"Grace, kau mau kemana?." Tanya Steven sambil mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.
"Um... h-hanya mencari udara segar." Ucap Grace gugup.
Steven menaikkan sebelah alisnya. "Yasudah tapi jangan lama-lama ya nanti malam akan turun salju loh."
"Iya-iya aku tau kok!." Grace membuka pintu. "Aku berangkat!." Lalu Grace keluar dan menutup pintu.
Grace menghela nafas lega. Untung saja tidak ketahuan. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju taman bunga. Akhir-akhir ini Grace memang sangat sering kesana, karena ia bisa mendengar suara ayahnya yang berbicara di dunia nyata. Terus terang, Grace sangat merindukan ayahnya tersebut. Meski terkadang ia sebal pada ayahnya karena ayahnya selalu saja bekerja tanpa memperdulikannya. Tetapi, mendengar penyesalan ayahnya Grace akhirnya bisa memaafkan ayahnya. Tetapi sampai sekarang ia belum tahu bagaimana cara agar ia bisa kembali ke dunia nyata secepatnya.
Grace pun tidak memberitahu Steven soal hal ini. Dan Grace memutuskan untuk merahasiakan hal ini pada Steven. Ia tidak mau membuat Steven sedih karena berpikir kalau Grace tidak betah tinggal bersamanya dan ingin kembali ke dunia nyata. Karena Grace sangat menyayangi Steven seperti saudaranya sendiri, Steven pun juga begitu. Maka sebisa mungkin Grace akan berusaha untuk tidak menyakiti perasaan Steven.
"Hai Grace, apa kabar?."
Grace mulai mendengar suara ayahnya. Ia mempertajam pendengarannya dan mendengarkan ucapan ayahnya dengan baik.
"Semoga kabarmu baik ya, ayah membawa berita baik untukmu."
Grace mengernyit penasaran. Berita baik apa?. Batinnya.
"Ayah dipromosikan menjadi general manager di kantor ayah, doakan ayah berhasil ya!."
Grace tersenyum ikut bahagia mendengar penuturan dari ayahnya tersebut.
"Grace, ayah ada rapat, ayah pergi dulu ya, sebentar lagi ayah akan kembali, ayah menyayangimu Grace."
Grace dapat merasakan ayahnya mengecup dahinya dengan lembut. Lalu ia mendengar suara pintu ditutup dan tak ada lagi suara yang muncul.
Grace tersenyum lebar. Ia senang ayahnya menyempatkan waktu untuk menjenguknya walaupun sedang sibuk. Meski hanya sekedar menjenguk sebentar, tetapi hal seperti ini justru sangat berharga bagi Grace. Mengingat ayahnya yang dulu selalu sibuk tanpa memperdulikan Grace.
Grace bangkit dan melangkahkan kakinya menuju pondok. Ia pulang dengan wajah berseri-seri dan hati bahagia.
Grace membuka pintu pondok."Aku pulang!." Serunya riang. Lalu ia melangkah masuk dan menutup pintu pondok kembali.
Steven melihat raut Grace dengan heran. Akhir-akhir ini Grace selalu saja pergi keluar dengan alasan untuk mencari udara segar, lalu ia pulang dengan raut wajah yang berseri-seri. Steven jadi curiga Kalau Grace menyembunyikan sesuatu darinya.
"Hey! Kenapa tidak menjawab?."
Seruan Grace membuyarkan lamunan Steven. Steven mengangkat satu alisnya."Aku harus menjawab apa?.""Apa saja, misalnya kau bisa menjawab 'ooh Grace yang cantik dan baik hati sudah pulang, bagaimana harimu? Ah kau makin cantik saja' begitu kan bisa." Ucap Grace memuji diri sendiri.
Steven memutar bola mata. "Terserah kau sajalah."
Grace terkekeh. "Yasudah, aku pergi mandi dulu, jangan merindukanku ya!." Lalu ia melangkah pergi menuju kamar mandi.
Steven bergidik geli, tapi tak urung ia juga tertawa kecil sembari menggelengkan kepala.
∞
"Wah, Steven lihat! Saljunya sudah turun!." Seru Grace antusias melihat butiran-butiran putih es yang berjatuhan ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion
FantasyGrace sangat suka berkhayal. Grace pikir dunia khayalannya lebih indah dibandingkan dengan dunia asli dimana ia tinggal. Pada suatu hari Grace mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma. Grace pun malah terjebak di dunia khayalannya sendiri.