucap Grace, tetapi ia masih dengan posisi yang sama seperti tadi dengan mata yang masih menatap curiga kearah Steven.

Menyadari isyarat dari gestur tubuh Grace, membuat pipi Steven memerah dan ia jadi salah tingkah.

"Hei! Jangan salah sangka dulu ya, aku tidak melakukan apapun kok! Memangnya kau lupa apa yang terjadi semalam?." Ucap Steven salah tingkah.

"Tidak, memang terjadi apa?." Tanya Grace dengan curiga.

"Kemarin malam, kau tidak bisa kembali kedunia nyata, makanya kau malah tidur disini." Jelas Steven.

"Benar begitu?." Grace masih saja curiga.

"Be-benar kok! Lagipula siapa yang mau menyentuh preman pasar seperti mu, yang ada kau malah akan memenggal kepalaku nantinya."

"Hm... alasanmu cukup masuk akal." Grace manggut-manggut, lalu dia tersadar akan sesuatu.

"Hei! Aku bukan preman pasar!." Omel Grace sambil melemparkan bantal kearah Steven.

Tetapi Steven dengan sigap langsung mengindari serangan dari Grace tersebut.

"Wooo... gak kena." Ledeknya, lalu setelah menaruh nampan berisi makanan itu di atas meja, ia cepat-cepat kabur keluar kamar sebelum ia terkena amukan Grace yang menggila.

Grace yang melihat Steven sudah kabur duluan sebelum ia menghajarnya pun mendengus keras.

"Lihat saja pembalasanku nanti Steve! Haha." Ucap Grace sambil memakan sarapannya, ia tertawa bagai setan yang sedang merencanakan hal jahat.

Saat sedang memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk pembalasan dendam nanti, ia mendengar suatu suara yang memanggilnya.

"Kayak kenal deh suaranya." Gumamnya.

Grace langsung mendengarkan dengan seksama dari mana suara tersebut berasal. Tetapi setelah dia berdiam diri cukup lama, suara tersebut tidak muncul lagi. Grace hanya menggedikan bahunya lalu melanjutkan kegiatannya yaitu memakan sarapannya dan memikirkan hal jahat apa yang akan dia lakukan untuk balas dendam nanti.

Disebuah kamar pasien dirumah sakit. Seorang pria terus-terusan berbicara kepada seorang gadis yang terbaring tak sadarkan diri, atau istilahnya adalah koma. Gadis yang tak sadarkan diri tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Grace, sedangkan pria yang sedari tadi berbicara kepada gadis itu—atau lebih bisa dibilang bicara sendiri—adalah ayah dari gadis tersebut.

Ayah Grace mengetahui suatu informasi bahwa jika kita berbicara atau berinteraksi dengan orang koma, maka orang yang koma itu dapat mendengarnya. Dan harapan hidup dari seseorang yang koma itu akan bertambah. Maka ada kesempatan besar bagi orang itu untuk terbangun dari komanya.

Maka disinilah ia, berbicara kepada Grace seakan-akan Grace bisa mendengarnya. Orang yang melihatnya mungkin akan merasa bahwa dia gila atau apalah, tetapi dia tetap melakukannya. Menceritakan masa-masa dimana mereka masih bahagia. Masa dimana ibunya Grace masih hidup. Tak bisa dipungkiri bahwa ia juga sangat merindukan istri tercintanya itu yang kini telah tiada. Namun pada akhirnya ia malah meyibukkan dirinya dengan bekerja. Kesalahannya yang sangat buruk.

Kesalahannya yang sangat berdampak besar bagi Grace.

"Grace! Tunggu! Aku minta maaf oke? Aku tidak akan mengataimu lagi! Aku janji!." Seru Steven pada Grace yang sudah berada tepat dihadapannya dengan membawa kecoa ditangannya.

"Baiklah." Ucapan Grace tersebut sejenak membuat Steven menghela nafas lega.

Tapi melihat Grace menyeringai setelah mengatakan hal tersebut, membuat bulu kuduk Steven berdiri.

"Tapi, biarkan aku membalas dendam dulu untuk yang terakhir kalinya." Seringaian Grace bertambah lebar, pertanda buruk bagi Steven.

Sebelum Steven sempat kabur, Grace sudah lebih dulu mengunci pergelangan kakinya membuat Steven terjatuh.

"Huahahahaha!." Grace tertawa keras seperti iblis. Lalu dengan cepat memasukan kecoa tersebut kedalam baju Steven.

Steven langsung berteriak-teriak seperti anak perempuan, berdiri sambil melompat-lompat dan berusaha mengeluarkan kecoa tersebut dari dalam bajunya.

Sementara Grace hanya tertawa terbahak-bahak melihat pertunjukkan didepannya. Setelah berhasil mengeluarkan kecoa tersebut dari dalam bajunya, Steven langsung melemparkan tatapan sinis kepada Grace yang masih asyik tertawa tanpa henti.

Steven meninggalkan Grace yang masih saja tertawa, dengan muka tertekuk ia masuk kedalam pondok.

Tak lama kemudian Grace akhirnya menghentikan tawanya. Dia langsung celingak-celinguk mencari Steven saat dilihatnya Steven tak lagi berada disana. Grace menggedikan bahu dan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mencari udara segar.

Saat ia sampai ditaman bunga Lagi-lagi ia mendengar sebuah suara. Kali ini terdengar lebih jelas dan lebih nyaring.

"Kau masih ingat kan Grace? Saat itu kau terjatuh dari sepeda, tetapi bukannya menangis kau malah tertawa, padahal saat itu lututmu berdarah."

Grace terpatung saat mengetahui kalau suara itu adalah,

Suara ayahnya.

Tbc.

DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang