18. Twinkle twinkle little star

1.9K 175 3
                                    

Steven terbangun karena mendengar dentingan suara piano mengalun indah. Ia bangkit terduduk sambil  mengusap matanya.

Siapa yang bermain piano?. Batin Steven bertanya.

Steven menyibak selimutnya, lalu beranjak menuju ruang musik, ruang dimana piano tersebut berada. Ia mendapati pintu ruang musik telah terbuka sedari tadi, perlahan ia berjalan masuk kedalam ruang musik.

"Grace?."

Seketika suara musik yang mengalun indah tadi pun berhenti. Grace menoleh pada Steven sambil mengerutkan dahi bingung.

"Mengapa..." Grace kembali menghadap piano tersebut dengan pandangan kosong. "Piano ini berbunyi sendiri?."

Steven melangkah maju mendekati Grace. Ia menyentuh piano tersebut. "Bukan kau yang memainkannya?."

Grace menggeleng. "Aku tidak bisa memainkan lagu itu, terlalu sulit."

"Jadi... kau bisa memainkan lagu yang lain?."

Grace mengangguk ragu. "Yah... seingatku ibuku pernah mengajarkanku satu lagu."

"Apa itu?."

"Twikle twinkle little star." Grace tersenyum. Ia duduk dikursi piano lalu mulai memainkan lagu tersebut. Sembari tangannya menekan tuts-tuts piano, mulutnya ikut bersenandung merdu.

"Twinkle, twinkle, little star.

How I wonder what you are.

Up above the world so high

Like a diamond in the sky.

Twinkle, twinkle, little star

How I wonder what you are!."

Grace tersenyum lebar begitu ia selesai memainkan lagu tersebut. Steven ikut tersenyum begitu melihat senyum tulus Grace yang telah lama hilang dari hidupnya. Ia bertepuk tangan.

"Permainanmu berantakan, lagunya juga terlalu kekanak-kanakan sih." Steven tersenyum mengejek.

Grace mendengus. "Berisik! Aku tidak minta pendapatmu." Grace menyilangkan tangan didepan dada.

"Iya, maaf. Aku tadi hanya bercanda kok, sebenarnya permainanmu tadi itu bagus banget." Steven memuji Grace. Grace tersenyum malu-malu. "Tapi maaf, tadi aku pakai penutup kuping, hehe..." Steven melanjutkan sambil tertawa.

"Ahh!! Menyebalkan!!!." Grace menginjak kaki Steven karena sebal. Steven mengaduh kesakitan sembari mengangkat dan memegang kakinya yang diinjak oleh Grace.

"Hei! Kenapa kau menginjakku?." Protes Steven.

"Aku tidak ingin bicara denganmu, bukankah kau sedang pakai penutup kuping?." Grace membuang muka sembari melipat tangan didepan dada.

"Maaf, maaf, tadi kan aku hanya bercanda. Permainan pianomu benar-benar bagus kok."

"Nah, begitu dong." Grace tersenyum puas.

"Marah terus, seperti gorila saja." Gerutu Steven pelan.

"Eh? Apa katamu?!." Grace memelototi Steven dengan garang.

Steven bersiul-siul. "Eh? Apa? Tadi aku bilang apa ya? Ah tidak, aku tidak bilang apa-apa tuh. Mungkin tadi hanya suara angin." Dustanya sambil menggedikkan bahu.

Grace mendengus. "Aku tadi dengar, tahu." Gerutunya kesal. Ia bangkit lalu berjalan menuju pintu.

"Eh? Mau kemana?." Tanya Steven.

"Aku lapar." Grace beranjak pergi.

Steven tersenyum, lalu melihat kearah piano dan tersenyum misterius.

DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang