"Apa aku akan mati?."
Steven terdiam. Ia menaruh tubuh Grace keatas sofa dengan perlahan dan hati-hati. Grace tiba-tiba tertawa miris.
"Aku akan mati ya? Apa boleh buat." Lirih Grace pasrah. Ia menatap hampa keatas.
Steven mengepalkan tangannya. "Tidak! Kau tidak akan mati! Kau akan selamat!."
Grace tersenyum lemah. "Hihi... kau sepertinya takut sekali kehilanganku." Goda Grace.
Steven menunduk dalam. "Ya, aku takut sekali." Grace tercengang, kemudian ia tersenyum tulus.
"Aku juga tidak mau meninggalkanmu." Ujar Grace. "Kita kan sahabat." Lanjutnya dengan pelan.
"Tidak."
Kontan Grace menoleh kearah Steven. "Ti—dak?." Ulangnya bingung.
"Aku tak bisa lagi jadi sahabatmu." Mata Grace melebar mendengar penuturan Steven.
"Ke—napa?." Lirih Grace tercekat.
Steven mendongak menatap Grace sendu. "Aku mempunyai perasaan lebih padamu."
Grace mengerutkan dahi bingung. Steven menghela nafas sebelum melanjutkan. "Perasaanku bukan lagi perasaan sayang pada seorang sahabat."
"Aku mencintaimu, Grace." Ucap Steven menatap Grace tepat dimanik mata hijau koral-nya.
Mata Grace melebar kaget. Pe-pe-pe- perasaanku terbalas?!.
Terimakasih tuhan.
"Aku tahu rasa ini salah." Ujar Steven seraya menunduk.
Grace tersentak. "Tidak, tidak!." Pekiknya.
Steven menatapnya bingung. Grace mengulurkan satu tangannya, mengelus pipi Steven.
"Me too."
Steven mengerutkan dahi bingung. "Kau juga apa?."
"Aku juga mencintaimu." Grace tersenyum lebar.
Mata Steven melebar kaget. "Sungguh?." Tanyanya.
Grace tersenyum melihat reaksi Steven yang lucu. Ia mengangguk menanggapi pertanyaan Steven.
Steven langsung memeluk Grace secara tiba-tiba. Grace terkejut, ia tersenyum lalu membalas pelukan Steven. Ia memejamkan matanya. Perlahan, ia merasa tubuhnya seperti melayang jauh.
Jauh.
Jauh.
Jauh.
Dan menghilang.
Steven membuka mata dan mendapati bahwa Grace sudah tak lagi berada dalam pelukannya.
Grace menghilang.
Ia hanya bisa terpaku dan membeku ditempat.
"TIDAK!!!!!."
∞
Grace terdiam meringkuk disebuah ladang penuh bunga yang luas. Sejauh matanya memandang hanya ada bunga melati putih. Bunga itu seakan bersinar karena terkena cahaya matahari.
Aku tidak suka bunga melati. Batin Grace.
Ia jadi ingat saat dulu pertama kali ia pergi ke toko bunga bersama ibunya.
Flasback on.
"Bu! Ini dimana?."
"Di toko bunga, sayang." Jawab ibu Grace sembari melihat-lihat bunga yang tersedia di toko itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion
FantasyGrace sangat suka berkhayal. Grace pikir dunia khayalannya lebih indah dibandingkan dengan dunia asli dimana ia tinggal. Pada suatu hari Grace mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma. Grace pun malah terjebak di dunia khayalannya sendiri.