Grace bersiul-siul seraya memasukkan dan mengaduk gula kedalam tehnya dengan menggunakan sendok.
Tiba-tiba Steven memasuki dapur dengan wajah khas orang baru bangun tidur, ia menguap seraya menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Kau membuat apa?." Tanya Steven penasaran.
"Teh." Jawab Grace.
Steven bergumam 'oh' lalu melihat lurus kearah luar jendela yang berada didepannya.
"Tumben sekali, biasanya kau selalu membuat coklat panas." Ucap Steven sembari menuang air kedalam gelas.
Grace mengedikkan bahunya. "Aku hanya minum coklat panas saat cuaca sedang dingin."
Steven meminum airnya, dan tiba-tiba saja ia mengingat suatu hal. "Oh iya, kemarin..." Steven menghentikan ucapannya saat dilihatnya, Grace tak lagi berada didapur.
Ia berjalan kearah ruang keluarga dan mendapati Grace tengah duduk sambil menonton televisi dan menyesap tehnya.
Steven menghempaskan dirinya duduk disamping Grace. Ia mendecak sebal. "Kau pergi tidak bilang-bilang." Gerutunya.
"Penting sekali aku bilang padamu huh?." Ucap Grace tak acuh.
Steven menggerutu tak jelas mendengar perkataan Grace. Ia mendengus keras. "Kemarin..."
Grace tersentak mendengar ucapan Steven. Kemarin. Yang kini terlintas dibenaknya adalah kejadian pada saat mereka berdua terjatuh. Saat mereka saling menatap satu sama lain, saat Steven mendekatkan wajahnya...
Grace menggeleng keras. Shh! Bodoh, kenapa kau malah memikirkan hal itu?!. Batin Grace.
"Kemarin kenapa-."
"Stop!." Seru Grace memotong perkataan Steven.
Steven menatap Grace heran. "Kenapa sih?." Gusarnya.
"Tidak usah kau jelaskan." Ujar Grace sambil menatap lurus kedepan, dan mengepalkan tangannya dipangkuan.
"Jelaskan apa?." Tanya Steven bingung. "Aku kan hanya ingin bertanya, kenapa kemarin kau membawaku ke halaman belakang." Steven mendengus. "Pasti kau lupa tujuanmu membawaku kesana karena kemarin kau keasyikan bermain ayunan." Lanjutnya.
Grace termangu. Ia menunduk dalam. Jadi... bukan itu yang ingin ia bicarakan?. Batin Grace lega. Hah syukurlah, lagipula pasti ia telah melupakan kejadian itu. Aku malah kege-eran mengira ia mau membahasnya. Grace menghela nafas kecewa. Eh? Kenapa aku malah kelihatan kecewa?!.
Steven mengibaskan tangannya didepan wajah Grace. Menyadarkan Grace dari lamunan perang batinnya.
"Kau kenapa?."
"Ah, ti-dak apa-apa." Grace tersenyum kikuk, lalu kembali menunduk dan menghela nafas.
"Kenapa sih? Kau kelihatan kecewa." Ucap Steven. "Atau jangan-jangan..." Steven menyipitkan mata. "Kau mengira aku ingin mengatakan hal lain ya? Kau kecewa karena aku bukannya ingin membicarakan hal yang kau pikirkan?."
Tepat.
Grace salah tingkah akibat perkataan Steven. Ia memukul lengan Steven dengan cukup keras.
"Aw!." Steven mengaduh kesakitan.
"Jangan sembarangan menyimpulkan!." Omel Grace.
Steven menangkap tangan Grace yang hendak memukulnya lagi. Ia menggenggam telapak tangan Grace yang terasa dingin.
"Grace, kenapa telapak tanganmu dingin?." Tanya Steven.
Grace dengan cepat menarik telapak tangannya yang digenggam Steven. "Bu-bukan apa-apa, aku.. aku hanya sedang tidak enak badan." Dustanya.
"Kenapa kau tidak bilang sedari tadi? Ayo kuantar kau ke kamar, kau harus banyak istirahat! Pantas saja sikapmu sangat aneh sedari tadi." Steven menarik lengan Grace, tetapi Grace memberontak.
"Tidak usah, aku akan baik-baik saja."
"Jangan begitu, kau harus banyak istirahat! Ayo!." Paksa Steven.
Grace akhirnya pasrah dan membiarkan Steven membawanya kedalam kamar yang biasa ia tiduri. Steven membaringkan Grace dikasur, lalu menarik selimut sampai batas dagunya.
"Aku akan membawakanmu makanan, tunggu sebentar ya." Steven berjalan pergi keluar kamar.
Grace mendengar suara berisik didapur dan aroma wangi masakan merebak memasuki indra penciumannya. Perlahan Grace memejamkan matanya.
Andai aku bisa lebih jujur.
∞
"Grace, tebak aku membawa siapa?." Bisik Allison pada Grace yang masih saja memejamkan matanya rapat.
"Aku membawa teman-teman kita! Lihat! Ada Lucy, Elle, Anne, Sue, dan Sarah. Mereka datang untuk menjengukmu loh."
Kelima gadis yang tadi namanya di sebutkan oleh Allison berjalan maju mendekati ranjang pasien tempat Grace berbaring.
"Um... hai Grace." Sapa gadis yang berambut pirang sebahu bernama Elle.
"Kami... disini untuk menjengukmu." Ucap gadis berambut merah panjang bernama Sue.
Mereka berlima terdiam. Terlalu shock dengan keadaan Grace.
"Eng... Al? Kau yakin tidak apa-apa kalau kami menjenguk Grace? Bukankah pasien yang koma memerlukan ketenangan?." Tanya gadis berambut hitam bernama Anne.
Allison mengedikkan bahu. "Tapi pasien koma juga butuh berinteraksi agar semangat hidupnya kembali."
Kelima gadis itu mengangguk-angguk setuju dengan pernyataan Allison.
"Kau benar." Ucap gadis dengan rambut layered coklat, Lucy.
"Apa kau selalu menjaganya disini Al?." Tanya gadis manis berkulit agak gelap bernama Sarah.
"Kadang-kadang." Jawab Allison. "Biasanya Mr. Parkinson memintaku menjaga Grace bila ia sedang ada rapat dan pulang larut malam." Jelas Allison. "Beliau orang yang sibuk." Lanjutnya.
"Kemana ibunya Grace? Ia tidak ikut menjaga Grace?." Tanya Anne heran.
"Aku tidak tahu." Jawab Allison lesu.
Mereka semua terjebak dalam keheningan tanpa akhir. Hanya suara elektrokardiograf yang menemani mereka.
∞
Grace terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran didahinya.
Kenapa mimpiku aneh?.
Tanya Grace dalam hati. Didalam mimpinya, ia berada didalam kegelapan dan ia dapat mendengar suara-suara yang familiar ditelinganya. Diantaranya suara Allison.
Entah apa yang mereka bicarakan. Grace hanya dapat mendengarnya samar-samar.
Apa Allison telah mengetahui keadaannya sekarang?. Grace menggeleng pelan. Tidak mungkin, bagaimana bisa ia tahu keadaan Grace?. Pasti tidak akan ada yang memberitahunya. Apalagi ayahnya. Ia sama sekali tak mengenal Allison, tak mungkin ia memberitahu Allison tentang keadaan Grace sekarang.
Krekk
Terdengar bunyi pintu dibuka. Grace menoleh kearah pintu dan mendapati Steven berdiri dimuka pintu.
"Kau sudah bangun." Ucap Steven seraya berjalan memasuki kamar. "Kau lapar?." Tanyanya.
"Jam berapa ini?." Grace balik bertanya.
"Jam sembilan." Jawab Steven "Kau tertidur selama dua jam tadi."
Grace menggumam 'oh' lalu terdiam.
Steven berdehem. "Maaf tadi aku tidak membangunkanmu,kau tertidur pulas sekali. Karena kupikir kau membutuhkan istirahat, jadi aku membiarkanmu tertidur." Jelas Steven.
Grace mengangguk. "Terima kasih, aku sudah merasa lebih baik sekarang." Grace tersenyum pada Steven.
"Kau merasa lapar?." Tanya Steven.
"Um... yah, sepertinya."
"Kalau begitu ayo makan dulu, aku sudah memasak makanan untukmu."
Grace mengangguk seraya tersenyum.
"Terima kasih."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion
FantasyGrace sangat suka berkhayal. Grace pikir dunia khayalannya lebih indah dibandingkan dengan dunia asli dimana ia tinggal. Pada suatu hari Grace mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma. Grace pun malah terjebak di dunia khayalannya sendiri.