"Waaaaa....." Grace berteriak senang. Sementara Steven mendengus.
"Hei! Aku capek tau! Kau berat sekali!." Keluh Steven.
"Ayolah... aku ini kan kekasihmu. Masa kau tidak mau menggendongku sebentar saja sih."
"Iya, tapi punggungku sakit." Gerutu Steven.
Grace terkekeh, ia melingkarkan tangannya di leher Steven lalu menopang kepalanya pada bahu Steven.
Menyadari tak ada suara apapun dari orang dibelakangnya, Steven berhenti sejenak.
"Grace?." Panggilnya sembari mengguncang tubuh Grace yang berada digendongannya, tepatnya dipunggungnya.
Tak ada jawaban dari Grace. Steven memutuskan untuk menurunkan Grace dari gendongannya, dan ternyata Grace tengah lelap tertidur.
Steven mendengus geli sekaligus kesal akan sikap Grace. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali menggendong Grace menuju arah rumah.
Tak berapa lama, ia akhirnya sampai di rumah. Ia memasuki kamar Grace, dan perlahan ia menaruh tubuh Grace diatas kasur dengan hati-hati. Steven menghembuskan nafas lelah, tetapi tak urung ia tersenyum melihat wajah lelap Grace.
Andai kita bisa seperti ini selamanya.
Steven menggeleng keras,menyingkirkan pikirannya.
Tidak, ia dan Grace.
Mereka tidak ditakdirkan bersama. Mereka terlahir di dua dunia yang berbeda. Suatu saat bila Grace telah besar.
Ia akan melupakan dunia khayalannya.
Dan Steven akan lenyap bersama dengan dunia khayalan ini.
Ya, semua itu akan terjadi.
Suatu saat semua itu akan terjadi.
∞
Grace berjalan linglung keluar kamar. Ia memegang kepalanya yang pusing akibat tidur seharian.
Kenapa aku selalu tertidur sih?. Gerutunya dalam hati.
Ia berjalan ke dapur dan mendapati Steven tengah memasak sesuatu. Apapun itu wanginya enak sekali. Grace berjalan mendekati Steven.
"Masak apa?." Tanya Grace.
Steven tersentak kaget. Refleks, ia menoleh dan melihat Grace tengah berdiri dibelakangnya dengan wajah innocent khas orang baru bangun tidur.
Steven menghela nafas, lalu kembali pada pekerjaannya. "Mandi dulu sana." Suruhnya.
Grace berjalan mendekat untuk melihat apa yang sedang Steven masak. "Omelet ya?." Tanyanya.
"Iya, sudah sana mandi."
Grace mendengus, lalu berjalan pergi. Tetapi arahnya bukan ke kamar mandi, melainkan ke arah ruang tamu. Ia mengambil remote televisi, lalu mulai mengganti chanel-nya ke acara kartun kesukaannya.
Steven melepas celemek yang ia pakai, lalu berjalan keluar dapur. Menyadari suara televisi yang berasal dari ruang tamu, ia pun berjalan ke arah ruang tamu. Ia mendengus begitu melihat Grace yang tengah asyik menonton televisi.
"Kan aku sudah bilang, mandi dulu sana." Ucap Steven seraya duduk di sofa.
"Iya, nanti aku mandi."
Steven menghela nafas. Secara tak sengaja, ia melihat suatu koran lama dipojok ruangan. Ia mengerutkan dahi heran.
Sepertinya aku tak pernah melihat ada koran disana. Pikir Steven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion
FantasyGrace sangat suka berkhayal. Grace pikir dunia khayalannya lebih indah dibandingkan dengan dunia asli dimana ia tinggal. Pada suatu hari Grace mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma. Grace pun malah terjebak di dunia khayalannya sendiri.