24. Piggy Promise

1.7K 163 2
                                    

Grace sedang asyik menonton televisi, sampai tiba-tiba ia mengingat sesuatu. "Ah!." Serunya.

Steven yang sedang serius membaca buku terganggu karena seruan Grace tersebut. Ia mendelik. "Kau mengagetkanku saja." Gerutunya.

Grace menatap Steven dengan wajah-pura-pura-bersalahnya. "Ah, maaf! Aku kira kau tidak bisa mendengar seruanku, kan kau 'tuan yang tidak bisa mendengar'." Ejek Grace seraya tersenyum miring.

Steven menatap Grace sengit. "Yah, baiklah. Kau ku maafkan, lagipula aku hampir lupa kalau kau adalah 'nona yang mempunyai 1001 mulut'. Jadi wajar saja kalau kau berisik." Balas Steven.

Grace melotot mendengar julukan Steven yang ditujukan padanya. "Sudah! Aku tidak mau berbicara denganmu! Kita kan sedang musuhan!." Grace membuang muka sembari melipat tangan didepan dada.

"Oh? Ya sudah, siapa juga yang ingin berbicara padamu?." Steven kembali membaca buku ditangannya.

"Oke! Kita musuhan sekarang!." Seru Grace.

Steven tak merespons seruan Grace, dan masih serius membaca bukunya. Grace mendengus, kesal karena diacuhkan. Kalau begitu aku pergi sendiri saja!. Batinnya.

Ia bangkit, lalu berjalan kearah pintu. Steven seperti ingin menanyakan sesuatu, tapi diurungkannya karena ia ingat mereka sedang musuhan sekarang. Grace membuka pintu, lalu melangkah keluar dan menutup pintu kembali dengan hempasan yang kuat.

Brakk!!

Tubuh Steven menegang sesaat karena kaget. Ia menoleh kearah pintu yang telah tertutup rapat. Grr... dia ini sinting atau gila?!. Batinnya kesal.

Ia menghela nafas, lalu kembali melanjutkan bacaannya.

Tunggu,

Sampai halaman berapa tadi?.

Grace berjalan sembari menghentak-hentakkan kaki ke tanah. Uh... sebal sebal sebaaaal!!.

"Menyebalkan sekali! 'Nona yang mempunyai 1001 mulut'? Julukan macam apa itu?! Dia itu ngajak berantem atau apa sih?! Tidak meminta maaf, lagi! Dasar..." Grace terdiam memilih sebutan yang tepat untuk Steven. "Gila! Sinting! Pirang! Mata biru! Tampan! Imut! Baik-eh?."

"Kenapa aku malah memujinya sih?!." Grace menggerutu tak jelas, sampai akhirnya ia tiba di tempat tujuannya.

Halaman belakang...

Grace menghirup udara dalam-dalam sembari menutup matanya. Hal seperti ini bisa membuat mood nya kembali membaik. Untung ia pergi kesini. Grace membuka matanya.

"Wah!." Serunya. "Ayunaaaan!!!." Ia berlari dengan kencang kearah ayunan. Tetapi kemudian, ia menghentikan laju larinya.

Grace! Jangan lupakan tujuanmu,kemari!.

Grace menghela nafas. "Hampir saja aku lupa." Ia menatap ayunan itu dengan sengit. "Jangan kemana-mana! Sebentar lagi aku akan kembali!." Ucapnya memberi peringatan pada ayunan tersebut.

Ia berlari kecil kearah pepohonan rimbun yang terdapat dihalaman belakang tersebut. Ia berpikir sebentar. "Dimana ya?." Ia membungkuk mencari sesuatu.

"Ah! Dibawah pohon maple!." Serunya. Dengan antusias ia mencari pohon yang ia maksud.

Bahunya melemas seketika melihat pemandangan yang berada didepannya. Semuanya....

Pohon maple.

Ia mulai merasa putus asa. Mustahil untuk menemukan pohon maple yang ia maksud diantara sekian banyaknya pohon maple didepannya saat ini.

DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang